.


Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah 7 Jun 2014

Al-Kindi
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

Biografi Al-Kindi
          Al-Kindi lahir pada tahun 801M dan wafatnya pada tahun 873M. Al-Kindi jika dilihat dari sejarahnya ialah seorang filosof muslim yang pertama, karena dialah orang islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Al-Kindi merupakan manusia terbaik dizamannya dan salah satu dari 12 pemikir yang terbesar di abad pertengahan. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan, dan dunia pun menobatkanya sebagai filososf arab yang paling tangguh. Dan Al-Kindi patut disebut “Ahli Filsafat Arab”.
        Nama lengkap Al-Kindi adalah : Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishak ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail Al-Ash’ath bin Qais Al-Kindi. Ia berasal dari suku Kindah, yakni salah satu suku Arab yang besar di Yaman sebelum Islam datang, dan merupakan bagian dari keluarga para  bangsawan dari Irak.
Pendidikan dasar yang ditempuh Al-Kindi ialah ditanah kelahiranya. Kemudian ia melanjutkan dan menamatkan pendidikannya di Baghdad. Selama Al-Kindi belajar, di Kufah lebih cenderung kepada study-study aqliyah, dan di dalam lingkungan intelektual inilah Al-Kindi melewatkan masa kanak-kanaknya. Sejak belia dia sudah dikenal berotak encer, dia menghafal Al-Qur’an, mempelajari tata bahsa Arab, kesusastraan, dan ilmu hitung yang kesemuanya itu merupakan kurikulum bagi semua anak muslim. Ia kemudian mempelajari fiqih dan kalam, namun tampaknya ia lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan & Filsafat. Al-Kindi mempelajari tiga bahasa bahkan ia menguasainya yakni diantaranya bahasa Yunani, Suryani atau Syria, dan bahasa Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki orang pada masa itu. Banyak karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab, yaitu hasil karya Aristoteles dan Plato. Al-Qifti seorang penulis biografi Al-Kindi mengatakan bahwa:”Al-Kindi menerjemahkan banyak buku filsafat, menjelaskan hal-hal yang pelik, dan menyaripartikan teori-teori canggih filsafat”.
           Al-Kindi hidup di Era kejayaan Islam Baghdad dibawah kekuasaan dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode khalifah dilaluinya yaitu : Al-Amin (809-813) Al-Ma’mun (813-833), Al-Mu’tasin, Al-Wasik (842-847), dan Al-Mutawakil (847-861). Kepandaian dan kemampuanya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat, menjadi guru dan tabib kerajaan. Ada sebuah kisah menarik oleh Al-Qifti memaparkan bahwa Al-Kindi adalah seorang tabib ahli, ketika anak sang saudagar tiba-tiba lumpuh, sedang tak seorang tabib pun di Baghdad mampu menyembuhkannya. Seseorang memberi tahu sang saudagar bahwa ia bertetangga dengan seorang filosof muslim tercemerlang, yang amat sangat pandai mengobati anak yang sakit lumpuh sekalipun, lalu Al-Kindi mengobatinya dengan music, maka tak disangka anak itu pun sembuh kembali.

B. Karya-Karyanya
      Al-Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang. Diantaranya Geometri, Astronomi, Aritmatika, Musik, Fisika, Medis, Psikologi, Meteorologi dan Politik. Berbagai macam ilmu telah dikajinya, terutama Filsafat. Sebagaimana karya Al-Kindi berjumlah sekiar 270 buah hilang. Ibn Al-Nadim & Al-Qifti mengelompokan tulisan-tulisan Al-Kindi yang kebanyakan berupa risalah-risalah pendek, menjadi tujuh belas kelompok yakni: Filsafat, Logika, Ilmu hitung, Globular, Musik, Astronomi, Geometri, Sprerikal, Medis, Astronomi Dialektika, Psikologi, Politik, Meteorologi, Dimensi, Benda-benda pertama, Spesies tertentu Logam & Kimia dan lainya.
     Gambaran ini menunjukan betapa luas pengetahuan Al-Kindi. Dan karya-karyanya itu sangat mempengaruhi pemikiran Eropa di abad pertengahan. Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara Ensiklopedis yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina seabad kemudian.

C. Filsafatnya
         Menurut Al-Kindi, filsafat hendaknya diterima sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Bagi Al-Kindi filsafat adalah Ilmu pengetahuan yang mulia, serta terbaik dan yang tak bisa ditinggalkan oleh yang berfikir. Menurt Al-Kindi “Filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan tinggi martabatnya. Agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran”. “tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenarannya itu sendiri, orang yang mengingkari kebenaran maka ia menjadi orang kafir”.
        Kata-kata ini ditunjukan kepada mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya. Karena dianggap sebgai ilmu kafir. Sikap inilah mereka yang selalu menjadi rintangan para filosof muslim. Para sejarawan awal meyebutnya sebagai “Filosof Arab” memang gagasan-gagasan itu berasal dari Aristotelenisme dan Neo-Platonis, namun juga benar dia meletakan gagasan itu dalam konteks baru, dengan mendamaikan warisan-warisan Helenistis dengan Islam. Ia meletakan asas-asas sebuah Filsafat baru. Sungguh pendamaian ini untuk jangka lama menjadi ciri utama filsafat ini.
          Filsafat merupakan pengetehuan tentang kebenaran. Filosof muslim dan filosof Yunani percaya bahwa kebenaran itu abadi di alam adialami. Batasan filsafat menurut Al-Kindi tentang filsafat awal, berbunyi demikian: “filsafat adalah pengetahuan tentng hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran”. Dan dalam berpraktek menyesuaikan dengan kebenaran pada akhir risalahnya, ia menyipati Allah dengan istilah “Kebenaran” yang dimana merupakan tujuan filsafat. Maka satu yang benar adalah yang pertama, yang awal hadirnya, Sang Pencipta. Pandangan ini berasal dari filsafat Aristoteles. Tetapi penggerak tak tergerakanya Aristoteles diganti dengan sang pencipta. Perbedaan ini  menjadi inti sistem filsafat Al-Kindi.
         Filsafat dibagi menjadi 2 bagian utama yakni : Study teoritis yaitu Fisika, Matematika dan Metafisika. & study praktis yaitu Etika, Ekonomi, dan Politik pengutamaan Matematika berasal dari Aristoteles, tetapi urutan terakhir dari tiga ilmu pengetahua yang dimulai dengan Fisika, datang dari penganut fisafat Aristoteles terkemudian. Kemungkinan besar Al-Kindi mengikuti Ptolomeus. Sejak masa itu Matematika dikenal oleh orang-orang arab sebagai “Kajian Pertama”.

Unsur-unsur pemikiran yang mempengaruhi fiksafat Al-Kindi ialah :
  • Aliran Phytagoras tentang Matematika sebagai jalan ke arah Filsafat.
  • Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal Fisika & Matematika. Meskipun Al-Kindi tak sependapat dengan Aristoteles tentang qadim-Nya alam.
  • Pikiran-pikiran Plato tentang kejiwaan.
  • Wahyu dan Iman dalam soal-soal yang berhubungan Tuhan dan Sifat-sifatnya.
  • Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menaqwilkan ayat-ayat Al-Qur’an.
D. Keselarasan Filsafat & Agama
       Al-Kindi mengarahkan filsafat muslim kearah kesesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan akal fikiran, sedangkan agama berdasarka wahyu. Logika merupakan metode filsafat, sedang iman yang merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagaimana diwahyukan Allah kepada Nabinya.
      Sejak awal sekali orang-orang agama tak mempercayai filsafat dan para pilosof. Para filosof diserang sebagai pembuat bid’ah. Al-Kindi mesti membela diri dari tuduhan orang-orang agama bahwa mengetahui hakikat segala sesuatu itu adalah kufur. Sebaliknya Al-Kindi ini menuduh orang-orang agama sebagai tak Agamis dan menjual Agama.

Keselarasan antara Filsafat & Agama di dasarkan pada 3 alasan yaitu :
  1. Ilmu agama merupakan bagian dari Filsafat.
  2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran Filsafat saling bertentangan. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.
  3. Filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. 
       Dan ini mengandung Teologi, Ilmu tauhid, Etika dan Ilmu yang bermanfaat. Apabila seseorang tak memperoleh pengetahuan yang bermutu, maka ia tak memliki pengetahuan yang hakiki. Dengan demikian orang tak dapat mengharapkanya memiliki pengetahuan ilmu insani yang diperoleh orang dengan melalui riset, upaya ketekunan dan waktu. Sedangkan pengetahuan agama ialah pengetahuan dari para Nabi, yakni suatu pengetahuan yang dianugrahkan oleh Allah. Tak seperti Matematika dan Logika, karena ia diperoleh tanpa melalui riset, upaya study, ketekunan dan tak membutuhkan waktu. Ia diperoleh melalui kehendaknya penyucian dan pencerahan jiwa sehingga mereka berpaling pada kebenaran lewat pertolongan, ilham dan wahyu-wahyunya.
      Kaum muslimin mengikuti firman Allah yang termaktud dalam Al-Qur’an dan teryakinkan oleh Hujjah-hujah meyakinkanya. Sedangkan para Filosof berdasarkan pada pemaparan Logika. Dalih-dalih filosofis bertumpu pada asas-asas awal pemaparan bukti diri. Namun menurut Al-Kindi hujjah Al-Qur’an suci lebih pasti & meyakinkan daripada dalih-dalih para filosof manusia. Maka Al-Kindi melicinkan bagi Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd. Ia memberikan dua pandangan berbeda, pertama mengikuti jalur ahli logika dan memilsafatkan agama kedua memandang agama sebagai ilmu ilahiyah dan menempatkan di atas Filsafat. Ilmu ilahiyah ini diketahui lewat jalur para Nabi, tetapi melalui penafsiran filosofis. Maka Agama selaras dengan Filsafat.

E. Tuhan
       Suatu pengetahuan memadai dan meyakinkan tentang Tuhan merupakan tujuan akhir filsafat. Al-Kindi memaparkan sendiri gagasannya yaitu :”karena Allah maha terpuji, dia adalah penyebab gerak ini, yang abadi (qadim), maka ia tak dapat dilihat dan tak bergerak, penyebab gerak tanpa menggerakan diri-Nya. Dan inilah gambaran-Nya bagi yang memahaminya lewat kata-kata sederhana:”Ia tunggal sehinggga tak dapat dipecah-pecah lagi menjadi lebih tunggal dan ia tak terlihat, karena ia tak tersusun dan tak ada susunan baginya. Tetapi sesungguhnya ia terpisah dari segala yang dapat dilihat, karena ia… adalah penyebab gerak yang dapat dilihat.
      Ketunggalan, ketakterlihatan , ketakterbagian, dan kepenyebaban gerak merupakan sifatnya yang dinyatakan oleh Theon. Keaslian Al-Kindi terletak pada upayanya mendamaikan konsep Islam tentang Tuhan dengan gagasan-gagasan filosofis Neo-Platonis terkemudian. Al-Kindi menyipati Tuhan dengan istilah-istilah baru, Tuhan adalah yang benar ia tinggi dan dapat di sifati hanya denghan sebutan-sebuatn negative, seperti. :”Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah dan tak berkualitas, tak berhubungan, juga ia tak dapat disifati dengan cirri-ciri yang ada, ia tak berjenis, tak terbagi dan tak berkejadian Ia abadi… oleh karena itu ia Mahaesa.
      Kaum Mu’tazilah yang semasa dengan Al-Kindi, secara akal menafsirkan sifat-sifat Allah demi memantapkan kemahaesaan-Nya. Mereka memecahkan masalah ini berdasarkan hubungan antara zat Allah dan sifat-sifatnya. Menurut mereka, sifat-sifat utama Allah ada tiga : Tahu, Kuasa, dan Berkehendak.sifat-sifat ini mereka tolak, Karena apabila mereka menerima hal ini sebagai sifat-sifat Tuhan, berarti zatnya itu banyak. Kaum Mu’tazilah dan para Filosof  seiya sekata dalam menanggapi hal itu. Dalih-dalih Al-Kindi tentang kemaujudan Allah bertumpu pada keyakinan akan hubungan sebab akibat, segala yang maujud pasti mempunyai sebab yang memaujudkanya. Dunia mulanya tak maujud, karena itu mesti butuh satu pencipta, yakni Alah swt.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -