- Back to Home »
- Filsafat Yunani Kuno »
- Heraklitus
Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
25 May 2014
HERAKLITUS
BIOGRAFI HERAKLITUS
Heraklitus lahir di Ephesus di Asia kecil yang sekarang disebut negara Turki sekitar tahun 535-475 s/M. Dalam riwayat hidupnya, ia adalah teman seangkatan Pytagoras dan Xenophanes. Heraklitus dianggap lebih muda usianya dari teman-temannya itu, namun dibandingkan dengan Parmenides usianya lebih tua, sehingga ia sering dikritik oleh filsuf dari Elea itu.
Selain bahwa ia berasal dari keluarga terhormat di Efesus, tidak ada informasi lain mengenai riwayat hidupnya, sebab kebanyakan adalah cerita fiksi. Tidak ada sumber yang menyebutkan bahwa ia pernah meninggalkan kota asalnya, yang pada waktu itu merupakan bagian dari kekaisaran Persia.
Jika melihat karya-karya yang ditinggalkannya, tampak bahwa watak Herakleitos sombong dan tinggi hati. Selain mencela filsuf-filsuf di atas, ia juga memandang rendah rakyat yang bodoh dan menegaskan bahwa kebanyakan manusia jahat. Selain itu, ia juga mengutuk warga negara Efesus.
PEMIKIRAN HERAKLITUS
Dalam kalangan para filsuf, ia seorang filosof yang sangat kontroversi, bukan saja Parmenides yang mengkritiknya, tetapi juga filsuf-filsuf lain pada zaman itu. Karena sulitnya mengerti maksud pikiran Herakleitos (baik dimasa sekarang maupun dimasa para filsuf dahulu) ia pun dijuluki dengan nama si Gelap (ho skoteinos) . Pertentangan antara Heraklitus dan Parmenides termasuk pada persoalan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu. Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia menekankan pada indra lahir. Heraklitus melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Untuk hal ini, saya menganggap pemikirannya sebagai dasar Skeptisisme.
Mengenai alam semesta ia berpendapat, Tiada sesuatu hal pun yang betul-betul ada, semuanya menjadi. Atas landasan bahwa alam semesta ini memang semuanya menjadi, maka saya mendukung pendapat Herakleitos ini. Artinya bisa dijelaskan bahwa, sebelumnya segala sesuatu itu, telah ada sebagai bahan dasar untuk beranjak ke proses menjadi tersebut. Untuk membuat sesuatu hal yang baru, memang harus memerlukan bahan dasar untuk membentuk: Apa yang akan kita pikirkan atau rencanakan. Bagaikan membuat suatu kursi, kita harus memerlukan kayu atau besi dan juga bahan-bahan lain yang menunjang untuk membuat kursi tersebut. Maka bagi saya, alam semesta ada karena ada sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dan perkataan ini, sama halnya dengan pandangan Andrew Lang terhadap kepercayaan akan allah. Ia mengatakan bahwa, sebelum atau kepercayaan asli ini terbentuk, sudah ada yang tertinggi atau supreme being. , sama halnya dengan alam semesta ini yang mulai mengalami proses menjadi, maka ada sesuatu yang sudah ada terlebih dahulu.
Pada hal lain dari pengalamannya sebagai filosof, Heraklitus mengambil suatu sudut pandang yang sangat rumit untuk dimengerti para filsuf lainnya. Ia berpendapat bahwa alam semesta adalah sesuatu yang berlawanan satu sama lain. Ia mengatakan bahwa, Tiap-tiap benda terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan dan hal yang berlawanan itu mempunyai kesatuan. Singkatnya satu adalah banyak dan banyak adalah satu. Dari pendapat ini, salah satu filosof bernama Anaximandros berpendapat bahwa pertentangan dinilai sebagai suatu ketidakadilan: Musim panas mengalahkan musim dingin dan sebaliknya.. Heraklitus mengambil beberapa contoh dengan sudut pandang yang berbeda, mengenai perlawanan untuk mengadu argumentasi dengan Anaximandros. Dalam perdebatan itu, Heraklitus berpendapat bahwa, Musim panas mempunyai arti yang spesifik, karena adanya musim dingin dan juga sebaliknya, siang sekan-akan menjadi karena adanya malam. Inti perdebatan ini, memang sulit untuk dijelaskan atau dijalankan, karena menyangkut suatu sudut pandang yang berbeda-beda. Anaximandros mengenai kejadian alam semesta mengatakan pendapatnya: to apeiron-yang tidak terbatas. (peras: batas). Apeiron itu bersifat ilahi, abadi, tidak berubah (Bertens). Dari pendapat Aniximandros itu, saya menilai bahwa alam semesta itu adalah sesuatu yang paling ilahi, abadi dan merupakan misteri yang mendasar.
Heraklitus sendiri memiliki pendapat yang sangat lain. Penglihatannya mengenai hal ini hanya terpaku pada realita yang terjadi di alam semesta ini. Inilah sebabnya, dalam perdebatan anatara Heraklitus dan Aanaximandros, keduanya tidak menemukan titik terang atau titik penyelesaiannya. Mereka memandang dengan sudut pandang yang berbeda. Di lain sisi, Heraklitus melihat suatu keadilan berdasarkan perjuangan, sedangkan Anaximandros memandang keadilan harus berdasarkan nilai moral sosial. Hal tersebut jelas menyimpulkan, bahwa kedua pandangan ini mengalami benturan satu sama lain. Namun dikaitkan dengan dunia masa modern ini, apa yang dikatakan Heraklitus masih sungguh relevan, walaupun di lain sisi juga sangat bertolak belakang dengan apa yang dikatakannya. Memang, kita melihat dan menafsirkan pendapat Heraklitus ada nilai positifnya, bahwa pada zaman sekarang untuk menentukan yang benar dan salah atau menang dan kalah hanya dapat diperoleh melalui suatu perlawanan. Menurut saya, dunia zaman ini memerlukan suatu perlawanan, sebab kalau tidak ada perlawanan, maka akan muncul suatu bentuk kekuasaan yang otoriter.
Pemikiran Heraklitus lainnya yang terkenal adalah dengan teorinya yang menganggap bahwa segalanya berubah. Dia bahkan mempunyai maksim yaitu “segalanya mengalir”. Dia bahkan mengajukan sebuah teori yang berbunyi bahwa “seseorang tidak bisa melangkahi sungai yang sama untuk kedua kalinya. Maksudnya adalah ketika seseorang pergi ke sungai, dia kemudian pergi dan menyeberangi sungai yang sama maka sungai itu tidaklah lagi sama. Sungai itu sudah berubah, jadi sungai itu tidak sama dengan sungai yang sebelumnya dijelajahi oleh orang yang melangkah ke sungai sebelumnya.
Seperti Anaximender Heraklitus percaya alam semesta juga tercipta dari pergolakan antara elemen-elemen seperti api, air, udara dan tanah. Karena perubahan ini dia mengumpamakan struktur pembentuk jagad raya ini seperti api. Ini karena api selalu berubah. Kemungkinan ini gambaran dari suatu aturan perubahan jagad raya atau suatu Logos. Heraklitos percaya pada kesatuan pada yang berlawanan, satu hal yang berlawanan tidak bisa ada tanpa lawannya.
KESIMPULAN
Seorang Heraklitus adalah seorang filsuf yang melalui pemikiran-pemikirannya banyak menuai kontrofersi dari berbagai pihak. Karena pemikiran Heraklitus dianggap sulit untuk dipahami dan dimengerti oleh filsuf yang lain. Heraklitus juga melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Seperti saat dia memerikan teori perubahan bahwa semua itu mengalir. Heraklitus mengibaratkannya sebagai sungai yang selalu mengalir. Kita tidak akan dapat melangkahi sungai yang sama sebanyak dua kali, karena air di dalam sungai selalu berganti dan berubah.
BIOGRAFI HERAKLITUS
Heraklitus lahir di Ephesus di Asia kecil yang sekarang disebut negara Turki sekitar tahun 535-475 s/M. Dalam riwayat hidupnya, ia adalah teman seangkatan Pytagoras dan Xenophanes. Heraklitus dianggap lebih muda usianya dari teman-temannya itu, namun dibandingkan dengan Parmenides usianya lebih tua, sehingga ia sering dikritik oleh filsuf dari Elea itu.
Selain bahwa ia berasal dari keluarga terhormat di Efesus, tidak ada informasi lain mengenai riwayat hidupnya, sebab kebanyakan adalah cerita fiksi. Tidak ada sumber yang menyebutkan bahwa ia pernah meninggalkan kota asalnya, yang pada waktu itu merupakan bagian dari kekaisaran Persia.
Jika melihat karya-karya yang ditinggalkannya, tampak bahwa watak Herakleitos sombong dan tinggi hati. Selain mencela filsuf-filsuf di atas, ia juga memandang rendah rakyat yang bodoh dan menegaskan bahwa kebanyakan manusia jahat. Selain itu, ia juga mengutuk warga negara Efesus.
PEMIKIRAN HERAKLITUS
Dalam kalangan para filsuf, ia seorang filosof yang sangat kontroversi, bukan saja Parmenides yang mengkritiknya, tetapi juga filsuf-filsuf lain pada zaman itu. Karena sulitnya mengerti maksud pikiran Herakleitos (baik dimasa sekarang maupun dimasa para filsuf dahulu) ia pun dijuluki dengan nama si Gelap (ho skoteinos) . Pertentangan antara Heraklitus dan Parmenides termasuk pada persoalan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu. Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia menekankan pada indra lahir. Heraklitus melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Untuk hal ini, saya menganggap pemikirannya sebagai dasar Skeptisisme.
Mengenai alam semesta ia berpendapat, Tiada sesuatu hal pun yang betul-betul ada, semuanya menjadi. Atas landasan bahwa alam semesta ini memang semuanya menjadi, maka saya mendukung pendapat Herakleitos ini. Artinya bisa dijelaskan bahwa, sebelumnya segala sesuatu itu, telah ada sebagai bahan dasar untuk beranjak ke proses menjadi tersebut. Untuk membuat sesuatu hal yang baru, memang harus memerlukan bahan dasar untuk membentuk: Apa yang akan kita pikirkan atau rencanakan. Bagaikan membuat suatu kursi, kita harus memerlukan kayu atau besi dan juga bahan-bahan lain yang menunjang untuk membuat kursi tersebut. Maka bagi saya, alam semesta ada karena ada sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dan perkataan ini, sama halnya dengan pandangan Andrew Lang terhadap kepercayaan akan allah. Ia mengatakan bahwa, sebelum atau kepercayaan asli ini terbentuk, sudah ada yang tertinggi atau supreme being. , sama halnya dengan alam semesta ini yang mulai mengalami proses menjadi, maka ada sesuatu yang sudah ada terlebih dahulu.
Pada hal lain dari pengalamannya sebagai filosof, Heraklitus mengambil suatu sudut pandang yang sangat rumit untuk dimengerti para filsuf lainnya. Ia berpendapat bahwa alam semesta adalah sesuatu yang berlawanan satu sama lain. Ia mengatakan bahwa, Tiap-tiap benda terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan dan hal yang berlawanan itu mempunyai kesatuan. Singkatnya satu adalah banyak dan banyak adalah satu. Dari pendapat ini, salah satu filosof bernama Anaximandros berpendapat bahwa pertentangan dinilai sebagai suatu ketidakadilan: Musim panas mengalahkan musim dingin dan sebaliknya.. Heraklitus mengambil beberapa contoh dengan sudut pandang yang berbeda, mengenai perlawanan untuk mengadu argumentasi dengan Anaximandros. Dalam perdebatan itu, Heraklitus berpendapat bahwa, Musim panas mempunyai arti yang spesifik, karena adanya musim dingin dan juga sebaliknya, siang sekan-akan menjadi karena adanya malam. Inti perdebatan ini, memang sulit untuk dijelaskan atau dijalankan, karena menyangkut suatu sudut pandang yang berbeda-beda. Anaximandros mengenai kejadian alam semesta mengatakan pendapatnya: to apeiron-yang tidak terbatas. (peras: batas). Apeiron itu bersifat ilahi, abadi, tidak berubah (Bertens). Dari pendapat Aniximandros itu, saya menilai bahwa alam semesta itu adalah sesuatu yang paling ilahi, abadi dan merupakan misteri yang mendasar.
Heraklitus sendiri memiliki pendapat yang sangat lain. Penglihatannya mengenai hal ini hanya terpaku pada realita yang terjadi di alam semesta ini. Inilah sebabnya, dalam perdebatan anatara Heraklitus dan Aanaximandros, keduanya tidak menemukan titik terang atau titik penyelesaiannya. Mereka memandang dengan sudut pandang yang berbeda. Di lain sisi, Heraklitus melihat suatu keadilan berdasarkan perjuangan, sedangkan Anaximandros memandang keadilan harus berdasarkan nilai moral sosial. Hal tersebut jelas menyimpulkan, bahwa kedua pandangan ini mengalami benturan satu sama lain. Namun dikaitkan dengan dunia masa modern ini, apa yang dikatakan Heraklitus masih sungguh relevan, walaupun di lain sisi juga sangat bertolak belakang dengan apa yang dikatakannya. Memang, kita melihat dan menafsirkan pendapat Heraklitus ada nilai positifnya, bahwa pada zaman sekarang untuk menentukan yang benar dan salah atau menang dan kalah hanya dapat diperoleh melalui suatu perlawanan. Menurut saya, dunia zaman ini memerlukan suatu perlawanan, sebab kalau tidak ada perlawanan, maka akan muncul suatu bentuk kekuasaan yang otoriter.
Pemikiran Heraklitus lainnya yang terkenal adalah dengan teorinya yang menganggap bahwa segalanya berubah. Dia bahkan mempunyai maksim yaitu “segalanya mengalir”. Dia bahkan mengajukan sebuah teori yang berbunyi bahwa “seseorang tidak bisa melangkahi sungai yang sama untuk kedua kalinya. Maksudnya adalah ketika seseorang pergi ke sungai, dia kemudian pergi dan menyeberangi sungai yang sama maka sungai itu tidaklah lagi sama. Sungai itu sudah berubah, jadi sungai itu tidak sama dengan sungai yang sebelumnya dijelajahi oleh orang yang melangkah ke sungai sebelumnya.
Seperti Anaximender Heraklitus percaya alam semesta juga tercipta dari pergolakan antara elemen-elemen seperti api, air, udara dan tanah. Karena perubahan ini dia mengumpamakan struktur pembentuk jagad raya ini seperti api. Ini karena api selalu berubah. Kemungkinan ini gambaran dari suatu aturan perubahan jagad raya atau suatu Logos. Heraklitos percaya pada kesatuan pada yang berlawanan, satu hal yang berlawanan tidak bisa ada tanpa lawannya.
KESIMPULAN
Seorang Heraklitus adalah seorang filsuf yang melalui pemikiran-pemikirannya banyak menuai kontrofersi dari berbagai pihak. Karena pemikiran Heraklitus dianggap sulit untuk dipahami dan dimengerti oleh filsuf yang lain. Heraklitus juga melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Seperti saat dia memerikan teori perubahan bahwa semua itu mengalir. Heraklitus mengibaratkannya sebagai sungai yang selalu mengalir. Kita tidak akan dapat melangkahi sungai yang sama sebanyak dua kali, karena air di dalam sungai selalu berganti dan berubah.