- Back to Home »
- Filsafat Post Modern »
- Jacques Derrida
Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
27 May 2014
Jacques Derrida
Biografi Jacques Derrida
Jacques Derrida merupakan seorang filsuf asal perancis yang lahir pada tanggal 15 Juli 1930 di aljazair. Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang berkeyakinan yahudi. Orang tuanya bernama Aime Derrida dan Georgette Sultana Esther Safar. Orang tuanya menikah pada tahun 1923 dan mereka pindah ke aljazair pada tahun 1925. Pada tahun yang sama, mereka melahirkan ank pertama yaitu Rene Derrida dan empat tahun kemudian lahir adik Rene ( anak kedua ) yaitu Paul Derrida.
Tetapi tiga bulan kemudian Paul adik Rene meninggal dan pada tahun 1930 lahirlah Jackie Derrida, dulu beliau curiga bahwa beliau hanya menjadi pengganti / pelengkap kehadiran Paul kakaknya, sehingga ia menyebut dirinya dengan sebutan Jacques. Ia pernah kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris. Ia juga pernah mendapat gelar doctor Honoris Causa di Universitas Cambridge. Ia meninggal pada tanggal 8 Oktober 2004 umur 74 tahun karena penyakit kanker yang di deritanya. Ia sebagai tokoh filsuf penggagas teori dekonstruksi.
PEMIKIRAN
Banyak terdapat tokoh-tokoh pemikir postmodern yang terbagi dalam 2 model cara berfikir yaitu dekonstruksi dan rekonstruksi. Tetapi yang ingin kita bahas sekarang adalah teori dekonstruksi. Kebanyakan bangsa perancis mendukung adanya teori dekonstruksi ini. Para pemikirnya salah satunya adalah Jacques Derrida. Ia merupakan seorang penggagas munculnya teori dekonstruksi . Teori ini pertama kali muncul dalam tulisan-tulisan pada saat ia mengadakan pembacakan narasi metafisika Barat. Teori dekonstruksi ini cenderung mengungkap tentang teks filosofis yaitu cara yang digunakan dalam mengungkap tatanan dan strategi pembentukan makna di balik tiap teks itu. Dalam teorinya menyatakan bahwa makna tidak pernah hadir sepenuhnya tetapi selalu tertunda untuk menjelaskan hal itu, Derrida menciptakan kata differance. Ini berarti tidak hanya mendengar dari ucapan saja tetapi harus melihat tulisannya. Hal inilah yang membuktikan tulisan lebih unggul dari ucapan. Hal ini pula yang membedakan antara pambacaan biasa dan pembacaan dekonstruksi. Pembacaan biasa selalu mencari kebenaran dari suatu teks tetapi jika pembacaan dekonstruksi mencari ketidakutuhan dalam teks. Ada beberapa pemikiran yang menyertai adanya konsep dekostruksi yaitu differance dan metafor. Seperti diatas telah disebutkan mengenai differance. Untuk selanjutnya yang perlu kita bahas adalah metafor. Konsep ini sebenarnya didasari oleh Aristoteles yang menyatakan bahwa metafor itu adalah alam, maka dari itu, manusia meniru pergerakan alam dan menciptakan suatu bahasa yang mengungkapkan kekagumannya pada alam. Sedangkan Derrida mengembangkan gagasannya tentang metafor yang dibangun oleh Heidegger. Menurut Derrida tidak ada sesuatu yang kita pahami diluar bahasa. Jika Heidegger menekankan dalam perbedaan antara indrawi dan non indrawi, maka berbeda dengan Derrida dimana dalam metafisikanya menekankan pembedaan arti katanya.
Pemaknaan dalam teori dekonstruksi, bukan sekedar arti kata dan juga bukan sekedar tanda tetapi tergantung bagaimana orang mengartikannya. Yang terpenting bagi Derrida adalah makna akan selalu terkait dengan kretaivitas manusia dalam berbahasa. Hidup merupakan teks, dan kita selalu bergulat di dalamnya dan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Teori ini mengajarkan kepada kita untuk tidak mengekang diri pada suatu konsep. Dari belajar ini mengajak kita untuk tidak cepat puas pada suatu hal dan harus membuka diri pada segala hal dalam kenyataan yang ada.
PENUTUP
Postmodern muncul sebagai reaksi dan kritik terhadap modern yang penuh akan kesalahannya. Postmodern merupakan pandangan dunia yang menyangkal tentang pandangan dunia modern yang hanya terfokus pada akal saja. Salah satu tokoh penggagasnya adalah Jacques Derrida yang melahirkan teori dengan nama dekonstruksi. Teori ini menolak pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Derrida mengkritik adanya paham Rasionalisme Barat. Ia beranggapan bahwa filsafat bukan lagi suatu representasi kebenaran dan bahasa lisan merupakan bahasa yang tidak stabil adanya kemungkinan lagi lahirnya makna yang berbeda berdasarkan konteks. Bagi dirinya, segala sesuatu adalah teks dan kenyataan filosofis adalah kenyataan tekstual. Ia juga mengkritik dogma metafisika dan bahasa metafisika yang merupakan tradisi lam. Ia bahkan menolak adanya pemikiran yang berujung pada sesuatu yang final. Teori dekonstruksi ini menyatakan bahwa makna tidak pernah hadir sepenuhnya, tetapi selalu tertunda. Untuk menjelaskan hal itu, Derrida menciptakan kata differance. Ini berarti tidak hanya mendengar ucapannya saja , tetapi harus melihat tulisannya. Disinilah kata menjadi lebih istimewa, hal inilah yang membuktikan bahwa tulisan lebih unggul daripada ucapan. Maka dari itu, dekonstruksi membuka ruang kreativitas seluas-luasnya dalam hal pemaknaan dan penafsiran. Hal itulah yang membuat semua orang bebas memberi makna dan menafsirkan suatu hal tanpa batas.
Pemikiran
1. Dekonstruksi
Pijakan awal pemikiran Derrida adalah filsafat Saussure tentang strukturalisme bahasa dengan arti sebuah tanda atau sign yang di bangun oleh hubungannya dengan tanda tanda lain sekaligus perbedaan dengan tanda tanda lain dalam sebuah skema konsep. Pemikiran Derrida berbeda dengan Saussure, menurutnya alat ekspresi yang terikat dengan isi atau maknanya tidak mungkin di pisahkan. Cara pengekspresian sesuatu sama pentingnya dengan arti.
Pemikiran Derrida ini membawa konsekuensi bahwa arti hanya dapat di tentukan dan di pahami dari situasi. Derrida juga menyatakan bahwa sebuah tanda akan memberikan arti yang berbeda dari yang di maksudkan oleh pengarangnya. Dalam hal ini tidak ada kepastian yang objektif.
Derrida mengkritik Tulisan yang ditangan-duakan, semakin memperlihatkan oposisi biner dalam semua filsafat Barat. Derrida mengkritik bahwa mereka lupa men-sous rature-kan oposisi biner, dan tidak memperkarakan oposisi tersebut.Semua itu dalam rangka merombak semua sistem filsafat yang telah didominasi oleh logosentrisme. Barangkali, itulah semangat dekonstruksi.
Dekonstruksi merupakan tantangan terhadap totalitas makna, penafsiran atau pengetahuan yang terlembagakan dalam sejarah, institusi sosial, kultur dan berbagai sistem aturan yang lainnya. Dari sudut pandang ini, dekonstruksi dapat dipandang sebagai “hermeneutika radikal”. Ia menyajikan tafsir tetapi tidak pernah berpretensi menjadikan tafsir sebagai satu-satunya penjelas terhadap semua hal.
Tafsir sebuah dekonstruksi berasal dari kepekaan adanya perbedaan yang mungkin hadir, entah kapan, dari suatu benda, suatu pengalaman ataupun ingatan. Perbedaan tersebut barangkali terselip, tersembunyi di balik lipatan-lipatan waktu dan karenanya tak tertangkap oleh indera. Oleh karena itu, sebuah penafsiran dekonstruksi tidak memiliki titik jangkau yang dapat diramalkan oleh rasio maupun indera.
2. Metafisika Kehadiran
Pada abda ke-20, filsafat Barat berkembang pesat seiring dengan perkembangan yeng terjadi pada masyarakat. Banyak persoalan yang muncul seiring dengan perkembangannya; kata-kata memungkinkan untuk menjelaskan segala hal, kata memiliki kekuatan rasional untuk membenarkan dunia. Anggapan tersebut oleh Derrida disebut logosentrisme. Logosentrisme merupakan suatu rasionalisme yang menjelaskan bahwa sesuatu dapat dihadirkan lewat bahasa atau teks. Dari situ lalu muncul istilah “metafisika kehadiran.”
Baik Logosentrisme maupun metafisika kehadiran mendasarkan diri pada logika yang dikembangkan oleh Aristoteles. Selama berabad-abad prinsip logika tersebut telah menjadi tradisi filsafat Barat. Akibatnya, manusia cenderung berpikir dikotomis. Segala sesuatu harus jelas posisinya sebagai hitam dan putih. Dan itulah ciri logosentrisme.
Derrida 3
Logosentrisme yang hendak dibedah Derrida melalui pembacaannya terhadap teks-teks merupakan sebuah sistem yang menjadi sentral dari narasi metafisik post-modernisme.
3. Grammatologi
Untuk membangun filsafatnya, Derrida memperkenalkan banyak istilah, di antaranya gramatologi (ilmu tentang gramma-tulisan atau huruf), bekas (trace), dan différance (gabungan dari difference atau perbedaan dan différer yang berarti berbeda dan menunda). Gramatologi bukan semata membahas tulisan biasa tapi suatu tulisan dalam pengertian jaringan tanda, jadi suatu ilmu tentang tekstualitas.
Dengan cakupan seluas itu dan kaitannya dengan jaringan tanda, Derrida kemudian mengusulkan untuk mengganti semiologi (ilmu tentang tanda yang lebih luas dari linguistik ) yang diramalkan kemunculannya oleh Saussure dalam Course in General Linguistics dengan gramatologi.
KESIMPULAN
Derrida adalah seorang tokoh filsafat beraliran post modernisme. Derrida merubah pemikiran zaman dulu yang tidak sepakat dengan pendewaan rasio. Pemikiran Derrida yang paling berpengaruh adalah tentang dekonstruksi. Pijakan awal pemikiran Derrida adalah tentang strukturalisme bahasa dengan arti sebuah tanda atau sign dan penolakan terhadap logosentrisme. Logosentrisme merupakan suatu rasionalisme yang menjelaskan bahwa sesuatu dapat dihadirkan lewat bahasa atau teks.
Dekonstruksi adalah tantangan terhadap totalitas makna, penafsiran atau pengetahuan yang terlembagakan dalam sejarah, institusi sosial, kultur dan berbagai sistem aturan yang lainnya. Pemikiran Derrida yang lain adalah tentang metafisika kehadiran dan Grammatologi.
DAFTAR PUSTAKA
http://jendelapemikiran.wordpress.com/2008/02/11/menelusuri-jejak-pemikiran-derrida.html http://www.averroes.or.id/thought/menelusuri-jejak-pemikiran-derrida.html
Muhammad al-Fayadl, Derrida, Yogyakarta: LkiS, 2006
www.wikipedia.com