.


Archive for January 2016

Antivirus Microsoft Security Essensial / Windows Defender x64 x86

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Oke, Assalamualaikum.
Pada kesempatan ini, saya mau share sebuah software yakni antivirus andalan saya pribadi dalam menjaga proteksi atau keamanan laptop dan juga PC saya.Selama ini teman-teman mengeluh dengan laptop yang lelet akibat antivirus yang besar dan memberatkan sistem.Dan kali ini saya menyuguhkan sebuah antivirus buatan microsoft yang menurut saya ini adalah antivirus paling ampuh, juga tidak memberatkan kinerja sistem.Bagaimana tidak, apabila kita lihat, sepintas tampilan antivirus ini simple, update definisi virusnyapun per-minggu, sehingga apabila ada virus jenis atau varian baru, maka microsoft akan mengupdatenya.Oke, singkatnya, berikut link downloadnya.Perhatikan Operating Sistem masing-masing.

Windows7
Apabila menggunakan Windows 7 x86 ini link downloadnya   DOWNLOAD
Dan ini link download updatenya  x86DOWNLOAD
x64DOWNLOAD
 
Windows 8, Windows 8.1, Windows 10
Apabila menggunakan Windows 8 atau 8.1 maka tidak harus mendownload, tetapi cukup meng-updatenya saja.Cara membukanya, tekan Start->Ketikan Windows Defender, maka akan muncul Windows Defender.Dan anda tinggal mengupdatenya.Perhatikan juga sistemnya apakah x64 / x86 
Untuk Windows 8,Windows 8.1,dan Windows 10 ini link download updatenya 
x86DOWNLOAD         x64DOWNLOAD
Tag : ,

VLC Media Player

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Assalamualaikum gaes, kali ini saya mau share sebuah media player untuk memutar film ataupun musik yang menurut gue pribadi, ini yang paling keren dan powerfull dibandingkan dengan semua palyer seperti bawaan windows, KMPlayer, GOMPlayer, atau lain-lain.Mengapa? Karena VLC ini amat mudah digunakan, simple, sizenya yang cukup kecil, tapi kereen.Oke, tanpa basa-basi, berikut link downloadnya 

Tag : ,

KEBERAGAMAAN MASYARAKAT

By : Unknown

KONDISI KEBERAGAMAAN MASYARAKAT
(TINJAUAN PRAKTIK KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DESA BUNTET KECAMATAN ASTANAJAPURA)
BAB I
A.    Latar Belakang
Dalam setiap kehidupan manusia, ada salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perjalanan hidup ini, apakah aktor tersebut? Faktor ini tidak lain dan tidak bukan adalah faktor agama. Mengapa demikian? Karena agama adalah suatu sistem yang menaungi segala tata cara bagaimana kita menjalani hidup ini.  Pengertian agama menurut Emile Durkheim adalah suatu sistem yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan menyatukan semua penganutnya dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.

Apabila melihat pengertian agama yang diungkapkan diatas, berarti agama selain adanya rasa percaya juga harus dibarengi dengan praktik keagamaan yang dilakukan karena yakin dengan kepercayaan tersebut.  Selain hal tersebut syarat suatu kepercayaan bisa disebut sebagai suatu agama adalah harus dengan adanya Tuhan (sesuatu yang di sembah), kitab (pedoman kepercayaan), Nabi (pembawa pesan/risalah), penganut (orang yang memegang/mempercayai kepercayaan tersebut), dan Ritual (praktik kepercayaan). 

Lalu bagaimana dengan Islam, apakah Islam masuk dalam definisi agama? Apakah memenuhi syarat untuk disebut agama? Apabila muncul pertanyaan seperti itu tentu saja jawabannya adalah iya, iya, dan iya. Islam adalah kepercayaan, sebuah keyakinan yang diyakini oleh masyarakat dan praktiknya pun ada, selain itu juga memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah agama, karena ada sesuatu yang disembah yaitu Allah, ada kitabnya yaitu Al-Qur’an, ada pembawanya yaitu Nabi Muhammad SAW, ada umatnya, dan juga ada ritualnya seperti shalat, zakat, puasa, dan lain-lainnya.

Lalu dilihat dari agama adalah faktor penting bagi manusia, dan membentuk karakter manusia yang nantinya akan bermasyarakat, dalam diri setiap masyarakat itu seperti yang kita ketahui pasti memiliki karakter yang berbeda-beda, apalagi dalam karakteristik keberagamaannya, seperti ajaran dalam Islam mengajarkan akan pentingnya menciptakan hubungan dengan Tuhan atau dalam kita Islam sebut hablumminallah dengan baik baik melalui cara seperti shalat, puasa dan puasa dan ibadah mahdoh lainnya, harus seimbang juga hubungan antara sesama manusianya atau dalam Islam kita menyebutnya habluminannass. Lalu bagaimanakah pernyataan tersebut di kaitannya dengan masyarakat buntet yang notabene nya kawasan pesantren hal ini menjadikan seharusnya semangat dan tradisi keagamaan seharusnya kuat.   

Buntet, apa yang terlintas pertama kali dipikaran kita ketika mendengar kata itu, ketika hal ini ditanyakan kepada saya untuk pertama kali dan belum mengetahui Buntet, mungkin saya akan menilai dari ketenaran nama Buntet pesantren yaitu kawasan santri, dimana-mana ada pesantren, dan pastinya kondisi keagamaannya baik dan bagus, intinya tidak ada yang aneh dan melanggar aturan agama. Tapi tahukah kita bahwa sebenarnya buntet pesantren itu lokasinya atau tempatnya tidak ada di daerah desa Buntet? Melainkan ada di tetangga desanya yaitu desa Mertapada Kulon, dimana itu adalah sebuah nama salah satu bloknya, lalu mengapa demikian, mengapa nama Buntet ditarik untuk daerah tersebut? Sebenarnya menurut keterangan yang saya dapat dari Kang Jirjis salah satu tokoh masyarakat yang berinteraksi langsung dengan masyarakat Buntet, mengatakan bahwa mengapa blok tersebut dinamakan Buntet pesantren karena dahulunya buntet pesantren itu didirikan oleh para sesepuh di daerah Buntet, bekas sejarahnya juga ada yaitu berupa makam santri, di daerah yang bernama dauan sela yang masuk administrasi desa Buntet, namun karena terus menerus mendapat tekanan dan serangan dari para penjajah maka para sesepuh memindahkannya ke daerah sekarang yang menjadi pusat Buntet pesantren.

Lalu ketika kita sudah mengetahui mengenai sejarahnya, bagaimana keadaan desa buntet yang sebenarnya, apakah sama dengan dugaan awal kita sebelum tahu atau berbeda? Terutama mengenai keadaan beragama masyarakat desa Buntet sendiri?

B.    Rumusan Kajian (Fokus Kajian)
Karakteristik setiap masyarakat seperti yang kita tahu berbeda satu dengan yang lainnya, terlebih lagi mengenai karakteristik keberagamaan suatu masyarakat. Salah satu faktor yang kita butuhkan untuk menilai suatu karakteristik suatu masyarakat adalah dari ritualnya atau praktiknya, ada beberapa temuan yang saya temukan ketika melaksanakan kegiatan PPL terkhusus untuk blok buntet desa ini. Oleh karena itu maka penelitian ini akan mengkaji bagaimana kondisi dan karakteristik keberagamaan masyarakat Buntet desa.
BAB II

A.    Kondisi Demografi
Luas wilayah Desa Buntet  Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon yaitu 267.539 Ha yang penggunaannya terdiri dan tanah sawah 183 Ha dan tanah fasilitas umum 18,259 Ha. Dengan keadaan alam curah hujan antara 250 mm, suhu rata- rata harian 26oC- 31oC dengan tinggi dataran 1 - 3 m diatas permukaan laut.

Desa Buntet terbagi dalam 4 Dusun dan  8 RW (Rukun Warga) dan 29  RT (Rukun Tetangga).
Desa Buntet berbatasan dengan   
Ø    Sebelah Utara     : Desa Kanci
Ø    Sebelah Timur     : Desa Mertapadawetan
Ø    Sebelah Selatan     : Desa Mertapada Kulon
Ø    Sebelah Barat     : Desa Gumulung Tonggoh
Jarak Orbitasi dengan Pusat Pemerintahan adalah:
·    Jarak ke ibukota Kecamatan     :  0.300 Km
·    Jarak ke ibukota Kabupaten    :        25 Km
·    Jarak ke ibukota Propinsi         :      126 Km
Jumlah Penduduk Desa Buntet  sampai dengan 31 Desember 2013 sebanyak 7.887 jiwa yang terdiri dari 3.974 laki laki dan 3.913 perempuan dengan jumlah KepaIa Keluarga sebanyak 2.281 Kepala Keluarga terdiri dari Laki-laki 1.642 KK dan Perempuan 639 KK.

B.    Masalah-masalah lain sebagai konteks dari fokus masalah yang dipilih
Masalah-masalah lain yang muncul dalam masyarakat desa Buntet adalah mengenai masalah pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dari semua bidang ini saling berkaitan satu sama lainnya. 

Pertama, kaitan antara masalah pendidikan dan masalah keberagamaan masyarakat Buntet desa ini, masyarakat buntet desa memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah karena menurut data yang diperoleh dari setiap rw rata-rata tingkat pendidikan masyarakat hanya sampai tingkat SMP dan SMA jarang untuk masyarakat desa Buntet sampai kepada jenjang perkuliahan, ada mungkin hanya satu ataupun dua. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan mereka akan pentingnya agama dalam kehidupan mereka, juga akan mempengaruhi semangat mereka untuk berkumpul dengan orang lain dengan tujuan membangun desa bahkan umat karena mereka akan minder dengan pendidikan mereka yang rendah, timbul kurang percaya diri dalam hati masyarakat untuk bersemangat dalam beribadah. 

Kedua, masalah Ekonomi dengan masalah Agama, kondisi ekonomi masyarakat desa Buntet ini tergolong pada tingkat yang rendah, kebanyakan masyarakatnya hanya bekerja sebagai supir truk dan buruh, sedikit yang menjadi PNS, ataupun pekerjaan yang memadai lainnya, karena masalah ekonomi yang rendah ini banyak masyarakat desa Buntet melakukan kegiatan sehari-harinya hanya terfokus kepada masalah perekonomian, bagaimana caranya hari ini bisa makan, mereka bekerja dari pagi hingga sore, terlebih lagi banyak anak-anak yang masih tergolong usia sekolah sudah ikut bekerja menjadi kuli dan pemandi mobil truk. Bahkan dari keterangan yang di dapat dari salah seorang warga, anaknya tidak melanjutkan sekolah ke SMA dan lebih memilih bekerja merantau ke Jakarta untuk membantu kedua orang tuanya. Melihat hal tersebut mengakibatkan masalah pentingnya agama sebagai petunjuk hidup terabaikan karena masyarakat sibuk untuk mengejar dunia, sibuk untuk mencari sesuap nasi agar bisa hidup, sampai-sampai banyak ibu-ibu yang belum bisa mengaji, bahkan untuk mengaji iqra pun.

Ketiga mengenai masalah lingkungan dengan masalah agama, masalah lingkungan yang ada di desa Buntet adalah menganai masalah sampah yanng mana masyarakat masih membuang sampah sembarangan ke aliran sungai. hal ini mengakibatkan banyaknya masalah, seperti sampah yang menumpuk, bau, dan nanti akan berujung kepada masalah kesehatan dimana masyarakat ini kurang dan hal kebersihannya, tidak ada kessadaran dari berbagai pihak mengenai masalah sampah ini, mengapa ini terjadi? Bukan hanya karena masalah faktor pendidikan yang kurang sehingga mereka kurang peduli masalah pendidikan namun juga masalah agama yang kurang mereka dapat sehingga tidak pernah ada kesadaran tentang kebersihan dan kerjasama antara pemerintah desa, masyarakat, dan tokoh agama untuk menanggulangi masalah ini.
BAB III
A.    Struktur Masalah yang menjadi Fokus
Pengujian awal mengenai kondisi keberagamaan masyarakat desa buntet apakah bagus atau tidak didapat dari hasil wawancara dengan berbagai tokoh masyarakat dan masyarakatnya sendiri, dapat dilihat beberapa pertimbangan seperti:

Pertama, perilaku ritual keberagamaan masyarakat desa buntet, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Mengenai ibadah shalat masyarakat desa buntet sebagaimana data yang di dapat dari tokoh agama yang menangani dan bergaul langsung dengan masyarakat desa buntet adalah masyarakat yang jarang shalat, bukan hanya lalai tapi juga terkadang meninggalkannya, bukan hanya itu masjid maupun musholah-musholah yang ada di desa buntet juga sepi, kebanyakan yang mengisi hanya ibu-ibu parubaya menjelang tua, sedikit untuk para laki-lakinya mungkin hanya 4 sampai 5 orang saja, ketika hal ini ditanyakan kepada ibu-ibu yang ada di situ, mereka menjawab bahwa kebanyakan masyarakat kerja sebagai supir sehingga datangnya sore, sehingga tidak sempat untuk shalat berjama’ah, lalu shalatnya bagaimana kalau sedang menyetir truk, terkadang karena nanggung sedang menyetir mobil mereka pun jadi melalaikan shalat.  Selanjutnya mengenai masalah puasa, menurut salah seorang yang kami tanyai, masyarakat desa buntet tidak kuat untuk berpuasa, banyak warga beralasan bahwa bekerja sebagai supir menuntut mereka untuk fokus agar terhindar dari kecelakaan sehingga kalau sedang berpuasa jadi tidak fokus karena lapar. Untuk masalah zakat karena itu adalah hal yang tidak terlihat dan sifatnya privasi belum diketahui apakah rajin berzakat atau tidak, baik itu zakat fitrah ataupun maal. Terakhir mengenai ibadah Haji, ada dalam keyakinan pada pemikiran masyarakat bahwa yang pergi haji itu nantinya tidak akan kembali dan meninggal di tanah suci sehingga sedikit masyarakat desa buntet yang sudah pergi haji.

Kedua, mengenai apabila ramainya sebuah musholah dan masjid itu adalah tolak ukur majunya Islam itu sendiri, ini berbanding terbalik dengan keadaan masjid dan musholah di desa buntet yang sepi dari kegiatan, baik itu kegiatan mengaji maupun belajar keagamaan. Setiap musholah mungkin hanya ada kegiatan pengajian seminggu sekali, itupun hanya pengajian ibu-ibu, tidak ada kegiatan mengaji anak-anak setelah maghrib, di masjid desa pun tidak ada kegiatan sama sekali bahkan untuk pengajian tiap minggu karena tidak adanya ustadz yang membimbing. Jadi apabila itu menjadi tolak ukur maka apakah Islam di desa buntet maju atau belum, kalian dapat menyimpulkannya sendiri.

Ketiga, mengenai semangat untuk memperingati hari besar Islam seperti Rajaban ataupun muludan, masyarakat masih kurang partisipatif untuk acara tersebut, kegiatan ini mungkin hanya dilakukan dan pelopori oleh pemerintah desa dan DKM Masjid. 

Keempat, tokoh penggerak atau motor penggerak masyarakat. Masyarakat desa buntet ini sangat butuh seorang figur tokoh agama yang memimpin mereka untuk mengenal agama, ini terbukti ketika kyai Haffas masih hidup dan berdakwah di buntet desa keadaan keberagamaan masyarakat buntet semakin membaik, dari yang tidak shalat jadi shalat, dulunya yang tidak ada keinginan untuk berqurban jadi mau berqurban, untuk pemuda yang suka minum juga jadi mulai terkikis, itu semua karena ada sosok yang menuntun mereka ke jalan yang benar. Namun, ketika kyai Haffas meninggal masyarakat menjadi kehilangan arah dan kembali lagi kepada hal-hal tersebut.

Kelima dan yang terakhir adalah pengaruh kejawen yang kuat dalam keyakinan masyarakat. Keyakinan ini turun temurun dari orang tua mereka, dan itu masih terlihat sampai saat ini seperti adanya bebarik dan tradisi blok rengas harus selalu diadakan pertunjukkan wayang.

B.    Analisis secara Personal sebagai refleksi atas semua struktur masalah dan hubungan antar masalah dengan konteks demografi dan masalah lain.
Sebenarnya antara satu masalah yang muncul di masyarakat dengan masalah yang lainnya saling berkaitan, faktor agama yang lemah dapat disebabkan oleh faktor yang lainnya seperti pendidikan, karena kurangnya pengetahuan dalam diri masyarakat menyebabkan mereka juga kurang untuk mengetahui pentingnya agama, faktor ekonomi menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dulu dibanding dengan kebutuhan rohani, dan kurangnya faktor agama menyebabkan kurangnya kepedulian mereka akan menjaga lingkungan. 

Sedikit membingungkan ketika dikaitkan dengan kondisi demografi wilayah desa buntet sendiri karena desa buntet memiliki potensi besar untuk menjadi desa yang maju, karena memiliki potensi alam yang memadai dengan begitu luasnya daerah pesawahan, bahkan adanya tambang galian pasir yang dapat menjadi mata pencaharian. Selain itu wilayah desa buntet sangat dekat dengan wilayah pesantren namun mengapa masalah pendidikan dan agama rendah, meskipun dalam realitasnya banyak kyai-kyai pesantren yang mengulurkan tangan turun untuk berdakwah dan memperkenalkan mereka dengan agama, seharusnya tangan-tangan tersebut ada yang menyabut tapi mengapa ini tidak, ada faktor lain apakah yang menyebabkan desa buntet menjadi desa yang tertinggal

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi keberagamaan masyarakat desa buntet berada pada tingkat kurang, menurutku apabila suatu masyarakat yang kurang dalam agama maka hal lainnya pun akan kurang, karena agama adalah pegangan hidup, jalan hidup ini. Bukan hanya pemenuhan kebutuhan jasmani yang dibutuhkan namun harus seimbang juga pemenuhan kebutuhan rohani agar hidup ini mendapatkan ketenangan hidup.











Tag : ,

Perkembangan Syi'ah di Indramayu

By : Unknown
BAB I
PERKEMBANGAN SYI’AH DI DESA DADAP
filsafat-pemula.blogspot.com

A.    Latar Belakang
Desa Dadap dengan jumlah penduduk 16 ribu lebih yang berjarak 15 KM dari kota kabupaten ini memiliki daya tertarik sendiri,masyarakat juga masih menjunjung tinggi kegiatan gotong royong yang ada di desa Dadap lama dan dengan khas para kepala rumah tangganya berprofesi sebagai nelayan ini bisa menghidupkan para keluarganya masing-masing.Namun ada yang unik di desa Dadap ini yaitu tentang adanya isu bahwa ada komunitas Syi’ah di Masjid, Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra ‘Alaihassalam berlokasi tepat di pinggir pantai Jalan Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.

Masjid Fatimah Az Zahra ini pernah meramaikan dunia internet pada tahun 2013 yang di tulis oleh Abu Husain At Tuwailibi atau nama aslinya Sony, dia adalah seorang Wahabi yang pernah datang ke Masjid Fatimah Az Zahra dan mengaku sebagai saudara Busana Ibrahim. Pada waktu itu Abu Husain at Tuwailibi bertemu dan berbincang-bincang dengan Mas Kinclung “nama samaran” dan Mas Gotrok “nama samaran” lalu Abu Husain At Tuwailibi photo-photo bangunan yang ada di masjid Fatimah Az Zahra bersama Mas Kinclung dan mas Udin, akhirnya mas kinclung menelepon pak Busana Ibrahim bahwasanya ada saudara yang datang dari jauhnamun pada waktu itu pak Busana Ibrahim sedang ada di luar kota tetapi mas kinclung mulai curiga dengan pakaian Abu Husain At Tuwailibi ini yang cingkrang dan mempunyai jenggot yang panjang, maklum saja karena mas Kinclung adalah orang awam jadi dia tidak tahu. Besoknya Abu Husain At Tuwailibi tampil di arrahma.com yang isinya seperti ini
“Hampir luput dari pengamatan kaum Muslimin dan media, hingga ditemukan oleh mujahid dakwah sunnah Abu Husein At-Thuwailibi. Ternyata orang Syi’ah Rafidhah telah lama men-syi’ahkan segelintir kaum Muslimin di Indramayu dengan membangun masjid Syi’ah dan membuka majelis taklim untuk masyarakat sekitar.
Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra’ ‘Alaihassalam berlokasi tepat di bibir pantai Jalan Dadap Lama,Desa Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
“Mereka mendakwahkan ajaran Syi’ah sambil membangun masjid dan mengelabui kaum awam dengan bertaqiyyah (menyembunyikan kesyi’ahannya),” katanya dalam laporan tertulis kepada arrahmah.com, Senin (9/12/2013).
Berdasarkan penelusuran Abu Husein,  dalam rangka taqiyyah dan agar masyarakat awam sekitar tidak curiga, orang-orang Syi’ah tidak pernah bersedia bertindak sebagai imam shalat berjama’ah. Imam sholat lima waktu senantiasa dipimpin oleh Ustadz kampung setempat, yang mana dia sendiri juga awam terhadap nilai-nilai Islam dan tidak faham tentang hakikat  Syi’ah.
Beberapa orang Syi’ah  didapati sebagian melaksanakan shalat terang-terangan dengan cara shalat ala Syi’ah yakni dengan tidak bersedekap, dan ada juga sebagian di antara mereka yang sholat dengan ala Sunni (dalam rangka taqiyyah), namun mereka mengulang shalat di rumah.
Demikan juga majelis pengajian yang rutin di adakan di masjid itu, tidak semua Ustadz atau pemateri kajian di isi oleh da’i-da’i  Syi’ah, akan tetapi sesekali juga di isi oleh seorang Ustadz Sunni yang pada hakikatnya juga tidak faham tentang masjid itu. Seperti Ustadz Amirudin,yang sering di sapa dengan panggilan Haji Udin.
Sementara Ketua DKM Sayyidah Fathimah Az-Zahra ‘Alaihassalam adalah Ustadz Busana Ibrahim. Dia seorang da’i yang tercatat sebagai “Ustadz Pembimbing”. Dengan komando dan pantauan dari Jalaluddin Rachmat serta beberapa tokoh Syi’ah Jakarta,Ustadz Ibrahim ini telah banyak berhasil mempengaruhi beberapa orang Sunni yang awam hingga menjadi penganut Syi’ah.
Paling tidak beberapa orang Sunni dibuat mulai ragu terhadap aqidahnya dan berbalik simpatik terhadap Syi’ah dengan doktrin cinta Ahlul Bait. Sambil mencari nafkah dengan berdagang ikan di pasar, pria muda alumni Pondok pesantren YAPI Bangil ini sungguh aktif dalam mendakwahkan ajaran Syi’ah di Indramayu.
Informasi yang dihimpun di lapangan, masjid Sayyidah Fathimah Az-Zahra Alaihassalam sepenuhnya dalam kendali dari Islamic Cultural Centre (ICC) Jl.Buncit Raya Pejaten Barat Jakarta Selatan.
Syi’ah Rafidhah merupakan aliran sesat dan menyesatkan yang telah di sepakati oleh seluruh para ‘Ulama Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dan seluruh kaum Muslimin. Majelis Ulama Indonesia (MUI)  pun telah mengeluakan Fatwa tentang kesesatan Syi’ah Rafidhah ini di Republik Indonesia”
Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra’ ‘Alaihassalam berlokasi tepat di bibir pantai Jalan Dadap Lama,Desa Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
Situs ini membuat saya jadi penasaran dengan keberadaan Syi’ah yang ada di desa dadap, apakah syi’ah akan berkembang di desa dadap yang penduduknya lebih dari 16 ribu?Benarkah kehadiran Syi’ah merupakan ancaman terhadap masyarakat desa Dadap yang mayoritas NU? Masalah lain juga saya melihat kenyataan bahwa karena Syi’ah adalah sebuah gerakan yang menganut paham kerahasiaan (Taqiyyah), maka apa sesungguhnya yang mereka ajarkan menjadi sulit untuk diamati oleh masyarakat awam khususnya di desa Dadap yang mayoritas nelayan? Dan bagaimana wajah syi’ah di dadap dan media?


BAB II
A.    Sejarah Desa
    Pada tahun 1789 Ki Gaden Tangtang Buana mengumpulkan para Ki Geden untuk merumuskan nama desa yang pantas dikenang oleh anak cucunya, maka pada waktu itu ditahun 1789 tercetuslah nama Desa Dadap, setelah membentuk nama desa Dadap maka diadakan rapat pertama yang dipimpin oleh mbah buyut Tangtang Buana. Dan dibentuk/diangkat oleh Kuwu/Kepala desa pertama yang dipercayakan kepada Ki Jaya Praja. Sejak berdiri Desa Dadap telah dipimpin oleh ( 3 ) Kuwu / Kepala Desa, masa pemerintahan desa Dadap diantaranya :
1.    Bapak Ki Jaya Praja
2.    Bapak Ki Layur
3.    Bapak Ki Lowang
4.    Bapak Ki Repi
5.    Bapak H. Karim
6.    Bapak H. Sobana
7.    Bapak Ki Timur
8.    Bapak H. Karpiyan
9.    Bapak H. Saleh
10.    Bapak H. Syukur
11.    Bapak H. Muin
12.    Bapak Kuwu Miska
13.    Bapak Kuwu Karmin
14.    Bapak Kuwu Karmin
15.    Bapak Kuwu Seni
16.    Bapak Kuwu Danan
17.    Bapak Kuwu Ruslan
18.    Bapak Kuwu Sartiman
19.    Bapak Kuwu Sondra
20.    Bapak Kuwu Sana M
21.    Bapak Kuwu Kasmadi
22.    Bapak Kuwu Junaedi

B.    Keadaan Geografis
Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat berada di wilayah administrasi Kabupaten INDRAMAYU dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 1,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 15 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa Dadap Berbatasan dengan :
Sebelah Utara    :    Laut Jawa
Sebelah Selatan    :    Ds. Sendang
Sebelah Barat    :    Ds. Juntikebon
Sebelah Timur    :    Ds. Benda
Secara geografis, Desa Dadap adalah merupakan wilayah dataran  dengan ketinggian 0,6 mdpl  yang terdiri dari persawahan serta pemukiman.
Jumlah penduduk Desa Dadap sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar  16222 jiwa dengan kepadatan rata-rata jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk 2%. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di  Desa Dadap 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

JUMLAH PENDUDUK DESA DADAP TAHUN 2008 - 2010
PENDUDUK    2008    2009    2010 *)
Jumlah (Jiwa)    15.901    15.932    16222
Laki-laki (Jiwa)    8.089    8.105    8307
Perempuan (Jiwa)    7.812    7.827    7915

C.    Keadaan Sosial
1.    Pendidikan
Peningkatan Pembangunan bidang pendidikan dilaksanakan dalam upaya pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta terus mendorong dan meningkatkan kesadaran warga masyarakat untuk terus melanjutkan sekolah baik ke SLTA atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi/ perguruan tinggi.
Komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 2433 orang atau 52 persen, SLTP sebanyak 707 orang atau 15 persen, SLTA sebanyak 468 orang atau 10 persen, D1/D3 sebesar 2 orang atau persen, dan Universitas atau perguruan tinggi sebanyak 47 orang atau 1 persen.
2.    Budaya
Uuntuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan leluluhur yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat di Desa Dadap yaitu diantaranya Mapag Sri (peringatan sebelum/menjelang panen raya), budaya sedekah bumi (menjelang musim tanem), budaya tolak bala (dengan membuat kue cimplo sebagai simbol), Nadran dan budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan membangun rumah.
3.    Agama
Penduduk desa Dadap, mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam, hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang agamis. Kehidupan agamis masyarakat bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah sholat lima waktu, pelaksanaan puasa dan ibadah zakat saja, akan tetapi tercermin dari sikap saling tolong menolong diantara warga masyarakat dan terciptanya kerukunan dalam kehidupan sebagai bentuk kesalehan sosial. Sarana ibadah, terdapat 2 masjid, 23 Musolah/langgar, mengaji anak-anak dan terdapat 11 kelompok pengajian.









BAB III
PEMBAHASAN
A.    Siapa Syi’ah itu?
Ada dua kelompok utama dalam kalangan islam di desa Dadap yaitu kelompok Sunni yang merupakan mayoritas, kira-kira 99% dari keseluruhan dan kelompok Syi’ah yang merupakan minoritas.
Kelompok Sunni dengan nama lengkapnya Ahlu Sunnah Wa Al-jama’ah ini berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah menentukan siapa yang akan menggantikan kedudukannya dalam memerintah kaum muslim setelah Nabi Muhammad wafat. Dengan demikian, menurut mereka, umat Islam telah diberi kekuasaan untuk menunjuk salah satu dari kalangan umat Muslimin yang akan menjadi pemimpin atau penguasa dari kaum Muslimin.
Disamping kelompok mayoritas umat Islam itu, terdapat pula dalam kalangan islam sebuah kelompok minoritas yang memiliki pendapat sangat berlawanan dengan pendapat mayoritas itu yaitu kelompok Syi’ah. Kelompok ini percaya bahwa NabiMuhammad SAW sebelum meninggal dunia telah menentukan siapa yang akan menggantikannya. Pengganti yang telah ditentukan itu adalah Ali Bin Abi Tholib yang merupakan menantu Nabi Muhammad yang menikah dengan Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad.
Mereka ini berpendapat bahwa penunjukan Ali sebagai pengganti Nabi itu telah terjadi ketika Nabi Muhammad selesai melakukan ibadah haji, yang merupakan haji terakhir “haji selamat tinggal” tepatnya pada tanggal 18 bulan Dzulhijah tahun 11 H atau bertepatan tahun 632 M. Di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum dikisahkan bahwa Nabi Muhammad telah membuat sebuah proklamasi yang amat menentukan yang berbunyi “Barangsiapa yang menganggap saya sebagai pemimpinnya, maka harus pula menganggap Ali adalah pemimpinnya.
B.    Perkembangan Gerakan Syi’ah
Bangunan Masjid Fatimah Az zahra merupakan bukti nyata bahwa Masjid itu ada dan berbeda sekali dalam arsitektur bangunannya yang meniru dari masjid-masjid yang ada di iran. Gerakan syi’ah di Desa dadap merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, jama’ah Syi’ah yang ada di dadap adalah cabang dari Cirebontepatnya di Pamitran “Belakang PGC” sebagai pusat perkumpulan Syi’ah dari berbagai daerah seperti Kuningan, Kadipaten, Majalengka. Namun pada awalnya komunitas Syi’ah yang ada di Pamitran adalah pindahan dari Vila Intan Klayan yang dipimpin oleh Habib Saleh, karena pada waktu itu Habib Ahmad (pemimpin di Pamitran) tahun 2006 masih ada di Iran. Setelah habib Ahmad pulang, maka semuanya pindah ke Pamitran lalu Habib Ahmad yang memimpin di Cirebon.
Keberadaan komunitas Syi’ah di desa Dadap yang jumlahnya sekitar ada 17 orang dari berbagai daerah, mulai dari Bencirong, Jaya laksana, Segeran, Juntinyuat dan Dadap sebenarnya sudah ada sejak tahun 2008 tetapi pada waktu itu komunitas Syi’ah hanya membuat majlis yang selalu bergilir setiap hari ke setiap rumah jama’ah karena belum ada tempat yang sudah ditetapkan, seiring berjalananya waktu setelah 2 bulan akhirnya para jama’ah memutuskan untuk membuat Masjid/Mushola untuk berkumpul menjadi satu. Nama Ibrahim sebagai pembimbing yang kerap sekali di sapa Busana Ibrahim adalah seorang Ustad yang lulusan dari Pesantren Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Bangil, Pasuruan. YAPI dikenal sebagai pesantren yang cenderung pada mahdzab Syi’ah Ja’fariyah. Busana Ibrahim sadar bahwa mengajarkan Syi’ah di desa Dadap pada umumnya bukanlah hal yang mudah, hal ini karena mayoritas tokoh masyarakat dan kaum muslim di wilayah Dadap adalah pengikut islam Sunni dan masyarakat yang ingin mengaji hanya orang yang sudah tua jadi Busana percuma saja untuk mengajarkan ajaran Syi’ah karena itu Busana Ibrahim mengajarkan ajaran-ajaran Syi’ah dilakukannya hanya kepada para jama’ahnya saja.Tetapi pada awal berdirinya Masjid Fatimah az Zahra, Busana Ibrahim ada keniatan untuk mengajak masyarakat Dadap untuk menjadi pengikutnya tetapi masyarakat untuk sampai saat ini belum bisa menerima dengan adanya aliran baru. Setelah berdirinya masjid fatimah Az Zahra semua kegiatan di jalankan seperti pengajian setiap malam Sabtu dan minggu yang di isi oleh Ustad Tajudin dan Busana Ibrahim, Dibaan setiap malam jum’at, belajar iqra’ setiap hari setelah ashar dan acara-acara besar seperti 10 syura’ yang pernah di isi oleh Buya Syakur dari Kertasmaya, bahkan Muhammad bin Ali yang sudah terkenal internasional.
Setelah berdirinya Masjid Fatimah Az Zahra pada tahun 2008, kegiatan pengajian dan hari besar selalu berjalanan dengan lancar tetapi semenjak Abu Husain At Tuwailibi menyerang komunitas Syi’ah pada tahun 2013 para jama’ah tidak aktif lagi mengadakan kegiatan hari besar dan pengajian setiap malam sabtu dan minggu, akhirnya Masjid Fatimah Az Zahra sekarang hanya di isi oleh orang Sunni saja padahal waktu dulu sering berkumpulnya para jama’ah Syi’ah dalam pengajian malam minggu yang di isi oleh Busana Ibrahim dan acara-acara besar.
Dalam waktu yang tidak lama dengan adanya komunitas Syi’ah, sekitar 5 tahun warga desa Dadap tetap memilih NU sebagai tradisi yang sudah lama berkembang di desa Dadap namun adanya Syi’ah di Dadap akhirnya mendapat respon dari tokoh masyarakat setempat. Salah satunya ustad Robak sebagai tokoh masyarakat, ketua kepalaMadrasah Tsanawiyah desa Dadap dan sebagai guru madrasah Busana Ibrahim. Menurut ustad Robak Syi’ah itu menyeleweng dan tidak menyetujui dengan aktivitasnya seperti yang dilakukan oleh Busana Ibrahim, sebenarnya Busana itu tidak melakukan taqiyah seperti terang-terangan tidak sholat jum’at, tidak pernah puasa ketika musafir dalam jarak dekat, maka dari itu syi’ah sudah keluar dari islam itu karena sudah berbeda dalam segala hal.
Konsep Syi’ah tentang kepemimpinan dan pemerintah yang absah tidak lepas dari pertalian darah Nabi Muhammad yang diwariskan kepada Ali. Dalam hal ini posisi Ali merupakan mata rantai emas artinya Ali adalah figur awal imamah yang ada di Syi’ah.
Dalam prinsip imamah (kepemimpinan), Syi’ah meyakini perlunya kehadiran seorang imam sesudah meninggalnya seorang Nabi agar dapat membimbing umat manusia dan memelihara kemurnian ajaran para nabi dan agama Ilahi dari penyimpangan dan perubahan. Syi’ah meyakini bahwa sesudah Nabi Muhammad Saw wafat ada seorang imam untuk setiap masa yang melanjutkan misi Rasulullah Saw. Mereka adalah orang-orang yang terbaik pada masanya. Dalam hal ini, Syiah meyakini bahwa Allah telah menetapkan garis imamah sesudah Nabi Muhammad Saw. pada orang-orang suci dari keturunannya, yang berjumlah 12 orang yaitu:
1. Ali ibn Abu Thalib 
2. Hasan ibn Ali
3. Husain ibn Ali
4. Ali ibn Husain
5. Muhammad ibn Ali Al-Baqi
6. Ja’far ibn Muhammad Ash-Shadiq
7. Musa ibn Ja’far
8. Ali ibn Musa
9. Muhammad ibn Ali Al-Taqi
10. Ali ibn Muhammad
11. Hasan ibn Muhammad  dan terakhir,
12. Muhammad ibn Hasan Al-Mahdi (Al-Qa’im)
Syi’ah meyakini bahwa Imam Muhammad ibn Hasan Al-Mahdi masih hidup hingga sekarang ini, tapi dalam keadaan gaib, namun akan muncul kembali pada akhir zaman.
Berbeda dengan kalangan Sunni yang memandang khalifah atau imam sebagai pemimpin yang sifatnya hanya sementara saja. Pemahaman keagamaan kaum Syi’ah, khususnya tentang masalah otoritas kepemimpinan, melahirkan konflik ideologi dengan Suni. Ini terbukti ketika saya wawancara dengan Pak Busana Ibrahim mengenai penolakan ketiga khalifah sebelum Ali yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Usman bin Afan.
Oleh karena itulah kaum Syi’ah senantiasa mencaci maki sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiallahu‘anhum dan setiap orang yang menjadi penguasa dalam sejarah Islam selain sahabat Ali bin Abi Tholib radhiallahu‘anhu. Padahal waktu wawancara itu, teman saya mencoba menyanggah bahwasanya mencela itu adalah perbuatan yang tidak baik, apakah mencela itu di bolehkan dalam Syi’ah? Pak Busana dengan tegas menjawab boleh lalu beliau menjelaskan dengan analoginya tentang Syaitan yang sudah jelas di caci maki oleh semua orang, baik itu dari Syi’ah maupun Sunni.
C.    Faktor-faktor vakumnya Syi’ah di desa Dadap
a.    Fitnah di dunia maya
Fitnah yang dilakukan Abu Husain At Tuwailibi pada tahun 2013 di Arrahmah.com terhadap Syiah di Dadap semakin membuktikan bahwa pengelola situs tersebut memang gemar menebarkan fitnah, gemar membuat opini publik yang mengadu domba sesama umat Islam, baik itu Syi’ah atau pun Sunni. Oleh Karena itu Kominfo memblokir situs “Arrahmah” karena mempunyai faham radikal dan wahabi serta pergerakan Khilafah di Indonesia. Dan tidak salah kalau pemerintah menutup situs itu, karena mendukung Al-Qaeda dan Terorisme.
b.    Masyarakat
Masyarakat desa Dadap yang jumlahnya 16 ribu jiwa lebih masih belum bisa menerima dengan ajaran-ajaran baru yang masuk di Dadap, mereka lebih nyaman dengan tradisi dahulu yang di bawa oleh sesepuh seperti tahlil, hadiyuan, marhabanan bahkan ketika masyarakat selesai membuat perahu, biasanya mereka slametan “tradisi dadap” dengan cara mengadakan acara Dibaan di rumahnya, bahkan masyarakat tidak ingin dibaan diganti dengan tahlil, ini artinya tradisi masyarakat Dadap masih menggunakan tradisi-tradisi lama yaitu NU jadi intinya ajaran Syi’ah yang ada di Dadap sebenarnya tidak berkembang.

Kesimpulan
Keberadaan komunitas Syi’ah yang ada di desa Dadap sebenarnya tidak bisa berkembang karena masyarakat desa dadap tidak menerima dengan adanya ajaran-ajaran baru yang masuk pada desa Dadap. selain itu juga, para tokoh masyarakat yang mayoritas Ahlu Sunah wa Al Jama’ah dengan gigihnya selalu memberikan ceramah-ceramah atau pengajian di setiap mushola sehingga masyarakat desa Dadap dibentengi dengan ajaran Sunni. Selain itu juga banyak serangan dari luar seperti penyesatan syi’ah desa Dadap oleh Abu Husain Attuwailibi di internet juga menyebabkan bubarnya komunitas Syi’ah yang ada di Masjid Fatimah Az Zahra.

Islam dan Dinamika Sosial Budaya di Pesisir

By : Unknown
Islam dan Dinamika Sosial Budaya di Pesisir
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mengungkap persoalan keberagamaan dalam masyarakat nelayan tradisional pada dasarnya adalah membicarakan cumulative body of knowledge nelayan dalam konteks kehidupan lokal. Secara kategoris, kehidupan komunitas nelayan berbeda dengan kehidupan komunitas masyarakat lainnya, seperti masyarakat petani atau pedagang urban. Perbedaan itu terlihat tidak hanya terletak pada gaya hidup dan pola pikir, tetapi juga pada nilai-nilai kebudayaan mereka.
Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Walaupun demikian, di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan. Baik nelayan, petambak, maupun pembudidaya perairan merupakan kelompok-kelompok sosial yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan.
Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja menangkap ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi eksistensi masyarakat pesisir. Mereka mempunyai peran yang besar dalam mendorong kegiatan ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir. Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang penting, kelompok masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Kelahiran pengetahuan tradisional nelayan banyak didasari karakteristik konteks fisik lautan yang mengelilinginya.Pengetahuan ini diproduksi secara kultural dan diakumulasi melalui pengalaman dan terus menerus dievalusi dan diciptakan kembali berdasarkan fitur lingkungan laut yang bergerak dan unpredictable. Oleh karena itu, wajar jika realitas keyakinan masyakarat nelayan bergantung kepada laut, misalnya, konsepsi tentang adanya kekuatan luar biasa pada laut yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat nelayan di desa Dadap.  Praktik keberagamaan terntentu yang erat kaitannya dengan masyarakat nelayan terjadi hampir di setiap masyarakat Dadap.
Di Indramayu, tepatnya di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat, praktik keberagamaan sejenis itu juga terjadi. Namun, sejak berlangsungnya proses penyebaran dan pelembagaan Islam, sebagian besar masyarakat nelayan memeluk Islam. Akan tetapi, apakah komitmen keberagamaan mereka murni berlandaskan Islam? Lalu bagaimana mereka mengkonstruksi pengalaman sosio-kultural mereka dengan kondisi kehidupan yang dekat dengan laut.

B.    Rumusan Masalah
Kajian mengenai kehidupan keberagamaan masyarakat pesisir tentu saja luas. Oleh karena itu, untuk mengerucutkan permasalahan maka penulis memfokuskan kajian tentang Islam dan Dinamika Sosial Budaya masyarakat nelayan di desa Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Cirebon. Lebih lanjut lagi, penulis memfokuskan pembahasannya pada; Bagaimana komitmen keagamaan masyarakat nelayan di Desa Dadap yang berada di antara persinggungan agama Islam dan kebudayaan setempat ?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komitmen religius masyarakat desa Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Indramayu dalam menjalankan ajaran Islam dan tradisi lokal, kontruksi sosial yang terbangun, yang menyebabkan komitmen itu terbentuk, dan respon mereka terhadap perubahan sosial.

D.    Metodologi Penelitian
1.    Dasar Penelitian
Dasar dari penelitian ini secara metodologis adalah penelitian kualitatif. Obejak-objek penelitian dideskripsikan secara jelas dan menyeluruh, kemudian dianalisis sesuai dengan kerangka teori yang ada. Sedangkan dalam teknik pengumpulan dan penganalisisan data-data akan mempergunakan teknik-teknik sebagai berikut:

a.    Pengamatan atau Observasi
Penulis melakukan pengamatan dengan cara melihat fenomena-fenomena sosial yang ada di dalam masyarakat. Karena karakter masyarakat pesisir yang kurang bisa terbuka dengan pihak luar maka pengamatan terhadap kegiatan ritual yang bersifat sinkretik tidak bisa dilakukan. Akhirnya, penulis hanya mengamati bagaimana nelayan menjalankan ritual Islam dan bersosialisasi antar nelayan.

b.    Wawancara Teknik
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendiriannya. Oleh karena itu, wawancara dilakukan untuk memperkaya data dan menyempurnakan hasil observasi. Pada penelitian kali ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan metode terencana dan tidak terencana. Metode terencana digunakan ketika penulis mewawancarai para tokoh agama dan pendidikan dengan kehidupan beragama para nelayan, ritual-ritual apa saja yang biasa dilakukan, dan bagaimana sikap mereka terhadap perubahan sosial, sedangkan metode tidak terencana diterapkan ketika meminta keterangan kepada para nelayan. Hal ini dimaksudkan agar penggalian informasi secara mendalam tentang suatu topik tidak terkesan kaku dan dipaksakan sehingga informan dapat menuturkan keterangan-keterangan yang diketahuinya secara bebas.

2.    Tahapan Penelitian
Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan guna mencari referensi mengenai konsep agama dan kebudayaan dalam masyarakat pesisir secara umum. Kemudian, tahap pengumpulan data dilakukan dilakukan daerah Desa  Dadap Kecamatan Juntinyuat kabupaten Indramayu.


3.    Metode Analisis Data
Karya tulis ini adalah jenis penelitian deskriptif-analitis. Data-data yang telah dikumpulkan lewat penelitian dideskripsikan dan dianalisis agar permasalahan penelitian dapat dijawab secara sistematis dan terarah. Penelitian ini lebih menggunakan metode kualitatif dimana dari beberapa informan telah menyebutkan dan mendiskripsikan bagaiamana kehidupan beragama para nelayan, ritual-ritual apa saja yang biasa dilakukan, dan bagaimana sikap mereka terhadap perubahan sosial.


BAB II
GAMBARAN UMUM

A.    Kondisi Demografi Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat
Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat berada di wilayah administrasi Kabupaten Indramayu dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 1,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 15 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa Dadap berbatasan dengan :
Sebelah Utara        : Laut Jawa
Sebelah Selatan    : Desa Sendang
Sebelah Barat        : Desa Juntikebon
Sebelah Timur        : Desa Benda
Secara geografis, Desa Dadap merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0,6 mdpl  yang terdiri dari persawahan, dan pemukiman.

a.    Demografi
1.    Penduduk
Jumlah penduduk Desa Dadap sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar  16222 jiwa dengan kepadatan rata-rata jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Adapun jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk dan penduduk berdasarkan umur di  Desa Dadap 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel sebagaimana terlampir.

b.    Keadaan Sosial
1.    Pendidikan
    Peningkatan Pembangunan bidang pendidikan dilaksanakan dalam upaya pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta terus mendorong dan meningkatkan kesadaran warga masyarakat untuk terus melanjutkan sekolah baik ke SLTA atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi/ perguruan tinggi.
    Komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 2433 orang atau 52 persen, SLTP sebanyak 707 orang atau 15 persen, SLTA sebanyak 468 orang atau 10 persen, D1/D3 sebesar 2 orang atau persen, dan Universitas atau perguruan tinggi sebanyak 47 orang atau 1 persen.
    Sarana prasarana dan tenaga pengajar sebagai pendukung peningkatan pendidikan, pada tahun 2009 jumlah bangunan TK sebanyak 1 buah, bangunan SD/MI sebanyak 3 buah, SMP/MTs sebanyak 1 buah. Sedangkan untuk sarana pendidikan SMU terdekat 5 km yang letaknya berada di luar Desa. Sedangkan untuk pendidikan agama, tersedia ada 2 tempat anak-anak mengaji dengan 6 ustad/guru ngaji dan untuk masyarakat umum, dilaksanakan pengajian rutin di 1 masjid/mushola.
2.    Kesehatan
    Kesehatan adalah merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang handal, dimana kesehatan bukan hanya kesehatan jasmani saja akan tetapi harus didukung pula oleh kesehatan lingkungan.
    Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh diantaranya kesadaran dan akses atau fasilitas yang tersedia. Untuk memenuhi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, terdapat 1 Posyandu, 2 orang  bidan desa. Untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sakit, yaitu tersedia Puskesmas Desa Dadap 0 buah, dan ada 1 Puskesmas yang berlokasi di Kota Kecamatan dengan jarak tempuh 1 km, dan bagi yang memerlukan perawatan di Rumah sakit, yaitu tersedia rumah sakit daerah dengan jarak tempuh 15 km dari desa.
    Bedasarakan data tahun 2009, jumlah balita yang diperiksakan kesehatannya di Posyandu sebanyak 725 anak balita dari 887 balita. Untuk menjaga kesehatan lingkungan, masyarakat setiap jum’at selalu melaksankaan gerakan kebersihan dengan dilengkapi 3 tong bak sampah dan 11 dorongan sampah yang pengelolaannya dilaksanakan oleh RT/Karang Taruna.
    Bagi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal mandi, cuci dan buang air besar tersedia MCK umum dengan fasilitas air sumur sedangkan bagi sebahagian besar masyarakat mereka memiliki MCK di rumah masing masing dengan menggunakan air bersih dari Air Bersih Air Pompa dengan sanyo.
3.    Pemuda dan Olah Raga
    Pemuda sebagai tulang punggung bangsa dan merupakan generasi penerus perjuangan kearah yang lebih baik, maka kualitasnya perlu terus disiapkan dan dikembangkan melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri, serta memiliki produktivitas, terdapat berbagai wahana yang dikembangkan oleh Pemerintah desa yaitu Karang Taruna.
    Sebagai wadah atau tempat pengembangan bakat dan kreatifitas pemuda di desa Dadap terdapat beberapa perkumpulan oleh raga, diantaranya perkumpulan Sepak Bola sebanyak 1 Team, Bola Volley sebanyak 1 Team, Bulu tangkis sebanyak 1 Team, Tenis meja sebanyak 2 Team. Sebagai tempat pengembangan olahraga, terdapat 1 lapang sepak bola, 1 buah lapangan bola voli.
4.    Seni dan Budaya
    Budaya yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat di Desa Dadap yaitu diantaranya Mapag Sri (peringatan sebelum/menjelang panen raya), budaya sedekah bumi (menjelang m,usim tanem), budaya tolak bala (dengan membuat kue cimplo sebagai simbol), dan budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan membangun rumah.
5.    Agama
    Penduduk desa Dadap, mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam Ahlussunnah wal jama’ah ala Nahdlatul ‘Ulama. Hal itu tercermin dari kegiatan-kegiatan keislaman yang dilakukan masyarakat Dadap seperti yasinan, tahlilan, istighotsah, marhabanan, manakiban, dan ziarah kubur. Adapun Sarana ibadah terdapat 2 masjid, 23 Musolah/langgar, tempat mengaji anak-anak dan terdapat 11 kelompok pengajian.
6.    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
    Kesejahteraan sosial masyarakat dapat diidentikan dengan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).  Sampai dengan tahun 2009 jumlah PMKS di Desa Dadap diantaranya meliputi Keluarga fakir miskin sebanyak 1277 KK, penyandang cacat sebanyak 45 orang, keluarga berumah tidak layak huni sebanyak 122 KK, dan pekerja migran sebanyak 1800 orang.
7.    Ketenagakerjaan
    Jumlah tenaga kerja sebanyak 6427 orang dan tenaga kerja produktif sebanyak 6027 yang tersebar dalam berbagai sektor, dinataranya sektor kelautan merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja 4821 orang, sektor perdagangan 603 orang, dan industri pertanian 603 orang. Secara kuantitatif apabila dibanding dengan tahun 2008, jumlah pengangguran menurun sebanyak 20 persen.
    Untuk menurunkan jumlah pengangguran dinataranya beberapa kegiatan yang telah dilakukan melalui pembinaan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan dibidang pertanian, dan bahasa Korea.
8.    Perumahan dan Permukiman
    Rumah dan fasilitasnya merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus terpenuhi. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan sangat menentukan dalam pemilikan rumah tinggal terkait dengan kesejahteraan penghuninya. Secara umum, perumahan dan lingkungan cukup baik hal itu dapat dilihat dari keberadaan rumah dimana terdapat 1200 rumah dengan kondisi permanen, 156 Rumah semi permanen.
    Sementara untuk fasilitas kehidupannya telah dibangun fasilitas diantaranya gang-gang telah terbangun dalam kondisi relatif ada yang baik dan ada yang sudah rusak, menggunakan Air Bersih Desa 1800 Rumah dan MCK di masing-masing rumah penduduk.
9.    Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat
    Secara umum ketentraman dan ketertiban di Desa Dadap cukup kondusip dan dapat terkendali dengan baik, hal  itu adalah merupakan buah dari kerjasama antara aparat keamanan dan aparat desa serta kesadaran masyarakat. Untuk menjaga keamanan, telah dibentuk 42 kelompok jaga ronda yang tersebar di 42 blok dengan fasilitas 42 pos ronda yang di koordinasi oleh 4 anggota Hansip.
    Kehidupan masyarakat sampai saat ini dapat berjalan dengan harmonis, saling menghormati, saling menghargai dengan penuh kebersamaan dan gotong royong dan diharapkan kondisi ini dapat terus terpelihara dengan baik terutama dalam mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Meskipun diakui pula bahwa setiap malam masih banyak anak muda yang nongkrong bahkan sambil meminum minuman keras, tapi sejauh ini tidak mengganggu kondusifitas warga dan kampung.

c.    Keadaan Ekonomi
    Kondisi perekonomian masyarakat secara umum mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya dari aspek pertanian, hasil panen padi dari luas lahan 71 ha dta tahun 2010 dengan hasil 299 ton/tahun pada tahun 2010.
    Peningkatan perekonomian masyarakat dapat pula dilihat dari pola hidup dan sarana penunjang kehidupan sehari-hari, dimana untuk menunjang aktifitas kehidupan sehari hari di Desa Dadap terdapat peningkatan yang cukup signifikan pemilik kendaraan baik kendaran roda dua maupun kendaraan roda empat. Kendaraan roda dua sampai saat ini tercatat 360 motor, dan mobil 9 buah.
    Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan, baik melalui pemenuhan sarana infrastrukturnya seperti, irigasi maupun dalam pengembangan usaha lain seperti budidaya ternak sapi, ternak kambing, ternak ayam.
    Dalam bidang peternakan, pada saat ini di desa Dadap terdapat 10 ekor sapi, 700 ayam Pedaging dan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui bidang peternakan yang disesuaikan pada kebutuhan pasar, pada saat ini sedang dikembangkan budidaya entog dan kamibing, dimana untuk budidaya entog sampai dengan saat ini terdapat 30 kelompok/orang yang beternak entog dengan jumlah 27 ekor entog. Sementara dalam bidang ternak domba,  pada saat ini sedang dikembangkan oleh 2 kelompok dengan jumlah 250 ekor.
    Untuk pemasaran hasil perekonomian masyarakat, pada saat ini hasil produksi padi dijual di desa melalui para tengkulak, dan peternakan melalui bandar yang datang langsung kepada para peternak.
    Sebagai penunjang perekonomian dan sosial budaya masyarakat tersedia jalan desa 3 km dengan kondisi kurang baik, serta jalan penghubung antar blok/dusun sepanjang 5 km dengan kondisi kurang baik. Secara umum luas lahan dan capaian hasil pertanian di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat adalah sebagaimana terlampir.
    Selain itu, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat juga disebabkan banyaknya masyarakat desa Dadap yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

d.    Kondisi Pemerintahan Desa
1.    Pembagian Wilayah Desa
    Desa Dadap adalah merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Batas wilayah administrasi  sebelah barat Desa Juntikebon, sebelah Utara Laut Jawa sebelah Selatan Desa Sendang dan sebelah Timur Desa Benda. Sedangkan Jarak dari Desa ke Ibu Kota Kecamatan ± 1,5 km, ke Ibu Kota Kabupaten ± 15 km, dan ke Ibu Kota Provinsi ± 104 km.
    Secara geografis, Desa Dadap adalah merupakan wilayah dataran  dengan ketinggian  0,6 meter di atas permukaan laut  yang terdiri dari persawahan serta pemukiman.
2.    Struktur Organisasi Pemerintah Desa
a)    Aparatur
    Keadaan aparatur Desa Dadap  terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur Ekonomi Pembangunan, kaur Kesra, dan Kaur Umum dengan sususan selengkapnya sebagaimana terlampir.
    Dalam pelaksanaan kerjanya, Pemerintah Desa di bantu oleh RT dan RW, dengan susunan sebagaimana terlampir.
3.    Lembaga Kemasyarakatan
    Sebagai partner Aparatur Pemerintah Desa, dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD Desa Dadap dengan proporsi jumlah penduduk, terdapat sebanyak 11 anggota BPD.
    Dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan desa Dadap dibantu oleh lembaga kemasyarakatan, diantaranya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Majelis Ulama, dan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).

BAB III
FOKUS KAJIAN

A.    Fokus Masalah
    Memahami Islam dan dinamika sosial budaya pada suatu masyarakat tertentu dalam kajian wilayah, diperlukan suatu analisis mendalam tentang wilayah tersebut dan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat serta ritus-ritus dan ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Namun, dalam era-Globalisa seperti saat sekarang ini tantangan hidup semakin berat, serta maraknya budaya moderenisasi yang masuk dari luar belum tentu mempunyai nilai positif dalam kehidupan masyarakat.  Sebagaimana dituturkan oleh Ustadz Mushlih bahwa di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah, meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak hanya menyangkut budaya material, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol-smbolnya. Sekalipun masyarakat nelayan desa Dadap mengkonstruksi pandangan Islam dan tradisi lokalnya, ritual-ritual tradisi lokal tersebut ternyata tidak berakar dari tradisi yang kaku. Ritual-ritual tersebut sejatinya dari masa ke masa terus mengalami perubahan.
    Karena zaman yang semakin berkembang tentunya terdapat perubahan sosial-budaya dalam kehidupan keberagamaan masyarakat nelayan. Karena akses informasi yang sudah semakin mudah di desa-desa maka tak jarang terjadi konflik sosial-budaya yang menyebabkan nilai-nilai Islam luntur. seperti kebiasaan sebagian para nelayan yang mabuk setelah melaut sulit dihilangkan. “Tentu saja ini menjadi tugas aktor keagamaan dalam memberikan transmisi nilai pada masyarakat nelayan”.
    Berbicara tentang perubahan sosial di Desa Dadap, menurut Kyai Jawahr, bahwa kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan; yakni perbedaan, pada waktu yang berbeda, dan diantara keadaan sistem sosial yang sama.

B.    Keterkaitan Fokus Masalah dengan Demografi Desa Dadap dan Masalah Lain
    Desa Dadap merupakan masyhur sebagai bangsa maritim sebab aktivitas kehidupan masyarakatnya tidak lepas dari laut. Sejak zaman nenek moyang, laut menyediakan sumber penghidupan yang melimpah. Selain itu juga membentangkan banyak risiko. Gelombang dan badai, misalnya, kerap mengancam keselamatan para pelaut ketika mencari nafkah.
    Dilihat dari segi ideologi keagamaan, mayoritas penduduk Dadap adalah Islam, dan dari segi etiket kebahasaan, masyarakat Dadap relatif kasar. Menurut Ustadz Mushlih, salah satu tokoh masyarakat, mengungkapkan bahwa masyarakat Dadap   dalam berkomunikasi cenderung langsung pada sasaran, dan dari segi orientasi kerja lebih menonjol pada pilihan menjadi wirausaha. Dalam kaitannya dengan kebudayaan Desa Dadap sebagai masyarakat pesisir tidak dikategorikan sebagai beragama Islam. Sebaliknya, mereka cenderung mencampuradukkan agama dengan tradisi lokal atau yang biasa disebut dengan sinkretisme. Sementara itu, keberagamaan diartikan sebagai sikap, tindakan, dan perilaku seseorang atau masyarakat yang mencerminkan unsur-unsur dan nilai-nilai agama.
    Dari segi keberagamaan masyarakat Dadap masing-masing memiliki permasalahannya tersendiri. Namun, karakteristik masyarakat yang ada tidak jauh berbeda. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ust. Mushlih, kehidupan para nelayan di desa Dadap masih berpegang teguh pada tradisi lokal.
    Salah satu tradisi atau adat nelayan adalah nadran yang digelar setahun sekali. Biasanya dilakukan di perahu dengan menggunakan sejumlah makanan tradisional dan bernuansa simbolistis. Dari pada itu banyak ritual-ritual yang dilakukan pada saat nadran. Penuturan Ustadz Robah tentang upacara sedekah laut atau yang biasa disebut Nadran menunjukkan bahwa para nelayan meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang tidak bisa divisualisasikan, tetapi hanya bisa dirasa. Artinya, kalau mereka tidak menjalankan pesta laut maka mereka yakin akan banyak perahu yang terbalik serta kecelakaan di laut lainnya.
    Bapak Wadih, seorang nelayan yang ditemui di Perahu _ketika beliau memperbaiki perahunya di dasaran laut_ juga mengakui adanya kekuatan supranatural atau hal mistis di laut. Ia mengatakan: “Yah, Mas, kalau gak nadran, perahunya banyak yang malik, nabrak batu, gelombangnya besar”. Dari pada itu ia juga menjelaskan; ketika berada di atas perahu, perilaku nelayan diikat oleh norma-norma mistik yang berbentuk pemali atau larangan. Pemali itu sebenarnya bersifat etis, yang disangkutkan dengan penghormatan kepada makhluk-makhluk gaib di laut agar tidak mengganggu keselamatan. Ketika melaut nelayan dilarang, misalnya, bicara kotor atau bertengkar, membuang sisa makanan ke laut seenaknya, menyebut kata-kata yang bermakna pesimistik, dan sebagainya.
    Kondisi nelayan yang berhari-hari berada di laut, terkadang diterpa gelombang, hujan badai, dan bertaruh nyawa membuat para nelayan sadar bahwa laut menyimpan suatu kekuatan besar. Bapak Wadih mengakui bahwa para nelayan memiliki serangkaian ritual tradisi lokal sebelum melaut. Mereka biasa bertanya kepada orang pintar kapan waktu yang pas untuk melaut. Para nelayan akan tersugesti setelah bertanya pada orang pintar, begitupun setelah melakukan sedekah laut.
    Sama halnya dengan Bapak Wadih, Bapak Wartiman juga mengutarakan bahwa semua nelayan memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan ritual sebelum berangkat ke laut. Menurutnya, perkecimpungan manusia dengan laut yang penuh risiko itu lantas melahirkan berbagai ekspresi spiritualitas yang khas di komunitas nelayan muslim. Wujudnya adalah ritual-ritual yang pada dasarnya merupakan hasil perjumpaan antara ajaran Islam dengan tradisi lokal masyarakat.
    Sementara itu, dalam soal ketaatan menjalankan ibadah Islam, Kyai Robah Asy’ari mengungkapkan bahwa sebagian besar nelayan shalat hanya sesempatnya saja karena mereka melaut. Menurutnya bahwa dimensi ideologis masyarakat Dadap khususnya para nelayan berada di antara persinggungan Islam dan keyakinan mereka terhadap kekuatan alam yang besar.
    Terkait dengan persoalan aktivitas keberagamaan, menurut Ust. Mushlih, dari pengamatannya selama ini, yakni di mesjid, masyarakat Dadap dalam menjalankan aktivitas keberagamaan dinilai kurang. Pasalnya, para nelayan lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di laut. Selama satu atau dua bulan mereka melaut secara berkelompok bersama sebagian anggota keluarga atau kawan-kawannya. Berdasarkan pengalaman berinteraksinya dengan nelayan dapat dikatakan bahwa komitmen agama Islam pada masyarakat nelayan belum begitu kuat. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi shalatnya, seberapa sering ia shalat di mesjid, mengaji, dan membantu aktivitas-aktivitas keberagamaan lainnya.
    Namun, beberapa sudah ada yang rajin melakukan ritual Islam dan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah madrasah. Menurut Ustadz Murod Rohman bahwa  para nelayan tidak berkeberatan jika anak-anak mereka disekolahkan di sekolah madrasah. Mereka tanpa dipaksa, menyekolahkan anak-anak mereka ke madrasah dan bahkan sebagian ada yang memasukkannya di pesantren-pesantren luar, seperti di Pesantren Babakan Ciwaringin, Kempek, Sarang , dan pesantren-pesanren lainnya sehingga ketika pulang kembali, mereka memberikan pemahaman Islam yang lebih terhadap masyarakat Dadap.
    Dari pada itu, Ia juga mengatakan bahwa sebagian para nelayan sudah cukup sadar untuk mengerti pentingnya pendidikan agama di madrasah-madrasah. Hal ini merupakan langkah awal yang baik untuk mengembalikan komitmen keislaman mereka lewat anak-anak mereka. Jika pola pikir masyarakat nelayan sulit diubah dan lebih memilih komitmen terhadap sinkretisme maka para aktor Islam di sana lebih menekankan pendidikan agama Islam kepada generasi penerusnya.
    Adapun mengenai Kehidupan sosial kemasyarakatan di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, dari ungkapan Kyai Ridho, ia menjelaskan bahwa masyarakat Dadap dalam menghadapi kehidupan selalu bersifat optimis, terbukti dengan usaha mereka bekerja keras dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tidak ada masyarakat yang secara total menganggur.
    Selain itu, masyarakat Dadap sebagai masyarakat pinggiran yang masih diliputi oleh rasa kekeluargaan yang cukup tinggi, terbukti dengan gotong-royong dan kebersamaan mereka dalam berbagai kegiatan sosial dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial dan bekerja sama dalam hal pencarian nafkah dalam bidang pelayanan penangkapan ikan.
    Ustadz Rohman menungkapkan bahwa sebagai suatu kesatuan sosial-budaya, masyarakat nelayan di desa Dadap memiliki berbagai ciri perilaku sosial yang dipengaruhi oleh karakteristik kondisi geografis dan matapencaharian penduduknya. Sebagian dari ciri-ciri perilaku sosial tersebut adalah; Etos kerja tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran, kompetitif dan mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan, apresiasi terhadap prestasi seseorang dan menghargai keahlian, terbuka dan ekspresif, sehingga cenderung kasar, solidaritas sosial yang kuat dalam menghadapi ancaman bersama atau membantu sesama ketika menghadapi musibah, kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang tinggi, temperamental, khususnya jika terkait dengan harga diri.

C.    Analisis Masalah
Komitmen nelayan di daerah Dadap dalam menjalankan ajaran agama Islam atau tradisi lokal, dan respon mereka terhadap perubahan sosial berdasarkan pengamatan penulis dan hasil wawancara penulis terhadap beberapa sumber informasi dari jaman ke jaman semakin berkembang.
Di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah, meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak hanya menyangkut budaya material, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol-smbolnya. Sekalipun masyarakat nelayan Dadap mengkonstruksi pandangan Islam dan tradisi lokalnya, ritual-ritual tradisi lokal tersebut ternyata tidak berakar dari tradisi yang kaku.
Menurut Ustadz Mushlih, bahwa pada perkembangan jaman seperti saat sekarang ini tantangan hidup semakin berat, serta maraknya budaya moderenisasi yang masuk dari luar belum tentu mempunyai nilai positif dalam kehidupan masyarakat khususnya di Desa Dadap. Oleh karena itu untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi dari akibat masuknya budaya-budaya baru, maka diperlukan sebuah filter untuk menyaring budaya tersebut. Dalam hal ini pendidikan agama Islam mempunyai peranan penting untuk membentengi diri setiap manusia, khusunya bagi masyarakat nelayan agar tidak keluar dari koridor norma yang bisa merusak moral, serta citra bangsa.
Dengan kata lain, pada waktu agama yang coraknya universal menjadi lokal maka terjadilah perubahan-perubahan dalam isi ajarannya, yaitu menjadi berisikan ajaran-ajaran mengenai keyakinan yang bukan hanya universal tetapi juga lokal. Yaitu, mencakup juga keyakinan bersama yang dipunyai oleh masyarakat suku bangsa tersebut mengenai kebenaran yang mengacu pada kebudayaannya, sebelum diterimanya agama besar sebagai agama mereka.
Terkait dengan kehidupan sosial budaya,  Dadap merupakan masyarakat yang kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi kelompok-kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir. Dengan memperhatikan struktur sumber daya ekonomi lingkungan yang menjadi basis kelangsungan hidup dan sebagai satuan sosial, masyarakat nelayan di desa Dadap memiliki identitas kebudayaan yang berbeda dengan satuan-satuan sosial lainnya, seperti petani di dataran rendah, peladang di lahan kering dan dataran tinggi, kelompok masyarakat di sekitar hutan, dan satuan sosial lainnya yang hidup di daerah perkotaan.
Bagi masyarakat Dadap kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Menurut Kyai Robah Asy’ari bahwa setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap  lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial.
Dengan demikian, bahwa perspektif antropologis untuk memahami eksistensi suatu masyarakat bertitik tolak dan berorientasi pada hasil hubungan dialektika antara manusia, lingkungan, dan  kebudayaannya. Karena itu, dalam beragam lingkungan yang melingkupi kehidupan manusia, satuan sosial yang terbentuk melalui proses demikian akan menmpilkan karakteristik budaya yang berbeda-beda.
Kyai Robah Asy’ari dan kawan-kawan tentu tidak serta merta secara radikal melarang ritual-ritual sinkretisme atau budaya yang berbeda-beda. Bagi beliau, bercakap-cakap ringan, memberikan sedekah, melaksanakan gotong royong di desa Dadap dapat memperkuat tali silaturahim sehingga bisa memberikan turunan dakwah. Dalam proses perubahan itu, Kyai Robah dan Ustad-ustadz yang lain bertindak sebagai aktor yang memberikan pemahaman tentang Islam. Namun, sebagai orang yang menghargai masyarakat setempat, ia tak ingin memaksakan pemahamannya sehingga terjadi konflik. Hal yang paling penting menurut beliau adalah menyampaikan. Perkara diterima atau tidak, itu sudah menjadi urusan masing-masing.










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Komitmen keberagaaan para nelayan di daerah Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Indramayu kiranya merepresentasikan karakteristik masyarakat pesisir secara umum. Komitmen mereka tercermin dari frekuensi mereka dalam menjalankan ajaran agama Islam, adanya simbol-simbol dan organisasi Islam, serta praktik-praktik di luar Islam yang cenderung ke arah sinkretisme.
Melihat dimensi ideologis dan dimensi ritual, dari data-data yang ada, nelayan di desa Dadap lebih berkomitmen untuk menjalankan tradisi Islam lokal ketimbang ritual Islam yang murni. Terbukti dari ritus-ritus yang mereka lakukan, seperti nadran yang menghabiskan puluhan hingga ratusan juta, menyediakan sesajen, dan lain-lain.
Dari pada itu, bahwasanya komitmen keberagamaan masyarakat nelayan lahir dari konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat nelayan sendiri. Sekalipun di desa Dadap terdapat proses dialektis antara Islam dan tradisi lokal, namun tetap Islam belum bisa menyentuh kedalaman budaya lokal yang mendalam, tetap berada di luar sebagai suatu keyakinan tersendiri. Itulah mengapa para tokoh agama lebih fokus ke anak-akan nelayan dalam memberikan asupan ajaran Islam ketimbang para orangtua yang sudah mengkonstruksi dimensi ideologisnya sendiri. Dalam proses konstruksi sosial, desa Dadap dari jaman ke jaman semakin berkembang.
Kehidupan masyarakat Dadap sampai saat ini dapat berjalan dengan harmonis, saling menghormati, saling menghargai dengan penuh kebersamaan dan gotong royong dan diharapkan kondisi ini dapat terus terpelihara dengan baik terutama dalam mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Meskipun diakui pula bahwa setiap malam masih banyak anak muda yang nongkrong bahkan sambil meminum minuman keras, tapi sejauh ini tidak mengganggu kondusifitas warga dan kampung.



B.    Informan
1.    Kyai Jawahir (Sesepuh Desa Dadap) dan Kepala Sekolah Madrasah NU
2.    Kyai Ridho (Sesepuh Desa Dadap) dan Imam Musholla Al-Mukhlisin
3.    Kyai Robah Asy’ari (Ulama Desa Dadap) dan Imam Masjid Nurul Huda
4.    Ustadz Mushlih (Tokoh Masyarakat Desa Dadap) dan Imam Musholla Al-Badar
5.    Ustadz Murod Rohman (Tokoh Masyarakat)
6.    Bapak Rosyid (Ketua RT 01 desa Dadap)
7.    Bapak Wartiman (Penduduk Dadap/Nelayan)
8.    Bapak Wadih (Penduduk Dadap/Nelayan)
Tag : , ,

Download Emulator SEGA untuk PC

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Assalamualaikum kawan, pada kesempatan ini, saya akan share sebuah software emulator.Tau apa itu emulator? Emulator ini adalah simulasi dari sebuah alat.Dan emulator yang akan saya share adalah emulator game SEGA.Yup sebagaimana yang kita ketahui, SEGA ini adalah sebuah konsol game era 90-an yang mana saya sendiri dahulu sangat suka memainkannya.Mulai dari game Sonic, Talmits Adventure, dan lain-lain.Emulator ini bisa dimainkan di dalam PC atau laptop kawan.Oke berikut sedikit screenshot dari emulatornya :

filsafat-pemula.blogspot.com
Hahaha, bagi kalian yang ingin bernostalgia dengan game ini, saya rekomendasikan sebuah software emulator yang saya fikir ini emulator paling keren.Yup, berikut link downloadnya :


Membuat Glow Teks Online

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Pada kesempatan ini saya mau berbagi bagaimana membuat sebuah teks yang glow atau berkilauan.Oke, kali ini agak sedikit curcol yah :v , banyak memang tutorial di internet mengenai bagaimana cara membuat glow teks dengan menggunakan tool seperti adobe photoshop atau corel draw, tapi itu agak sedikit sulit.Dan allhamdulillah pada kesempatan ini, saya mau berbagi bagaimana membuat sebuah teks menjadi berkilauan dengan online tool,
Berikut contohnya :
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Bagaimana? keren bukan, oke, pada dasarnya anda bisa membuat tulisan apapun dengan style apapun di website itu, anda juga bisa memberi ukuran bebas pada gambar tersebut.Oke, tanpa panjang lebar, berikut link websitenya :

Clover

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Clover merupakan sebuah software untuk mengoperasikan windows exploler yang fungsinya lebih baik dari pada exploler bawaan windows.Bagi anda yang suka copy paste, tentunya software ini merupakan pilihan, karena terdapat fungsi newtab layaknya seperti yang ada di browser.Dengan fungsi ini, kita bisa mengkopi file ke banyak tempat dengan sangat mudah.
berikut screenshotnya :
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Pada Bagian atas, terdapat fungsi newtab, dan untuk kembali ke folder sebelumnya, anda cukup klik 2x di sembarang tempat.Simpel bukan?.Saya sendiri menggunakan software ini untuk mempermudah saya dalam mengoperasikan windows exploler.
Berikut link downloadnya :



Tag : ,

Tasawuf Menurut KH. Said Aqid Siradj (Bagian 1)

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah



Pertama-tama, tasawwuf bukan merupakan akhlak, disini terdapat kerancuan orang yang menyamakan antara tasawuf dan akhlak.Apabila ada orang yang memiliki akhlak yang mulia, belum tentu dia seorang sufi.Intinya ialah Tasawuf bukan merupakan ilmu akhlakul karimah.
Kedua, tasawuf juga bukan merupakan ilmu hikmah, atau ilmu kebatinan atau ilmu perdukunan.Barangsiapa yang menjalankan ilmu hikmah sesuai dengan prosedur yang ditunjukan oleh kitab hikmah, dan kemudian berhasil, ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan tasawuf.Contoh, bila ada seorang yang mampu mengobati seseorang dengan air do'a nya atau seseorang yang mampu berjalan di atas air atau apapun, ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan tasawuf.
Ketiga, tidak ada kaitannya bilangan kuantitas ibadah dengan tasawuf.Contoh, apabila seseorang yang rajin shalatnya, mengajinya, dan lain-lain.Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tasawuf.

Kembali kepada permasalahan,Terdapat banyak definisi Tasawuf secara harfiah atau bahasa.Berikut beberapa definisi tasawuf menurut beberapa ahli.
1. Abu bakar al kalabadi
Pertama, Tasawuf berasal dari kata "sofaaun" yang artinya bersih atau jernih pendapat ini menurut Abu bakar al kalabadi dalam kitabnya "At-Taarruf li mazhabi ahli tasawuf.Mengapa "sofa", karena tujuan tasawuf ini adalah "li sofail insan an kadurotil basyariah"yang artinya untuk membersihkan hati.

2. Ibnul Jauzi
Kedua, tasawuf berasal dari kata "suffah" suffah merupakan nama julukan sebuah tempat di madinah.Ahlussuffah merupakan orang yang tinggal di serambi masjid madinah.Ini merupakan tempat tinggal para Muhajirin yang datang ke madinah.Jumlahnya kurang lebih 10 orang.Dalam prosesnya, para anggota ahlussuffah ini tidak saling megenal satu sama lain, akan tetapi menjadi saudara yang kuat, pertemanan yang tulus.Salah satu orang yang menjadi ahlussuffah ialah Abudzar Al-Ghiffari.Orang tasawuf ini mengikuti akhlak dan sikap ahlussuffah ini, yakni pertemanan yang tulus, persahabatan yang ikhlas.Walaupun tidak mengenal satu sama lain.Pendapat ini didukung oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya talbis iblis.

3. Pemuda Jahiliah
Ketiga, Diceritakan pada masa jahiliah ada seorang ibu yang sangat mendambakan anak laki-laki.Kemudian Ibu ini bernadzar bila mempunyai anak laki-laki, maka ia tidak akan mempekerjakannya.Ia akan mempersembahkannya untuk berkhidmat, melayani baitullah (ka'bah).Kemudian ibu ini dikaruniai anak laki-laki.Ketika beranjak dewasa.Anak laki-laki ini tiba-tiba pingsan.Kemudian ibu ini melihat dan berkata "Masoro ibni ila suufah" yang artinya, anak saya sekrang sudah lemas seperti kain lap.Maka, kata suufah ini di artikan kain lap dan dinisbatkan kepada sufi.Kemudian timbul pertanyaan, apakah mau kita menisbatkan para sufi-sufi besar kepada orang yang hidup di masa jahiliah.

4. Abdul Karim Al Kuysairi
Keempat, Menurut Imam Abdul Karim Al Kuysairi.Tasawuf berasal dari kata "Suuf", maknanya bulu domba.Bulu domba ini berbau tidak sedap dan teksturnya kasar dan keras.Dari sisi bahasa ini benar, jadi ahli tasawuf ini tidak mementingkan kepentingan tampilan lahiriah.

Untuk lanjut ke-bagian 2, silahkan cari di Blog ini.
Tag : ,

Teologi Islam Transformatif (Buya Hamka)

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
Buya Hamka
(Pemaknaan ulang konsep-konsep dalam tasawuf)

Biografi
Buya Hamka adalah nama pamor dari seorang pemikir Islam  bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah, dilahirkan pada 16 Februari 1908 di Kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat dalam keluarga yang sudah terbiasa dengan tradisi pendidikan dan agama Islam. Buya adalah panggilan akrab khas Melayu, sedangkan Hamka adalah nama singkatnya. Ayahnya bernama Syaikh Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul, yaitu seorang ulama yang juga terkenal di zamannya, khususnya Minangkabau. Dia tinggal daerah dekat Sungai Batang dan Danau Maninjau. Maninjau dikenal sebagai tempat lahir banyak tokoh-tokoh  berpengaruh, diantaranya adalah Mohammad Natsir, A.R. Sutan Mansyur, Rasuna Said, dll. Rupanya, kelak bocah kecil yang dididik keras oleh ayahnya ini juga menjadi tokoh Islam  berpengaruh di negeri Indonesia.

Epistemologi Ketuhanan Filsafat Abad Pertengahan

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/


Epistemologi Ketuhanan

1.Tuhan sebagai obyek kajian metafisika
2.Apabila manifestasi lahiriah dari semesta maupun jiwa dapat ditangkap indera, maka hal yang sama tidak berlaku bagi realitas ketuhanan
3. Epistemologi ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia
4. beberapa macam pembuktian filosofik yang berusaha membukakan jalan-jalan menuju Tuhan; yaitu pembuktian ontologi, kosmologi, teleologi, moral, Henelogical argument

Ontologis
Anselmus Abad pertengahan------> titik tolak argumen Anselmus yang Maha Besar (yang Maha Tinggi) dari segala sesuatu yang dapat dipikirkan itu mustahil hanya terdapat di dalam alam pikiran saja.Jadi tidak boleh tidak yang Maha Besar dan Maha Tinggi itu harus ada pula di dalam kenyataan.
Kosmologis
1.    menolak argumen ontologi Anselmus
2.    argumen kosmologi
3.    argumen ini mengatakan bahwa pembuktian ini pada dasarnya diperoleh mlalui observasi langsung terhadap alam semesta. Pembuktian ini sangat beragam, baik segi pendekatan maupun data-data yang diolah. Tetapi yang jelas pembuktian ini berangkat dari problematika yang terjadi di alam semesta, baik keteraturan, kejadian, peristiwa yang berlangsung di alam, sesungguhnya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi ada yang mengatur. Pada akhirnya argumen ini sampai pada kesimpulan puncak bahwa yang mengatur itu adalah Tuhan Yang Maha pengatur.
4.    pertama kali dicetuskan oleh Plato
5.    Pembuktian Aristoteles secara Kosmologis tentang adanya Tuhan, sebagaimana dalam karyanya Metaphysics adalah bahwa Tuhan dipandang sebagai penggerak pertama. Teori ini pada dasarnya berpangkal dari pemikirannya mengenai Hylemorphism, yaitu  materi (hyle) dan  bentuk (Morphe).

Teleologi
1.Pembuktian ini pada dasarnya berangkat dari kenyataan tentang adanya aturan-aturan yang terdapat dalam alam semesta yang tertib, rapi dan bertujuan. Dengan demikian, secara sederhana, pembuktian ini beranggapan adalah:
1.    Serba teraturnya alam memiliki tujuan
2.    Serba teraturnya dan keharmonisan alam ini tidaklah oleh kemampuan alam itu sendiri
3.    Di balik alam ini ada sebab yang maha bijak
2.dengan memperhatikan setiap susunan alam semesta yang sangat tertib dan bertujuan dapat kita pastikan bahwa terdapat suatu zat yang Maha pengatur dan Pemelihara, sekaligus menjadi tempat tujuan dari alam semesta
3. Bukti teologis ini dianggap oleh para teolog maupun filosof sebagai bukti yang cukup kuat diantara bukti-bukti klasik lainnya

Henological Argument
Thomas Aquinas
1.    kritikan Thomas Aquinas terhadap gagasan Santo Anselmus
2.    Thomas Aquinas tidak menerima bahwa hanya dari pengertian tentang ada, yang Maha Tinggi atau dari yang Tertinggi yang dapat dipikirkan
3.    Kritik Thomas Aquinas terhadap pembuktian ontologis Anselmus meliputi tiga hal :
a. menyanggah ekuivalensi antara konsep tentang Allah yang tertinggi yang dapat dipikirkan: ”Barangkali orang yang mendengar kata Tuhan, dia sama sekali tidak membayangkan suatu ada yang sedemikian sehingga yang lebih besar dari pada itu tidak dapat dibayangkan lagi”.
b. Akhirnya, jawaban yang menjadi klasik dan seperti yang pertama menyanggah Anselmus. Marilah kita setujui bahwa Tuhan dipahami sebagai yang tertinggi yang dapat dipikirkan. Pertama-tama harauslah dibuktikan bahwa obyek yang demikian itu yang lebih besar daripada itu tak mungkin dapat dibayangkan
Thomas Aquinas
Keberadaan Tuhan itu 5 :
1.    argumen gerak. Argumen ini diangkat dari sifat alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti digerakkan oleh  sesuatu yang lain. Sebab tidak mungkin suatu potensialitas bergerak keaktualitas tanpa ada penyebabnya; dan penyebab itu tidak mungkin ada pada dirinya sendiri. Kemudian, timbul persoalan bila demikian berarti penggerak itupun memerlukan penggerak di luar dirinya. Akhirnya akan terdapat penggerak berangkai yang tidak terbatas, yang konsekwensinya berarti tidak ada penggerak. Menjawab persoalan ini Aquinas mengatakan bahwa justru karena itulah maka harus ada penggerak pertama, yaitu penggerak yang tidak digerakkan oleh yang lain, itulah Tuhan. Kesimpulan ini nampaknya sama persis dengan yang dikemukakan oleh Aristoteles
2.    argumen sebab yang mencukupi. Di dunia ini tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri. Karena bila demikian ia mesti menjadi lebih dulu dari dirinya. Sedangkan itu tidak mungkin. Dalam kenyataannya yang adalah adalah rangkaian sebab dan musabab. Seluruh sebab berurutan secara teratur : Sebab pertama menghasilkan musabab, dan musabab ini menghasilkan musabab yang lain, dan seterusnya. Membuang sebab sama dengan membuang musabab. Artinya, menurut Aquinas bila tidak ada sebab pertama tentu tidak akan ada rangkaian sebab tersebut, dan itu berarti tidak akan ada apa-apa. Sedangkan kenyataannya; “apa-apa itu ada”. Berarti memang ada sebab pertama, ialah Tuhan.
3.    argumen kemungkinan dan keharusan. Adanya alam ini bersifat mungkin, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya juga bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Kesimpulan itu diambil dari kenyataan bahwa alam dan isinya ini dimulai dari tisdak ada, lalu muncul, berkembang, rusak dan menghilang. Konsekwensinya alam ini tidak mungkin selalu ada, karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Kenyataannya alam dan isinya itu ada, Berarti harus ada sesuatu yang ada, karena tidak mungkin muncul yang ada itu apabila ada pertama tidak ada. Ada pertama itu harus ada karena alam dan isinya itu kenyataannya ada. Yang ada pertama itu Dialah Tuhan
4.    argumen tingkatan. Isi alam ini memiliki tingkatan, dalam hal keindahan, kebaikan, dan sebagainya. Misalnya ada yang indah, lebih indah, dan terindah. Tinggi, lebih tinggi, dan tertinggi atau maha tinggi. Tingkatan tertinggi menjadi sebab adanya tindakan di bawahnya. Begitu juga tentang ada. Tuhan memiliki sifat ada yang tertinggi. “Ada” yang ada di bawahnya disebabkan oleh ada yang tertinggi tersebut. 
5.    argumen keteraturan alam. Isi alam dari jenis yang tidak berakal, kenyataannya dapat bergerak menuju tujuan tertentu secara teratur, dan pada umumnya berhasil mencapai tujuannya. Padahal mereka itu tidak mempunyai pengetahuan  tentang tujuan tersebut. Berarti ada sesuatu di luar dirinya yang mengatur itu semua. Karena sesuatu yang tidak berakal tidak mungkin dapat mencapai tujuan, tanpa ada yang mengaturnya. Sesuatu yang mengatur alam dan isinya itu harus ada, harus berakal, dan harus berpengetahuan. Itulah Tuhan

Makna Tasawuf Dalam Janturan Wayang Kulit Purwa

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
                                                      
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/
              
                                                                               BAB 1

                                                                      PENDAHULUAN


1.    Latar Belakang

Seni Wayang kulit merupakan salah satu kesenian yang berasal dari tanah Jawa yang erat hubungannya dengan tradisi lokal pada masanya.Khususnya di Cirebon, wayang selain merupakan seni hiburan, juga merupakan media dakwah para wali untuk menyebarkan agama Islam di tanah jawa ini.

Hingga saat ini, seni wayang kulit tetap menunjukan eksistensinya walaupun memang semakin sedikit sekali peminat dan penerusnya akibat pergeseran zaman.Walaupun begitu, masyarakat Desa Mertasinga tetap dan masih melestarikan budaya ini guna menunjukan jati diri sebagai masyarakat yang cinta akan budaya.Seni wayang kulit pun menjadi salah satu seni yang tetap dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat desa Mertasinga selain sebagai hiburan, juga sebagai pemererat hubungan antar sesama.

Munculnya seni Wayang Kulit di tanah Jawa ini tidak bisa dilepaskan dari salah satu penyebarnya, yaitu Sunan Kalijaga yang mendapat gelar Sunan Panggung yang mana beliau menggunakan Wayang Kulit sebagai media dakwahnya dalam menyebarkan agama Islam.Selain itu, dalam Seni Wayang Kulit pun terdapat makna tasawuf yang dibawa oleh Sunan Kalijaga dalam rangka memasukkan ajaran Islam kedalam Seni itu.

    Dari itulah, tema yang akan dibahas kini, mengenai “Makna Tasawuf dalam Seni Wayang Kulit (Janturan) di Cirebon (studi kasus pagelaran Wayang Kulit di Desa Mertasinga, Cirebon)”




2.    Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.    Apa itu Jantaran dalam Seni Wayang Kulit ?

2.    Apa saja klasifikasi Jantaran dalam Seni Wayang Kulit ?

3.    Apa makna tasawuf yang terkandung didalamnya?



3.    Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian sebagai berikut :

1.    Untuk mengetahui sejarah Sunan Kalijaga sebagai penyebar agama Islam yang menggunakan wayang kulit sebagai media dakwahnya

2.    Untuk mengetahui kandungan tasawuf didalam Seni Wayang Kulit



4.    Manfaat Penelitian

     Agar bisa memahami lebih dalam, bahwa Islam masuk ke tanah Jawa selain yang kita ketahui melalui jalur perdagangan dan pernikahan, juga corak tasawuf telah mewarnai perkembangan Islam khususnya ditanah Jawa melalui Seni Wayang Kulit.


                                              BAB II

                                       PEMBAHASAN


A.    Sejarah Pewayangan Cirebon


a.    Sunan Kalijaga

Didalam naskah Babad Cirebon, tertulis bahwa Sunan Kalijaga merupakan tokoh pencetus pertama pembuatan wayang kulit Cirebon, Pangeran Kajoran merupakan tokoh pertama yang mereproduksi wayang kulit Cirebon, kemudian Sunan Bonang merupakan tokoh pertama yang mengubah aransemen gamelan wayang Cirebon, Sunan Gunungjati merupakan tokoh yang bertanggung jawab atas dibuatnya wayang kulit dan dipergelarkannya pergelaran wayang kulit Cirebon.

Sunan Kalijaga menurut versi Bapak Dalang Teja, dimulai dari seorang sultan dari Mesir bernama Syarif Abdullah memiliki seorang bayi laki-laki.ketika Sunan Kalijaga masih bayi ini ibunya wafat, kemudian Sultan Syarif Abdullah melihat kepada jabang bayi Sunan Kalijaga ini merupakan pertanda yang buruk.Akhirnya, bayi itu dimasukkan kedalam peti dan dibuang kelautan.Kelak kemudian jabang bayi ini ditemukan oleh nelayan di laut di daerah Tuban Jawa Timur.Dan ketika ditemukan bayi ini, kemudian dilaporkan kepada Tumenggung Wilatikta dan kemudian diangkat menjadi anaknya

Menurut Versi Dalang Teja, Dikisahkan bahwa Sunan kalijaga bertemu dengan shangyang kontea atau yudhistira dimana shangyang kontea ini tidak bisa wafat (mati) dikarenakan jimat yang ada pada kepalanya yakni “jimat layang kalimu syada”. Ketika Sunan kali jaga bertemu shangyang kontea ini, shangyang kontea ini berbentuk patung batu yang besar, Sunan Kalijaga tidak menyadari bahwa patung itu hidup.Kemudian Sunan Kalijaga memegang jimat itu lalu beliau pingsan.Dalam pingsannya itu, beliau bermimpi mendapatkan ilmu dari Allah tentang kehidupan sebelumnya yaitu cerita para wayang. Kemudian Shangyang Kontea ini menghentikan tapanya, kemudian barulah ada tanya jawab antara Sunan Kalijaga dengan Shangyang Kontea.Shangyang Kontea ini berasal dari India, Shangyang Kontea melakukan perjalanan ke tanah Jawa demi bertemu dengan Raden Syahid yakni Sunan Kalijaga.Shangyang Kontea memiliki Jimat itu yang membuat dia tidak bisa wafat, kemudian Shangyang Kontea diberi tahu oleh adiknya yakni Batara Kresna untuk melakukan perjalanan ke Pulau Jawa dan bertemu dengan Raden Said di Pulau Panjang(Pulau Jawa).Sebenarnya niat Sunan kalijaga dalam perjalanan ingin berguru ke Sunan Gunung jati di Cirebon.Kemudian Sunan Kalijaga menyuruh memberikan jimat itu Sunan GunungJati dan kemudian Shangyang kontea dibai’at syahadat yang akhirnya wafat.

Peranan Sunan Kalijaga sebagai kreator untuk visual dan seni pergelaran wayang kulit Cirebon.Semua dalang di Cirebon hampir sepakat bahwa pencipta seni wayang kulit adalah Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga biasa disebut Sunan Panggung seperti yang tercatat dalam Tetekon Dalang Cerbon.Keberadaan Sunan Kalijaga dalam pengembangan kesenian wayang di Cirebon memang tidak dapat disangkal lagi.Tradisi lisan maupun keberaksaraan mencatat keberadaan Sunan Kalijaga di Cirebon sejak masa pemerintahan Sunan Gunungjati sampai masa pemerintahan Panembahan Ratu I (1568-1649).Didalam Babad Cirebon, diceritakan bahwa kedatangan Sunan Kalijaga di Cirebon pada awalnya untuk mendalami ilmu tasawuf kepada Sunan Gunungjati.Nyatanya kemudian Sunan Kalijaga pun berhasil mengembangkan talentanya dibidang kesenian, khususnya wayang kulit.Bahkan kesenian khususnya wayang kulit merupakan media andalan yang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam.Menurut Dalang Teja, Sunan Kalijaga mengartikan dalam menyebarkan agama Islam melalui seni dengan cara memasukkan makna tasawuf kedalamnya seperti :

1.    Wayang untuk mengajarkan Syariat

2.    Berokan atau Barongan untuk mengajarkan ilmu thariqat

3.    Topeng untuk mengajarkan ilmu hakikat

4.    Ronggeng atau tayuban untuk mengajarkan ilmu ma’rifat.


b.    Janturan Wayang Cirebon


Dalam Seni Wayang, terdapat istilah bernama Janturan.Janturan adalah barisan wayang di atas panggung, yang ditancapkan di atas batang pisang, baik sebelah kiri atau pun sebelah kanan. Setiap susunan janturan, baik tengen(kanan) maupun kiwa(kiri) memiliki klasifikasi yang sama.Janturan dimulai dari ukuran wayang yang paling besar hingga keukuran paling kecil.Letak kiwa(kiri) atau tengen(kanan) tidak menunjukan klasifikasi baik buruknya karakter wayang, tetapi merupakan tahapan martabat keimanan yang tercermin dalam ajaran tasawuf cirebon.Bentuk janturan model Cirebon ini mempertentangkan antara teori penciptaan(teori kreasi) dan teori pancaran(teori emanasi).Artinya mengakui adanya kedua teori tersebut.


B.    Makna Tasawuf dalam Janturan Wayang

Urutan pemaknaan Janturan wayang Cirebon berdasarkan teori tasawuf yang terdapat dalam Martabat Pitu, yang dinukil dari kitab Babon Paterkatan yang ditulis oleh Pangeran Muhammad Arifuddin Kusuma Bratawirja dari Kaprabonan Cirebon.Berikut pemaknaannya :

1.    Kemangmang

Menurut kepercayaan orang Cirebon, tokoh Kemangmang adalah sejenis hantu yang hanya memiliki kepala berambut api yang menyala-nyala.Kemangmang sering menakut nakuti orang ketika dipinggir sungai, karena kemangmang tidak memiliki tubuh maka apabila ia menakut-nakuti orang dia akan selalu bertanya malang (melintang) atau mujur (lurus)?Apabila orang yang ditakut-takuti menjawab “mujur”, maka ia akan selamat karena akan keluar lagi dari hantu kepala api itu, akan tetapi jika menjawab “malang” maka tidak akan selamat.

Kemangmang merupakan simbol dari Api, matahari atau sejenisnya.Ki dalang Jumar menggambarkan Dzat Nurullah yang pertamakali muncul dalam alam awang-uwung dengan Kemangmang.Menurut kitab babon petarekatan, Dzat Nurullah berkehendak menampakkan tajalli-nya pada martabat Ahadiyah, pada tataran ini tidak ada yang ada kecuali Dzat Nurullah.

Pada martabat Ahadiyah ini Allah menyaksikan dirinya sendiri.Syahadat pada martabat Ahadiyah ini disebut sebagai syahadat “mu’tawilah”yang berisi”(belum ada langit bumi dan sejenisnya semua itu sudah ada Tuhan Yang Maha Kuasa, berdiri sendiri, satu dzatnya, satu sifatnya).Selain merupakan simbol Nurullah, Kemangmang juga simbol dari api atau Shanghyang Arka(Matahari).Bentuk Kemangmang merupakan susunan dari lajur-lajur lidah api.Kemangmang memiliki wajah berbentuk kala atau raksasa.Menurut Dalang Teja, Kemangmang di Pewayangan Cirebon memiliki bentuk yang sama.


2.    Manuk Beri

Manuk Beri adalah sesosok burung Garuda.Setiap dalang memiliki jenis Manuk Beri yang berbeda.Tokoh manuk Beri kadang digunakan untuk tokoh Jatayu atau terkadang untuk lakon Ramayana.

Manuk berasal dari akronim manuksma atau menjelma, sedangkan beri berarti bersih ing diri atau suci.Gambaran ini menunjukan bahwa ada makhluk ciptaan Allah, yang tidak memiliki nafsu dan senantiasa patuh pada perintah Allah juga tidak pernah melanggar larangan Allah.Mahluk tersebut biasa kita sebut Malaikat.Jadi mengapa Manuk Beri diposisikan pada Janturan Keduaterluar setelah Kemangmang, karena Manuk Beri adalah simbol dari Malaikat, sedangkan Kemangmang simbol dari jin(iblis) yang diciptakan terlebih dahulu.

Dalam ajaran Martabat Pitu, Manuk Beri merupakan simbol Nur Muhammad yang dipancarkan dari Nurullah atau emanasi dari Nurullah, pada martabat Wahdah.Setelah tercipta Nur Muhammad kemudian Nur muhammad melihat sekelilingnya, sebelum Nur Muhammad melihat Nurullah , dia merasa menjadi satu-satunya realitas yang ada pada saat itu (ta’ayyun awal). Namun atas kehendak Nurullah maka Nur muhammad dapat melihat Nurullah.Maka gemetarlah seluruh tubuh Nur Muhammad, kemudian memancarkan keringat yang berupa cahaya.Kemudian dari cahaya yang muncul itu, terciptalah arwah seluruh makhluk yang akan diciptakan Allah.Kemudian Roh Muhammad yang telah tercipta menjadi roh-roh para makhluk tersebut mengucapkan syahadat.Syahadat itu disebut Syahadat Mutawasith kemudian diucapkan oleh seluruh roh pada martabat wahidiyah.

Janturan wayang Kemangmang dan Manuk Beri merupakan lakon wayang individu, yakni perseorangan berbeda dengan janturan wayang yang lain.


3.    Buta Sewu

Menurut Versi pedalangan kasultanan kanoman, Juga menurut Dalang Teja, Buta Sewu melambangkan Nabi Adam atau mahluk yang diciptakan Allah setelah jin iblis dan malaikat.Adam(manusia) merupakan makhluk ketiga yang diciptakan Allah.Maka dari itu, Buta Sewu sebagai lambang Adam diletakkan pada posisi Janturan ketiga.Buta sewu digambarkan sebagai sosok raksasa yang memiliki satu tubuh bertangan empat, berkaki dua dan berkepala seribu.Bentuk ini menggambarkan umat manusia yang jumlahnya jutaan, tetapi berasal dari satu orang, yaitu Adam.Masyarakat Cirebon mengakui adanya teori kreasi(teori penciptaan).Pada saat Adam diturunkan kedunia sampai dengan wahyu kenabian diturunkan kepada Rasulullah Muhammad, mulailah diberlakukan Syahadat Mutaakhiran.

Buta Sewu dapat disimbolkan dengan Martabat Alam Arwah.Kedudukan roh-roh makhluk yang akan diciptakan Allah sebelum menyatu dengan jasadnya.Karena ketika roh adam diturunkan, roh belum masuk ke jasad Adam, roh mengelilingi Adam yang masih berbentuk tembikar (tanah liat) barulah atas perintah Allah, roh itupun masuk ke dalam jasad Adam.


4.    Denawa

Menurut Dalang Teja, sebenarnya Janturan Denawa ini sama dengan Buta Sewu.Urutan Janturan yang ke empat dari kanan paling luar adalah kelompok Denawa.Menurut versi Ki Dalang Suwarta, setelah Buta Sewu Janturan Denawa dimulai dengan Kalagede(Buta Kala bermahkota) kemudian disusul secara berurutan adalah Buta Ula, Buta Yaksa, Buta Plasta(Prahasta), Buta Banteng, dan Kala Ngore.Alasan Kalagede diletakkan setelah Buta Sewu adalah secara teknis tinggi Kalagede agak menyamai tinggi Buta Sewu, namun alasan filosofis adalah setelah terciptanya Adam(disimbolkan dengan Buta Sewu)barulah sejarah zaman (kala) kehidupan manusia dimulai.Menurut Dalang Teja, Gambaran Denawa ini divisualisasikan oleh Iblis yang sudah dalam keadaan di laknat oleh Allah.

Dualisme perilaku dan keyakinan yang digambarkan dalam bentuk visual denawa melambangkan suatu ketidakpastian.Ketidakpastian itu muncul karena kehendak Allah terhadap ciptaannya belum direalisasikan.Ketidakpastian ini dalam faham Martabat Pitu disebut alam Mitsal, yakni suatu keadaan manakala roh sudah ditiupkan kejasad(janin) namun ketentuan Allah atau takdirnya belum diberikan.Ketentuan tersebut berupa Bagja Cilaka, umur, jenis kelamin juga belum ditentukan pada Martabat Alam Mitsal.


5.    Ponggawa

Ponggawa merupakan tokoh wayang berbadan tegap, kokoh, dan besar. Ponggawa melambangkan alam ajsam, alam ajsam adalah kedudukan manakala bentuk fisik manusia telah tercipta dengan sempurna tetapi kesempurnaan fisik itu belum diimbangi dengan kesempurnaan ilmu dan iman kepada Allah.Dalang Teja menggambarkan tokoh Ponggawa ini sebagai tokoh yang berbadan besar, kuat.Akan tetapi masih belum sempurna Pemikirannya.Jadi hanya mengandalkan kekuatan saja.Contoh lakon wayang yang digambarkan disini seperti Wayang Bima, seperti diketahui Bima merupakan figur tokoh wayang yang Kuat akan tetapi belum cerdas pemikirannya.Berbeda dengan Janturan Satria yang akan dibahas Selanjutnya.

Menurut Dalang Teja, Sebenarnya ada masa peralihan antara Januran Ponggawa dengan Satria, yakni Janturan Wanara.Wanara yang merupakan bahasa kawi berarti sejenis Kera.Lakon wayang yang dicontohkan seperti Hanoman.Bila dikaitkan dengan teori penciptaan manusia seperti Teori Darwin, masa peralihan manusia menjadi manusia yang sempurna adalah melalui binatang kera.


6.    Satria

Satria berasal dari kata sa yang berarti menjaga, tri berarti tiga dan a  singkatan dari agama, jadi makna satria adalah menjaga tiga rukun agama yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Kata Iman diambil dari sebuah simbol anatomi tubuh dari satria yaitu dari wajah, badan hingga kaki yang semuanya menggambarkan perilaku baik. Sedangkan Islam adalah pasrah berserah diri kepada Allah. Seorang satria akan mempertaruhkan dan menyerahkan jiwa raganya untuk Allah berupa amar ma’ruf nahi munkar. Bentuk Ihsan yang tergambar dari satria adalah mengemban tugas dan memberikan kasih sayang kepada seluruh alam ini.

Figur satria dapat disepadankan dengan figur Insan Kamil (alam Insan Kamil). Insan Kamil adalah manusia sempurna yaitu manusia manusia yang sudah memiliki kesempurnaan lahiriyah dan batiniyah. Insan kamil adalah manusia yang sudah dapat memenuhi kebutuhan material dan spiritual.


7.    Putren

Tokoh pewayangan yang masuk ke dalam janturan wayang putren adalah Dewi Sumbadra, Dewi Srikandi, Dewi Arimbi, Dewi Kunti, dan sebagainya. Menurut Arti umum janturan wayang putri adalah bahwa yang disebut putri, asal dari kata pu adalah rapu (tua), dan tri itu tiga. Jadi kategori tua itu ada tiga macam, yaitu Tua Sepah, Tua Sepih, dan Tua Sepuh.

Tua Sepah adalah orang yang sudah berusia lanjut tapi tidak berisi atau kosong ilmunya seperti tebu yang sudah diambil zat gulanya tinggal sepah (ampas) nya.

Tua Sepih adalah orang yang sudah berusia lanjut tapi tidak dapat memberikan manfaat ilmunya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Tua Sepuh adalah orang yang sudah lanjut usia makin bercahaya karena karomah ilmunya yang bermanfaat bagi orang lain.

 Menurut arti khusus putri mengandung arti juga yaitu put ialah puput (putus), ri itu diri, jadi putri artinya putus ing diri yaitu lepasnya jasmani manusia yang dinamakan mati. Yang dimaksud mati bukanlah mati dibungkus kain putih, tapi “antal mautu qobla mautu” artinya ‘matilah kamu sebelum mati’. Adapun mati di sini adalah nafsunya, yaitu nafsu mencari Tuhan karena sudah ma’rifatullah sehingga tidak nafsu lagi untuk mencari-Nya. Bukan berarti mamatikan nafsu lawammah, amarah, sufiyyah, dan mutmainnah yang berfungsi untuk kemaslahatan syari’at hidup manusia. Karena apabila empat nafsu tadi timatikan akan bertentangan dengan syari’at rukun Islam yaitu zakat dan Haji. Bukannya zakat dan Haji membutuhkan materi agar dapat terlaksana, dan untuk memperoleh materi tersebut dibutuhkan nafsu agar semangat untuk bekerja. Sebenarnya agama Islam menyuruh kita agar menjadi orang kaya lahir dan batin agar bahagia hidup dunia dan akhiratnya, bukan hanya satu sisi tapi kedua-duanya misalnya hanya kaya lahir maka tujuan hidup di alam baqa tidak bakal diketemukan karena terlena dengan kenikmatan lahiriyahnya saja, begitupun sebaliknya banyak orang mengasumsikan bahwa menuntut ilmu hakikat Islam itu nanti malas bekerja dan tidak butuh dunia, tapi yang dua demikian itu keliru. Karena hakekat Islam itu untuk mencapai tujuan agama yaitu kebahagiaan akherat (surga).

Jadi orang yag sudah tahu hakikat Islam harus menjalankan keduanya yaitu Syari’at dan hakikatnya karena ilmu hakikat itu perlu pembuktian wujud agar dapat dirasakan dalam lahiriyah hidupnya, dan untuk merasakan hasil ilmu itu ada di syari’at.

Dalam ajaran tasawuf Cirebon Putri merupakan simbol dari Insan Kamil, kedudukanya sama dengan wayang satria, karena putren merupakan bentuk kesempurnaan dari sebuah ciptaan, maka posisi atau kedudukan dalam martabat pitu sama dengan posisi satria.Namun bagi yang meyakini martabat sanga, putren juga termasuk dalam martbat Insan Kamil yaitu martabat ke delapan.Adapun satria termasuk martabat tujuh.Menurut pangeran Suleman Sulendra Ningrat menejelaskan bahwa martabat sanga terdiri dari :

a.    Martabat Ahadiyah

b.    Martabat Wahdah

c.    Martabat Wahiah

d.    Martabat Alam Arwah

e.    Martabat Mitsal

f.    Martabat Alam Ajsam

g.    Martabat Alam Insan

h.    Martabat Alam Insan Kamil

i.    Martabat Alam Kamil Mukamil

Jika mengaju pada martabat sanga, kelompok putren dapat diklasifikasikan ke dalam martabat Insan Kamil, hal ini karena gambaran visual putren dianggap lebih halus dan lembut tindakannya, lemah lembut tutur katanya dan penampilannya merupakan gambaran keindahan akhlaq.

8.    Jabang

Jabang dalam bahasa Cirebon berarti bayi atau anak kecil.Wayang Jabang merupakan cerminan dari kebersihan diri dan kebersihan manusia.Suci bersih tanpa dosa.Wayang Jabang merupakan simbol spiritual kesempurnaan diri secara batiniah.Dan menurut Pangeran Suleman Sulendiningrat Jabang dapat disamakan dengan Martabat Kamil Mukamil(sampurnaning sampurna) yakni kembali ke fitrahnya yaitu Sempurna.Jadi setiap manusia akan kembali pada Tuhannya dengan sempurna.

9.    Gunungan

Janturan Gunungan melambangkan ke-Esaan Tuhan karna Gunung berasal dari kata Agung dan Gumunung (Maha Luhur).Janturan Gunungan diletakkan bersebelahan dengan satria atau putren atau jabang karena untuk menunjukan hubungan manusia dengan Tuhan.atau juga dapat dimaknai kembalinya manusia harus menghadap Allah SWT, dalam ajaran tasawuf konsep ini disebut wihdatul wujud atau penyatuan dengan Allah”manunggal ing kawula gusti”.


C.     Kesimpulan

           Dari apa yang telah dijelaskan diatas, dapat kita simpulkan bahwa masuknya Islam ke tanah Jawa ini bukan hanya melalui jalur perdagangan ataupun pernikahan saja,  melainkan juga Sunan Kalijaga sebagai pembawa Seni Wayang di Cirebon telah menyisipkan makna ajaran tasawuf didalamnya, khususnya dalam Janturan wayang, terdapat sebuah makna penciptaan makhluk dimuka bumi ini.Diawali dari Iblis kemudian Adam, dan kemudian Adam yang sempurna, hingga kembali bersatu dengan Allah.Dengan kata lain bahwa ajaran tentang tasawuf melekat bukan hanya pada disipli ilmu itu sendiri, melainkan juga pada sebuah Seni.Dan khususnya di Desa Mertasinga, ajaran tasawuf ini masih tetap dipelajari oleh para penganut Tarekat yang diajarkan oleh para mursyidnya kepada pengikutnya.Seni Wayang Kulit yang diadakan setiap ada event besar, bukan hanya menjadi sebuah ritual ataupun hiburan semata.Melainkan untuk mendalami makna yang terkandung didalamnya.

Tag : ,

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -