.


Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah 21 May 2014

Georg Wilhelm Friedrich Hegel
 BIOGRAFI
           Tokoh   Filsafat   Dialektika   Georg   Wilhelm   Friedrich   Hegel          adalah   seorang   filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis   dari   berbagai   posisi,   termasuk   para   pengagumnya   antara   lain   F.   H.   Bradley,   Sartre, Hans   Kung,   Bruno   Bauer,   Max   Stirner,   Karl   Marx,   dan   yang   menentangnya   antara   lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang   pertama   kali   memperkenalkan   gagasan   dalam   filsafat,   bahwa   Sejarah   dan   hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah      abadi   dalam    filsafat.  Ia  juga   menekankan        pentingnya     yang    lain  dalam    proses pencapaian   kesadaran   diri.   Hegel   dilahirkan   di   Stuttgart   pada   27   Agustus   1770.   Di   masa kecilnya,   ia   suka   membaca   literatur,   surat   kabar,   esai   filsafat,   dan   tulisan-tulisan   tentang berbagai   topik   lainnya.   Masa   kanak-kanaknya   yang   rajin   membaca,disebabkan   oleh   ibunya yang   luar   biasa   progresif    dan     aktif   mengasuh   perkembangan   intelektual   anak-anaknya. Keluarga   Hegel   adalah sebuah keluarga kelas menengah   yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang     pegawai     negeri   dalam    administrasi     pemerintahan      di  Wurttemberg.      Hegel    adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia   enam   tahun.   Hubungannya   dengan   kakak   perempuannya,   Christiane,   sangat   erat,   dan tetap akrab sepanjang hidupnya. Hegel dikenal sebagai   filsuf   yang menggunakan dialektika sebagai   metode   berfilsafat.   Dialektika   menurut   Hegel   adalah   dua   hal   yang   dipertentangkan lalu   didamaikan,   atau   biasa   dikenal   dengan   tesis   (pengiyaan),   antitesis   (pengingkaran)   dan sintesis    (kesatuan    kontradiksi).    Pengiyaan     harus    berupa   konsep     pengertian    yang    empiris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual. Pengertian tersebut diterangkan      secara    radikal   agar    dalam    proses    pemikirannya      kehilangan      ketegasan    dan mencair.     Pengingkaran       adalah    konsep    pengertian     pertama     (pengiyaan)     dilawan     artikan, sehingga muncul konsep pengertian kedua   yang kosong, formal, tak tentu, dan tak terbatas.
Menurut   Hegel,   dalam   konsep   kedua   sesungguhnya   tersimpan   pengertian   dari   konsep   yang pertama.     Konsep     pemikiran      kedua    ini  juga   diterangkan     secara   radikal    agar   kehilangan ketegasan   dan   mencair.   Kontradiksi   merupakan   motor  dialektika   (jalan   menuju   kebenaran) maka   kontradiksi   harus   mampu   membuat   konsep   yang   bertahan   dan   saling   mengevaluasi. Kesatuan      kontradiksi    menjadi    alat  untuk    melengkapi     dua    konsep    pengertian    yang    saling berlawanan   agar   tercipta   konsep   baru   yang   lebih   ideal.   Karya   utama   :   Phenomenology   of Spirit    pada   tahun    1807.   Dan    contoh    masalah     yang    dihadapi    Hegel    adalah   ketika    para penerjemah Inggris dari buku Phanomenologie des Geistes tidak pasti apakah mereka harus menerjemahkan "Geist" dengan "Roh" atau "Pikiran", meskipun istilah "Roh" dan "Pikiran" sangat berbeda dalam bahasa Inggris.Dan karya lainnya adalah Science of Logic pada tahun 1812–1816,       Encyclopedia of the Philosophical Sciences pada tahun 1817–1830, Elements of the Philosophy of Right pada tahun 1821.
PEMIKIRAN
           Karya-karya       pemikirannya       menunjukkan        ketajaman      serta   keseimbangan        daya berpikir    yang    luar  biasa.   Bagi   Hegel    tugas   utama     filsafat  adalah   memahami        kenyataan sebagaimana   adanya.   Dia   berkeyakinan   bahwa   kebenaran   secara   menyeluruh   atau   bagian- bagian dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti.
           Pemikiran   Hegel   tidak   bisa   dilepaskan   dalam   dialektika   antara   tesis,   antitesis   dan sintesis. Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalamkerangka   dialektika   itu   yaitu   keluarga   sebagai   tesis,   masyarakat   sipil   sebagai   antitesis   dan negara sebagai sintesis.
           Dialektika     itu  bertolak    dari  pemikiran     Hegel    bahwa    keluarga     merupakan      tahap pertama akan adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta    berhasil   mempersatukan        kehendak.     Konsekuensinya,       barang    atau  harta   benda    yang semula   milik   dari   masing-masing   individu   menjadi   milik   bersama.   Akan   tetapi,   keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam masyarakat   sipil   ini   mencari   penghidupannya   sendiri-sendiri   dan   mengejar   tujuan   hidupnya sendiri-sendiri.     Negara     sebagai    institusi  tertinggi   mempersatukan        keluarga    yang    bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif.
           Meskipun       logika   pemikiran     Hegel     nampak     bersifat   linear,   namun     Hegel    tidak bermaksud   demikian.   Hegel   memaksudkan   bahwa   dalam   kerangka   dialektika   antara   tesis, antitesis    dan    sintesis.   Dalam      kerangka     teori   dialektikanya      ini,  Hegel     menempatkan masyarakat   sipil   di   antara   keluarga   dan   negara.   Dengan   kata   lain,   masyarakat   sipil   terpisah dari keluarga dan dari negara.
           Masyarakat       sipil  bagi   Hegel     digambarkan      sebagai     masyarakat     pasca    Revolusi Perancis   yaitu   masyarakat   yang   telah   diwarnai   dengan   kebebasan,   terbebas   dari   belenggu feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, Civil Society adalah sebuah bentuk masyarakat dimana      orang-orang     di   dalamnya     bisa   memilih     hidup   apa   saja   yang   mereka     suka   dan memenuhi        keinginan     mereka     sejauh    mereka     mampu.     Negara     tidak   memaksakan        jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society seperti yang terjadi dalam masyarakat feodal karena negara dan Civil Society terpisahkan. Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka      pemenuhan       kebutuhan      mereka.     Hukum       merupakan      pengarah      kebebasan      dan rasionalitas   manusia   dalam   hubungan   dengan   sesama   anggota   masyarakat   sipil.   Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.
Dibawah ini merupakan peta pemikiran Hegel, diantaranya:
METAFISIKA DAN RUH ABSOLUT
       Filsafat    Hegel    sering   disebut   sebagai    puncak    idealisme   Jerman.     Filsafatnya    banyak diinspirasikan      oleh    Imanuel     Kant    dengan     filsafat  ilmunya     (  filsafat   dualisme),     Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme   dan Rasionalisme, keduanya      bagi    Kant   terlalu   ekstrem    dalam     mengklaim     sumber      pengetahuan.      “Revolusi Kantian” kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya.
       Hegel     yang   pada    awalnya    sangat    terpengaruh     oleh  filsafat  Kant    tersebut   kemudian menemukan   jalan   keluarnya   melalui   kontemplasi   yang  terus   menerus.   Ketertarikan   Hegel sejak   awal   pada   metafisika,   meyakinkannya   bahwa   ada  ketidak   jelasan   bagian   dunia,   bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika
       Pada   dasarnya   filsafat   Hegel   mematahkan   anggapan   kaum   empiris   seperti John   Lock, Barkeley dan David Hame. Mereka ( kaum empiris ) mengambil sikap tegas pada metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamental filsafat atau Epistimologi ( bagaimana realitas itu dapat diketahui ) dan tidak dapat mencapai realitas total, pendapat ini diteruskan kembali oleh David Hume bahwa metafisika tidaklah berharga sebagai ilmu dan bahkan   tidak   mempunyai   arti.,   baginya   metafisika   hanya   merupakan   ilusi   yang   ada   diluar batas pengertian manusia.
Dengan metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang mencakup   segalanya   baik   Ilmu   Pengetahuan,   Budaya,   Agama,   Konsep   Kenegaraan,   Etika, Sastra, dll. Hegel meletakkan ide atau ruh atau jiwa sebagai realitas utama, dengan ini ia akan menyibak       kebenaran     absolut    dengan    menembus       batasan-batasan      individual    atau   parsial. Kemandirian benda-benda yang terbatas bagi Hegel dipandang sebagai ilusi, tidak ada yang benar nyata kecuali keseluruhan (The Whole).
       Hegel   memandang   Realitas   bukanlah   suatu   yang   sederhana,   melainkan   suatu   sistem yang   rumit.   Ia   membangun   filsafat   melalui   metafora  pertumbuhan   biologis   dan   perubahan perkembangan   atau   bisa   disebut   dengan   organisme.   Pengaruh   konsep   organisme   pada   diri Hegel,     membuatnya       memandang        bahwa     organisme     merupakan      model     untuk   memahami kepribadian   manusia,   masyarakat,   institusi,   filsafat   dan   sejarah.   Dalam   hal   ini   organisme dipandang   sebagai       suatu   hirarki,  kesatuan    yang   saling   membutuhkan        dan   masing-masing bagian memiliki peran dalam mempertahankan suatu keseluruhan.
       Segala sesuatu yang nyata adalah rasional dan segala sesuatu yang rasional adalah nyata (all   that  is  real  is  rational  and   all  that  is  rational  is  real)  adalah   merupakan      dalil  yang menegaskan   bahwa   luasnya   ide   sama   dengannya   luasnya   realitas.   Dalil   ini   berbeda   dengan yang dinyatakan oleh keum empiris tentang realitas, “yang nyata” bagi kaum empiris secara tegas   ditolak   oleh   Hegel,   sebab   baginya   itu   tidaklah   rasional,   hal   tersebut   terlihat   rasional karena merupakan bagian dari aspek keseluruhan.
       Hegel meneruskan bahwa keseluruhan itu bersifat mutlak dan yang mutlak itu bersifat spiritual     yang    lambat    laun    menjadi     sadar    akan    dirinya    sendiri.    Jadi   realitas   pada kesendiriannya bukanlah hal   yang benar-benar nyata, tetapi   yang nyata pada dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan.
       Dalam bukunya Phenomenologi of Mind (1807), Hegel menggambarkan tentang “yang mutlak” sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide yang selanjutnya menjadi ide absolut. Ide   absolut   menurut   Bertrand   Russell   adalah   pemikiran   murni,   artinya   adalah   bahwa   ide absolut   merupakan   kesempurnaan   fikiran   atau   jiwa   yang   hanya   dapat   memikirkan   dirinya sendiri. Pikirannya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui kesadaran diri.
DIALEKTIKA
       Dialektika   merupakan   metode   yang   dipakai   Hegel   dalam   memahami   realitas   sebagai perjalanan   ide   menuju   pada   kesempurnaan.   Menelusuri   meteri   baginya   adalah   kesia-siaan sebab materi hanyalan manifestasi dari perjalanan ide tersebut. Dengan dialektika, memahami ide sebagai realitas menjadi dimungkinkan. Dialektika dapat dipahami sebagai “The Theory of the Union of opposites” (teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan). Terdapat tiga unsur atau konsep dalam memahami dialektika yaitu pertama, tesis, kedua sebagai lawan dari yang   pertama   disebut   dengan  antitesis.   Dari   pertarungan   dua   unsur   ini   lalu   muncul   unsur ketiga   yang   memperdamaikan   keduanya   yang   disebut   dengan  sinthesis.   Dengan   demikian, dialektika dapat juga disebutsebagai proses berfikir secara totalitas yaitu setiap unsur saling bernegasi   (mengingkari   dan   diingkari),   saling   berkontradiksi   (melawan   dan   dilawan),   serta saling bermediasi (memperantarai dan diperantarai).
       Untuk memahami proses triadic itu (thesis, Antitesis, dan sithesis), Hegel menggunakan kata    dalam     bahsa    Jerman     yaitu    aufheben     Kata    ini   memiliki     makna      “menyangkal”, “menyimpan”         dan    “mengangkat”.        Jadi   dialektika    bagi   Hegel      bukanlah     penyelesaian kontradiksi     dengan    meniadakan       salah  satunya   tetapi  lebihdari     itu.  Proposi   atau   tesis  dan lawannya      antitesis   memiliki     kebenaran     masing-masing       yang   kemudian      diangkat    menjadi kebenaran yang lebih tinggi. Tj. Lavine menerangkan proses ini sebagai berikut:
        1. Menunda klonflik antara tesis dan antitesis.
       2. Menyimpan elemen kebenaran dari tesis dan antitesis.
       3. Memgungguli perlawanan dan meninggikan konflik hingga mencapai kebenaran yang lebih tinggi.
       Hagel   memberikan   contoh   sebagai   berikut   “yang   mutlak   adalah            yang   berada   murni (pure being)” yang tidak memiliki kualitas apapun. Namun yang berada murni tanpa kualitas apapun adalah “yang tiada (nothing)” ini merupakan regasi dari proposi atau tesis, oleh sebab itu   kita   terarah   pada   antitesis   “yang   mutlak   adalah   yang   tiada”.   Penyatuan   antara   tesis   dan antitsis   tersebut   menjadi   sinthesis   yaitu   apa   yang  disebut   menjadi   (becoming)   maka   “yang mutlak adalah yang menjadi”, sinthesis inilah kebenaran yang lebih tinggi.
       Dialektika Hegel merupakan alternatif tradisional yang mengasumsikan bahwa proposi haruslah   terdiri   dari   subjek   dan   predikat.   Logika   seperti   ini   bagi   Hegel   tidaklah   memadai. Berikut contoh yang bisa sedikit menerangkan tentang hal tersebut, dalam logika tradisional terdapat proposi sebagai berikut Heru adalah seorang paman”, kata paman disini merupakan predikat     yang   dinyatakan     begitu   saja  benar    (benar   dengan    sendirinya),    Heru    tidak   perlu mengetahui        keberadaannya        sebagai    paman,      maka     dalam    hal    ini   logika    tradisional mengandung   cacat.   Hegel   menggantinya   dengan   dialektika   untuk   menuju   pada   kebenaran mutlak,   paman   bagi   Hegel   tidaklah   benar   dengan   sendirinya,   sebab   eksistensinya   sebagai paman juga membutuhkan eksistensi orang lain sebagai keponakan. Dari perseteruan antara paman sebagai tesis dan keponakan sebagai antitsis maka tidaklah memungkinkan kebenaran parsial atau individual,   kesimpulannya   adalah kebenaran terdiri dari paman dan keponakan. Jika dialektika ini diteruskan akan mencap[ai kebenaran absolut yang mencakup keseluruhan.
       Tidak   ada   kebenaran   absolut   tanpa   melalui   keseluruhan   dialektika.   Setiap   tahap   yang belakangan   mengandung   semua   tahap   terdahulu.   Sebagaimana   larutan,   tak   satupun   darinya yang secara keseluruhan digantikan, tetapi diberi tempat sebagai suatu unsur pokok di dalam keseluruhan.
FILSAFAT SEJARAH
       Setelah      Hegel     menyatakan       bahwa     yang     sejati   adalah    rasional    dan    kemudian menerangkan tentang dialektika yang membawa ruh kepada titik absolut, maka kita kemudian akan di bawa pada pemahaman hakekat sejarah. Sejarah bagi Hegel dapat dipahami sebagai proses   dialektika   ruh.   Filsafat   sejarah   Hegel   merupakan   perwujudan   atau   pengejewantahan dari ide universal menuju pada absolutisme dengan menjelaskan semua yang terjadi sebagai proses.
       Bagi   Hegel,   sejarah   berlaku   pada   kelompok   bukan   dalam   individu.   Searah   berkaitan dengan jiwa manusia dan seluruh budayanya bukan dengan Ilmu dan tekhnologi seperti yang di jelaskan oleh para pemikir pencerahan. Hegel mengangap sejarah tidakah bergerak secara lurus terhadap kemajuan, namun ia bergerak secara dialektis melalui jalan melingkar.
       Dalam     The   Philosophy   of   History   Hegel   mengatakan   bahwa   Esensi   dari   ruh   adalah kebebasan,   maka   kebebasan   adalah   tujuan   dari   sejarah.   Sejarah   baginya   merupakan   gerak kearah     rasionalitas    dan   kebebasan      yang    semakin     besar.   Hegel    kemudian      merumuskan perkembangan historis ruh,   yang terbagi dalam tiga  tahap: Pertama, Timur. Kedua, Yunani dan   Romawi   dan  Ketiga,   Jerman.   Pada   fase   pertama   kita   akan   temui   bahwa   yang   bebas hanyalah   satu   orang,   seperti   yang   kita   lihat   dalam  monarki   Cina   dan   Timur   Tengah   ,   lalu sejarah bergerak pada masa Yunani Kuno dan Romawi dimana yang bebas menjadi beberapa orang sebab masih ada pembedaan antara tuan dan budak maka bentuk yang sempurna adalah Jerman      dimana    yang    bebas    adalah   semuanya      Pemikiran     Hegel     mengarahkan       kita  pada pemahaman   bahwa   sejarah   merupakan   pergerakan   penuh  tujuan   atas   cita-cita   Tuhan   untuk kemanusiaan.   Hegel   pun   memahami   bahwa   sejarah   memang   merupakan   meja   pembantaian dimana kesengsaraan, kematian , ketidakadilan dan kejahatan menjadi bagian dari panggung dunia. Namun Filsafat sejarah merupakan teodisi atau usaha untuk membenarkan tuhan dan mensucikan tuhan data tuduhan bahwa tuhan membiarkan kejahatan berkuasa di dunia. Dia menunjukkan anggapan yang salah tentang sejarah di sebabkan karena merekan hanya melihat permukaanya saja, tetapi mereka tidak melihat aspek Laten serta potensial dalam sejarah yaitu jiwa absolut dan esensi jiwa yaitu kebebasan.
NEGARA
       Negara      merupakan      tema    sentral    dalam    pembahasan       tentang    kehidupan      dalam masyarakat   politik.   Sebagai   seorang   filosof,   Hegel  kemudian   merumuskan   bentuk   negara ideal   baginya,   pandangannya   tentang  negara   tersebut  dapat   dilihat   pada   dua   karyanya   yaitu The Philosopy of History dan The Philosopy of Law. Tentu saja pandangannya tentang negara tidak lepas dari sistem filsafat yang dibangunnya.
       Hegel     menunjukkan       bahwa    hakekat    manusia     dimasukkan     dan    diwujudkan      dalam kehidupan negara-bangsa. Menurutnya, negara-bangsa merupakan totalitas organik (kesatuan organik)   yang   mencakup   pemerintahan   dan   institusi   lain   yang   ada   dalam   negara   termasuk keseluruhan      budayanya.     Hegel   juga   menyatakan     bahwa  totalitas    dari  budaya    bangsa   dan pemerintahannya merupakan individu sejati. “Individu sejarah dunia adalah negara-bangsa”, maksudnya negara merupakan individu dalam sejarah dunia.
       Negara merupakan manifestasi dari ide universal. Sedangkan individu (orang per orang) merupakan       penjelmaan      dari   ide   partikular   yang    tidak   utuh,   dan    merupakan      bentuk kepentingan       yang    sempit.    Negara     memperjuangkan         kepentingan      yang    lebih    besar, memperjuangkan/merealisasikan            ide   besar.  keinginan  negara   merupakan       keinginan    umum untuk kebaikan semua orang, karenanya negara harus dipatuhi dan negara dapat memaksakan keinginannya   pada   warganya.   Negara   adalah   “penjelmaan   dari   kemerdekaan   rasional,   yang menyatakan dirinya dalam bentuk objektif”.
       Karena   itulah   negara   yang  dibentuk   Hegel   adalah   absolut.   Negara   baginya   bukan   apa yang     di  gambarkan     John   Lock    atau  teoritisi-teoritisi kontrak     sosial  yang   dibentuk    dari kesepakatan       bersama     dari   rakyatnya,    Hegel    berpendapat      sebaliknya, negaralah    yang membentuk   rakyatnya.   Hegel   memang   mensakralkan   negara   sampai   ia   menganggap   bahwa sepak terjang negara di dunia ini sebagai “derap langkah Tuhan di bumi.
       Dalam   perspektif   ini   individu   tidaklah   dimungkinkan   untuk   menjadi   oposisi   negara sebab     ia   membawa       kepentingan      parsial.   Negara    adalah    sumber     budaya,     kehidupan institusional dan moralitas. Hegel menyatakan dalam Reason of History: segala yang ada pada manusia, dia menyewa pada negara, hanya dalam negara dia mendapatkan jati dirinya. Maka tidak seorang pun bisa melangkah di belakang negara, dia mungkin bisa memisahkan diri dari individu lain namun tidak dari jiwa manusia.
       Lalu    dimanakah      existensi   individu    ketika   ia  tidak   lagi  memiliki     kekuasaan     dan kebebasan?      Hegel    menjawabnya       dengan    membedakan      kebebasan      formal    dan kebebasan substansial. Berikut ini penjelasanya:
1.   Kebebasan   formal   merupakan   kebebasan   yang   diasumsikan   oleh   kaum   atomis   di   masa pencerahan,   dimana   individu   terisolasi,   kebebasan   ini   diraih   dari   sifat   alamiah   seperti: kehidupan, kebebasan dan properti (hak milik), kebebasan ini bersifat abstrak dan negatif.  Bagi Hegel, inilah kebebasan dari penguasa yang menindas.
2.   Kebebasan   substansial   adalah   merupakan   kebebasan   ideal   bagi   Hegel,   hal   ini   cita-cita moral masyarakat yang berasal dari kehidupan spiritual masyarakat tertentu. Kebebasan ini hanya dapat diraih dari negara, di sinilah cita-cita etika dan jiwa fundamental orang-orang dalam hukum-hukum dan institusi-institusinya dapat dicapai.
      Dalam pandangan Hegel, jika kita membenci budaya kita dan tidak sependapat dengan cita   cita   dan   institusi   masyarakat   kita   maka   kita   berada   dalam   keterasingan.   Keterasingan merupakan   terdiri   dari   banyak   komponen   yaitu:   perasaan   menjadi   asing   diri,   terputus   dari perasaan sendiri ataupun identitasnya sendiri; perasaan tidak memiliki norma; tidak memiliki arti; lemah dan lain lain.Keterasingan yang dipahami Hegel merupakan kegagalan kehendak individu untuk beradaptasi dengan yang lebih besar yaitu kemauan masyarakat. Keterasingan merupakan   kondisi   dimana   seseorang   tidak   bisa   mengidentifikasikan   diri   dengan   moralitas publik dan institusi masyarakat
PENUTUP
       Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. filsafat membahas       segala   sesuatu   yang   ada   di  alam   ini  yang   sering   dikatakan    filsafat  umum. sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.
       Dalam filsafat hegel, kebenaran hakiki pelan-pelan akan terkuak seiring rentang evolusi sejarah perjalanan pemikiran filsafat.
       Demikian pembahasan tokoh filsafat Hegel dalam makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Yuana, Kumara. 2010. The Greatest Philosophers. Jogyakarta:Andi Offset.
D.Aiken, Henry. 2009. Abad Ideologi . Jogjakarta:Relief.
Hadiwiyono, Sari Harun.2005.Sejarah Filsafat Barat 2.Yogyakarta: Kanisius.





















































Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -