.


Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah 26 May 2014

Immanuel Kant

Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant dilahirkan di Koenisberg, suatu kota di Prussia timur pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda. Semula nama Kant ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat ragu orang yang mengenalnya, nama itu ditulis seperti
dikenal sekarang. Dari ibunya, Kant mendapat mendapat pengaruh agama yang beraliran Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang menghendaki suatu ketaan yang mendalam dari pemeluknya. Itulah sebabnya Kant besar kepercayaanya kepada Tuhan hanya kehadiranya di gereja sangat terbatas pada hari-hari besar agama saja.
Riwayat Pendidikan Immanuel Kant
− Pada masa kecilnya mula-mula Kant memasuki Collegium Friedericianum di Koenigsberg dari tahun 1732 sampai tahun 1740.
− Kemudian ia pindah ke universitas I Koenisberg, awalnya belajar teologi, tetapi setelah belajar selama enam tahun ia pindah mempelajari filsafat
− Kant baru menyelesaikan studinya pada tahun 1755, karena ia terpaksa bekerja jadi guru privat di beberapa keluarga bangsawan demi kelangsungan studinya, selama kira-kira Sembilan tahun.
− Selama lima belas tahun sejak ia lulus ia menjadi dosen yang luar biasa di universitas Koenisberg. Disamping itu sejak tahun 1766 ia menjadi asisten perpustakaan, sehingga dari pendapatanya itu ia teringankan dalam hal biaya hidupnya.
− Sejak tahun 1770 ia diangkat menjadi professor dalam logika dan metafisika. Dan jabatan itu dipegangnya sampai ia meninggal. Mata kuliah itu dibinanya lebih dari 40 tahun, bahkan disamping mata kuliah itu, ia juga memberikan mata kuliah lain, diantaranya: geografi, antropolgi, teologi, dan filsafat moral.

PEMIKIRAN
Immanuel Kant dilahirkan di Prusia timur. Kant besar di tengah-tengah kemiskinan. Dia adalah anak keempat dalam keluarganya. Kant memiliki lima saudara perempuan dan satu orang saudara laki-laki. Ayah Kant adalah seorang tukang potong tali kulit yang cekatan. Dan ibunya, Frau Kant adalah seorang perempuan Jerman yang tidak mendapatkan pendidikan formal namun memiliki kecerdasan alamiah yang luar biasa. Kecerdasan inilah yang turun dalam diri Immanuel Kant.
Kant dibesarkan dalam suasana Pietist (sebuah gerakan yang semula berasal dari aliran gereja Lutheran di Jerman pada abad ke -17, yang menekankan ajaranya pada kehidupan agama formal yang ortodoks). Sejak usia delapan sampai enam belas tahun Kant belajar disekolah Pietist local. Disinilah kecerdasan yang luar biasa dan kehausanya untuk terus belajar mulai terganggu akibat terlalu banyak nasihat-nasihat religious yang dia dengar. Kebenciannya atas ajaran resmi agama tetap tinggal pada dirinya sampai akhir hidupnya.
Pada usia 18 tahun, kant memasuki universitas Koinsberg sebagai mahasiswa teologi. Pada mulanya Kant mendapat bantuan keungan dari gereja Pietist lokal untuk kuliahnya, tetapi dia juga berusaha untuk membiayai sendiri dengan cara memberikan les kepada teman kuliahnya yang agak ketinggalan. Tetapi Kant menjadi sangat bosan dengan teologi, dan menunjukan minatnya pada matematika dan fisika. Dia membaca newton hingga terbukalah matanya pada ilmu pengetahuan dan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang diungkapkan dalam buku newton, mulai dari astronomi hingga zoology. Ilmu pengetahuan yang didasari eksperimen hanya bisa diakomodasikan dalam suatu empiris, yakni filsafat yang mendasarkan pengetahuan kita atas dunia ini dan pengalaman. Pada tahun 1746, ketika Kant berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia hingga ia akhirnya meninggalkan bangku kuliah sebelum sempat meraih gelar. Selama Sembilan tahun berikutnya, Kant membiayai dirinya sendiri dengan memberikan les kepada keluarga kaya disekitar wilayah pedesaan.
Pada tahun 1755, pada usia 31 tahun Kant akhirnya berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Konigsberg berkat kebaikan seorang dermawan Pietist. Kant memang termasuk filsuf yang perkembanganya terlambat. Setelah mendapatkan gelarnya akhirnya Kant memperoleh jabatanya di universitas sebagai seorang privatdozent (dosen junior). Jabatan ini dipegangnya selama lima belas tahun, sebuah jabatan academis yang tidak mengenal bayaran yang pantas. Kant memberikan kuliah di bidang matematika dan fisika, serta menerbitkan sejumlah isalah dalam berbagai persoalan ilmu pengetahuan. Yang menjadi bakat alamiah Kant adalah berspekulasi. Dalam bidang filsafat rasionalistik, gagasan-gagasan Kant sebagian besar dipengaruhi oleh Newton dan Leibniz. Kant terjebak untuk melakukan spekulasi pada system yang menyelimuti alam semesta serta berkehendak

untuk mempertanyakan intelektual terbesar pada zamanya itu dengan caranya sendiri. Menurut Leizbin, dunia fisik dari sebab dan akibat membuktikan harmoni yang ada dalam tujuan moral dunia. Dengan membaca pandangan Leizbin ini Kant memandang peran kemanusiaan yang tidak semata-mata di dalam alam belaka, melainkan jauh dari itu, kemanusiaan berperan melampaui apa yang menjadi tujuan utama dari alam semesta.
Pada saat bersamaan, minat Kant pada bidang filsafat ilmu pengetahuan telah membawanya untuk membaca karya filsuf Skotlandia, David Hume. Kant sangat terkesan pada kekukuhan Hume akan pengalaman sebagai basis bagi semua pengetahuan, namun demikian Kant tidak setuju sepenuhnya dengan Hume. Menurut Hume, semua yang kita alami adalah sebuah rangkaian persepsi, dan dengan demikian maka segala macam hal seperti sebab dan akibat, benda-benda, bahkan kendali dari tangan tuhan ssang pencipta pun hanyalah suatu prasangka atau kepercayaan. Kant juga terpesona oleh daya tarik emosoianal Rousseau. Sebagai filsuf romantic pertama yang tidak akademis dibandingkan dengan filsuf-filsuf lainnya. Rousseau percaya bahwa ekspresi personal lebih banyak melalui emosi ketimbaang pemikiran rasional. Akan tetapi hingga sejauh itu semua unsure yang saling berlainan ini (Newton, Leibniz, Hume, Rousseau)masih belum memberikan dampak yang berarti bagi Kant. Hingga munculah filsafat yang sejati, dan diperlukan waktu yang cukup panjanguntuk mewujudkan itu.
Kant menulis sebuah buku satiris yang yang menimbulkan tanda tanya, yakni buku berjudul Dreams of a Ghost-Seer elucidated by Means of Metaphysical Dreams. “Ghost-Seer” yang ia maksudkan dalam judul tersebut adalah mistikus Swedia yang penuh khayalan, Swedenborg, yang menjadi terkenal karena deskripsinya akan perjalanan panjangnya melewati surga dan neraka. Gaya penulisan Kant sangat bertele-tele, menjengkelkan dan sulit dimengerti. Berbeda dengan saat ia memberikan kuliah, dia memberikan berbagai gagasan, kebijaksanaan, dan pengetahuan yang mengesankan. Kuliah-kuliah yang diberikan Kant digemari banyak penggemarnya, sehingga ia menjadi cepat terkenal, dan hal ini didukung pula dengan mengalirnya berbagai risalah Kant tentang berbagai subyek ilmu pengetahuan. Hal ini terus berlangsung selama tiga puluh tahun sehingga mengantarkan Kant menjadi guru akademis pertama di dalam bidang geografi. Selain itu, Kant juga memberikan kuliah dalam bidang filsafat. Dari cara berbicaranya ia membuat orang percaya betapa Kant telah melakukan perjalanan yang begitu jauh melalui wilaya etika dan epistemology yang penuh bahaya, bahkan melampaui Utima Thule (jarak terjauh) logika hingga seperti metafisika. Sementara itu, risalah mengenai berbagai hal lain yang lebih bisa diterima seperti peledak, pertahanan militer, dan teori tentang angkasa raya tetap mengalir lancer dari mata penanya. Walaupun begitu, Kant tetap saja ditolak untuk menjadi professor di Universitas Konigsberg. Dugaan mengatakan bahwa banyak professor disana yang tidak suka pada Kant. Apapun alasanya Kant sangat menyukai Konigsberg. Kesimpulan ini bisa ditarik dari kenyataan bahwa Kant pernah menolak tawaran dari Universitas Berlin untuk menjadi professor dalam bidang puisi..
Untunglah pada tahun 1770 kebijakan di Universitas Koigsberg melembek, dan Kant pun diangkat sebagai professor dalam bidang logika dan metafisika. Pada usia 46 tahun Kant menjadi semakin kritis terhadap Leibniz serta seluruh murid rasionalis Leibniz yang telah sekian lama memberikan pengaruh kuat dalam filsafat Jerman. Empirisme Hume tampaknya tak bisa dipungkiri lagi, bahkan dengan segala keenggananya Kant pun bisa diyakinkan oleh skeptisime Hume. Pada tahun 1781 akhirnya Kant menerbitkan karyanya Critiqueof Pure Reason yang secara umum dianggap sebagai karya besarnya. Dalam

karyanya Kant memutuskan untuk mencantumkan argument-argumen yang menarik serta contoh konkret yang mengesankan untuk menghindari terlalu tebalnya buku. Namun demikian, anda tidak bisa memungkiri betapa karya Kant sangatlah luar biasa. Tujuan Kant adalah memulihkan metafisika. Dia setuju dengan Hume dan para empiris lain tentang tidak adanya gagasan yang sudah dari sananya. Tetapi ia menolak pernyataan bahwa segala pengetahuan berasal dari pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa semua pengetahuan harus bersesuain dengan pengalaman, dan dengan cemerlang Kant membalikkan pernyataan ini dengan menyatakan bahwa semua pengalaman harus bersesuaian dengan pengetahuan.
Menurut Kant, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Tanpa ruang dan waktu kita tidak bisa membuat pengalaman kita menjadi masuk akal. Tetapi masih ada unsure lain yang membantu kita mengerti melalui pemahaman kita tanpa tergantung pada pengalaman, hal itu mencakup kualitas (quality), kuantitas (quantity), dan hubungan (relation). Ruang dan waktu, beserta kategorinya (yang mencakup gagasan seperti pluralitas, hubungan sebab-akibat, dan keberadaan atau eksistensi) hanya dapat diterapkan pada fenomena pengalaman kita. Dengan cara ini Kant justru menghancurkan semua argument yang berkaitan dengan ada atau tidaknya tuhan. Jadi masalah yang sesungguhnya adalah bahwa kita tidak dapat menerapkan kategori semacam eksistensi itu kedalam suatu inentitas yang tidak empiris.
Tujuh tahun setelah menerbitkan karyanya yang berjudul critique of Pure Reason tersebut, Kant menerbitkan karyanya yang lain dengan judul Critique of Partical Reason. Di dalam karyanya ini Kant kembali mempermasalhkan Tuhan yang sebelumnya dianggap tak bisa dibicarakan karena tidak tergolong dalam kategori. Disini Kant tidak lagi mencari dasar metafisis bagi persepsi, namun mencari dasar tersebut bagi moralitas. Apa yang Kant cari adalah hukum moral yang fundamental. Dalam hal ini, kebaikan (good), dan kejahatan (evil) bukanlah hal yang dipermasalahkan oleh Kant. Pada kenyataanya, akhirnya Kant menyimpulkan hanya adanya sebuah prinsip tunggal: yakni “imperatif kategoris” (kategori yang tidak bisa dihindari). Imperative kategori ini memberikan kerangka kerja bagi pemikiran etis / penalaran praktis kita tanpa membrinya isi moral tertentu. Imperative kategoris Kant menyatakan: “bertindaklah sesuai dengan sebuah prinsip yang pada saat bersamaan prinsip tersebut anda kehendaki akan menjadi hukum universal”.
Prinsip ini membawa Kant pada suatu keyakinan bahwa kita seyogyanya bertindak sesuai dengan kewajiban kita, bukan menurut perasaan kita, sebuah kesimpulan yang sangat sulit diterima. Umpamanya Kant menyatakan bahwa nilai moral dari suatu tindakan selayaknya tidak ditentukan menurut akibat-akibat yang ditimbulkan, namun hanya didasarkan pada sejauh mana tindakan itu selaras dengan kewajiban yang melatarbelakanginya. Ini terang-terangan tidak masuk akal karena moralitas semata-mata dikaitkan dengan apa yang berlaku di masyarakat dan bukan dengan niat baik yang dimiliki seorang individu.
Pada tahun 1790, ketika Kant berumur 58 tahun, ia menerbitkan karya spektakulernya yang ketiga dan yang terakhir dengan judul Critique of Judgment. Kant berdalih bahwa keberadaan seni mensyaratkan adanya seniman, dan mealalui keindahan dunialah kita dapat mengenali pencipta yang mulia. Seperti yang telah ia suratkan sebelumnya, kita mengenali karya-karyaTuhan pada bintang-bintang yang ada dilangit maupun suara hati kita untuk melakukan kebaikan. Sama halnya dengan teori persepsi dan teori etikanya, Immanuel Kant berusaha memberikan dasar metafisis bagi teorinya tentang keputusan estetik.

Immanuel Kant melanjutkan dalilnya dengan mengutarakan bahwa hanya melalui kesatuan dan konsistensi alamlah ilmu pengetahuan menjadi mungkin. Berkaitan dengan gagasan ini, ia juga mengutarakan bahwa alam mempunyai tujuan. Sifat alam yang mempunyai tujuan itu merupakan “konsep apriori yang istimewa”.
Immanuel Kant cukup beruntung ketika menerbitkan buku ketiganya, tidak sperti biasanya Prussia pada saat itu justru dippenuhi dengan suasana toleransi. Buku ketiganya ini didedikasikan kepada Zedlith, menteri pendidikan dibawah kekuasaan Frederick Agung. Immanuel kant sangat meiliki rasa hormat kepada raja, meskipun didalam hatinya sebenarnya sang filsuf sangatlah revolusioner. Frederick Agung wafat pada tahun 1786, kini Immanuel Kant berhadapan dengan keadaan yang sangat runyam, seorang Pietist mengajukan tuduhan bahwa Immanuel Kant menyalahgunakan filsafatnya untuk menyelewengkan alkitab. Ternyta ada seorang di kementrian yang mendalami buku Kant yang berjudul Critique of Pure Reason dan menemukan bahwa buku tersebut menolak seluruh bukti keberadaan Tuhan. Immanuel Kant dituntut untuk bersumpah tidak menulis atau mengajar masalah religious lagi.

PENUTUP
Kita telah membahas tentang banyak hal mengenai Immanuel Kant, yaitu seorang filsuf pada abad modern. Aktivitasnya adalah mengajar dan menulis buku geografi. Dasar pemikiran atau aliran yang dianut Immmanuel Kant adalah Idealisme Theist yang mempercayai bahwa tanpa adanya Tuhan, akal manusia itu tidak akan pernah ada. Minat Immanuel Kant pada bidang filsafat ilmu sangatlah besar, sehingga Kant sangat tertarik untuk membaca karya-kara filsuf lain.
Awal mula Kant tertarik pada ilmu pengetahuan adalah pada saat Kant membaca Newton, hingga terbukalah pandangannya pada ilmu pengetahuan dan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang diungkapkan dalam buku newton, mulai dari astronomi hingga zoology. Kant juga membaca karya Leizbin, dari sini Kant memandang peran kemanusiaan yang tidak semata-mata di dalam alam belaka, melainkan jauh dari itu, kemanusiaan berperan melampaui apa yang menjadi tujuan utama dari alam semesta. Selanjutnya ia membaca karya-karya David Hume, seorang filsuf dari Skotlandia. Kant sangat terkesan pada kekukuhan David Hume yang mempercayai bahwa pengalaman adalah basis bagi semua pengetahuan.
Kant tidak begitu saja mempercayai teori Hume, dan dengan cemerlang Kant membalikkan pernyataan ini dengan menyatakan bahwa semua pengalaman harus bersesuaian dengan pengetahuan. Menurut Kant, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Tanpa ruang dan waktu kita tidak bisa membuat pengalaman kita menjadi masuk akal. Tetapi masih ada unsur lain yang membantu kita mengerti melalui pemahaman kita tanpa tergantung pada pengalaman, hal itu mencakup kualitas, kuantitas dan hubungan. Ruang dan waktu, beserta kategorinya hanya dapat diterapkan pada fenomena pengalaman kita
Setelah membaca dan memahami perjalanan hidup, pemikiran dan juga mengetahui karya-karya Kant, seharusnya kita meniru semangat dan ketertarikan Kant dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Perjuangannya dalam menyelesaikan kuliah dengan keterbatasan dana karena orang tuanya yang telah meninggal dunia akhirnya mengharuskan dirinya untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Kisah sepeerti itu seharusnya memotivasi kita sebagai seorang mahasiswa untuk lebih semangat lagi dalam mencari ilmu dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -