.


Posted by : Unknown 17 Jan 2016

Islam dan Dinamika Sosial Budaya di Pesisir
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mengungkap persoalan keberagamaan dalam masyarakat nelayan tradisional pada dasarnya adalah membicarakan cumulative body of knowledge nelayan dalam konteks kehidupan lokal. Secara kategoris, kehidupan komunitas nelayan berbeda dengan kehidupan komunitas masyarakat lainnya, seperti masyarakat petani atau pedagang urban. Perbedaan itu terlihat tidak hanya terletak pada gaya hidup dan pola pikir, tetapi juga pada nilai-nilai kebudayaan mereka.
Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Walaupun demikian, di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan. Baik nelayan, petambak, maupun pembudidaya perairan merupakan kelompok-kelompok sosial yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan.
Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja menangkap ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi eksistensi masyarakat pesisir. Mereka mempunyai peran yang besar dalam mendorong kegiatan ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir. Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang penting, kelompok masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Kelahiran pengetahuan tradisional nelayan banyak didasari karakteristik konteks fisik lautan yang mengelilinginya.Pengetahuan ini diproduksi secara kultural dan diakumulasi melalui pengalaman dan terus menerus dievalusi dan diciptakan kembali berdasarkan fitur lingkungan laut yang bergerak dan unpredictable. Oleh karena itu, wajar jika realitas keyakinan masyakarat nelayan bergantung kepada laut, misalnya, konsepsi tentang adanya kekuatan luar biasa pada laut yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat nelayan di desa Dadap.  Praktik keberagamaan terntentu yang erat kaitannya dengan masyarakat nelayan terjadi hampir di setiap masyarakat Dadap.
Di Indramayu, tepatnya di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat, praktik keberagamaan sejenis itu juga terjadi. Namun, sejak berlangsungnya proses penyebaran dan pelembagaan Islam, sebagian besar masyarakat nelayan memeluk Islam. Akan tetapi, apakah komitmen keberagamaan mereka murni berlandaskan Islam? Lalu bagaimana mereka mengkonstruksi pengalaman sosio-kultural mereka dengan kondisi kehidupan yang dekat dengan laut.

B.    Rumusan Masalah
Kajian mengenai kehidupan keberagamaan masyarakat pesisir tentu saja luas. Oleh karena itu, untuk mengerucutkan permasalahan maka penulis memfokuskan kajian tentang Islam dan Dinamika Sosial Budaya masyarakat nelayan di desa Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Cirebon. Lebih lanjut lagi, penulis memfokuskan pembahasannya pada; Bagaimana komitmen keagamaan masyarakat nelayan di Desa Dadap yang berada di antara persinggungan agama Islam dan kebudayaan setempat ?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komitmen religius masyarakat desa Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Indramayu dalam menjalankan ajaran Islam dan tradisi lokal, kontruksi sosial yang terbangun, yang menyebabkan komitmen itu terbentuk, dan respon mereka terhadap perubahan sosial.

D.    Metodologi Penelitian
1.    Dasar Penelitian
Dasar dari penelitian ini secara metodologis adalah penelitian kualitatif. Obejak-objek penelitian dideskripsikan secara jelas dan menyeluruh, kemudian dianalisis sesuai dengan kerangka teori yang ada. Sedangkan dalam teknik pengumpulan dan penganalisisan data-data akan mempergunakan teknik-teknik sebagai berikut:

a.    Pengamatan atau Observasi
Penulis melakukan pengamatan dengan cara melihat fenomena-fenomena sosial yang ada di dalam masyarakat. Karena karakter masyarakat pesisir yang kurang bisa terbuka dengan pihak luar maka pengamatan terhadap kegiatan ritual yang bersifat sinkretik tidak bisa dilakukan. Akhirnya, penulis hanya mengamati bagaimana nelayan menjalankan ritual Islam dan bersosialisasi antar nelayan.

b.    Wawancara Teknik
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendiriannya. Oleh karena itu, wawancara dilakukan untuk memperkaya data dan menyempurnakan hasil observasi. Pada penelitian kali ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan metode terencana dan tidak terencana. Metode terencana digunakan ketika penulis mewawancarai para tokoh agama dan pendidikan dengan kehidupan beragama para nelayan, ritual-ritual apa saja yang biasa dilakukan, dan bagaimana sikap mereka terhadap perubahan sosial, sedangkan metode tidak terencana diterapkan ketika meminta keterangan kepada para nelayan. Hal ini dimaksudkan agar penggalian informasi secara mendalam tentang suatu topik tidak terkesan kaku dan dipaksakan sehingga informan dapat menuturkan keterangan-keterangan yang diketahuinya secara bebas.

2.    Tahapan Penelitian
Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan guna mencari referensi mengenai konsep agama dan kebudayaan dalam masyarakat pesisir secara umum. Kemudian, tahap pengumpulan data dilakukan dilakukan daerah Desa  Dadap Kecamatan Juntinyuat kabupaten Indramayu.


3.    Metode Analisis Data
Karya tulis ini adalah jenis penelitian deskriptif-analitis. Data-data yang telah dikumpulkan lewat penelitian dideskripsikan dan dianalisis agar permasalahan penelitian dapat dijawab secara sistematis dan terarah. Penelitian ini lebih menggunakan metode kualitatif dimana dari beberapa informan telah menyebutkan dan mendiskripsikan bagaiamana kehidupan beragama para nelayan, ritual-ritual apa saja yang biasa dilakukan, dan bagaimana sikap mereka terhadap perubahan sosial.


BAB II
GAMBARAN UMUM

A.    Kondisi Demografi Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat
Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat berada di wilayah administrasi Kabupaten Indramayu dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 1,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 15 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa Dadap berbatasan dengan :
Sebelah Utara        : Laut Jawa
Sebelah Selatan    : Desa Sendang
Sebelah Barat        : Desa Juntikebon
Sebelah Timur        : Desa Benda
Secara geografis, Desa Dadap merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0,6 mdpl  yang terdiri dari persawahan, dan pemukiman.

a.    Demografi
1.    Penduduk
Jumlah penduduk Desa Dadap sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar  16222 jiwa dengan kepadatan rata-rata jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Adapun jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk dan penduduk berdasarkan umur di  Desa Dadap 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel sebagaimana terlampir.

b.    Keadaan Sosial
1.    Pendidikan
    Peningkatan Pembangunan bidang pendidikan dilaksanakan dalam upaya pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta terus mendorong dan meningkatkan kesadaran warga masyarakat untuk terus melanjutkan sekolah baik ke SLTA atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi/ perguruan tinggi.
    Komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 2433 orang atau 52 persen, SLTP sebanyak 707 orang atau 15 persen, SLTA sebanyak 468 orang atau 10 persen, D1/D3 sebesar 2 orang atau persen, dan Universitas atau perguruan tinggi sebanyak 47 orang atau 1 persen.
    Sarana prasarana dan tenaga pengajar sebagai pendukung peningkatan pendidikan, pada tahun 2009 jumlah bangunan TK sebanyak 1 buah, bangunan SD/MI sebanyak 3 buah, SMP/MTs sebanyak 1 buah. Sedangkan untuk sarana pendidikan SMU terdekat 5 km yang letaknya berada di luar Desa. Sedangkan untuk pendidikan agama, tersedia ada 2 tempat anak-anak mengaji dengan 6 ustad/guru ngaji dan untuk masyarakat umum, dilaksanakan pengajian rutin di 1 masjid/mushola.
2.    Kesehatan
    Kesehatan adalah merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang handal, dimana kesehatan bukan hanya kesehatan jasmani saja akan tetapi harus didukung pula oleh kesehatan lingkungan.
    Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh diantaranya kesadaran dan akses atau fasilitas yang tersedia. Untuk memenuhi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, terdapat 1 Posyandu, 2 orang  bidan desa. Untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sakit, yaitu tersedia Puskesmas Desa Dadap 0 buah, dan ada 1 Puskesmas yang berlokasi di Kota Kecamatan dengan jarak tempuh 1 km, dan bagi yang memerlukan perawatan di Rumah sakit, yaitu tersedia rumah sakit daerah dengan jarak tempuh 15 km dari desa.
    Bedasarakan data tahun 2009, jumlah balita yang diperiksakan kesehatannya di Posyandu sebanyak 725 anak balita dari 887 balita. Untuk menjaga kesehatan lingkungan, masyarakat setiap jum’at selalu melaksankaan gerakan kebersihan dengan dilengkapi 3 tong bak sampah dan 11 dorongan sampah yang pengelolaannya dilaksanakan oleh RT/Karang Taruna.
    Bagi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal mandi, cuci dan buang air besar tersedia MCK umum dengan fasilitas air sumur sedangkan bagi sebahagian besar masyarakat mereka memiliki MCK di rumah masing masing dengan menggunakan air bersih dari Air Bersih Air Pompa dengan sanyo.
3.    Pemuda dan Olah Raga
    Pemuda sebagai tulang punggung bangsa dan merupakan generasi penerus perjuangan kearah yang lebih baik, maka kualitasnya perlu terus disiapkan dan dikembangkan melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri, serta memiliki produktivitas, terdapat berbagai wahana yang dikembangkan oleh Pemerintah desa yaitu Karang Taruna.
    Sebagai wadah atau tempat pengembangan bakat dan kreatifitas pemuda di desa Dadap terdapat beberapa perkumpulan oleh raga, diantaranya perkumpulan Sepak Bola sebanyak 1 Team, Bola Volley sebanyak 1 Team, Bulu tangkis sebanyak 1 Team, Tenis meja sebanyak 2 Team. Sebagai tempat pengembangan olahraga, terdapat 1 lapang sepak bola, 1 buah lapangan bola voli.
4.    Seni dan Budaya
    Budaya yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat di Desa Dadap yaitu diantaranya Mapag Sri (peringatan sebelum/menjelang panen raya), budaya sedekah bumi (menjelang m,usim tanem), budaya tolak bala (dengan membuat kue cimplo sebagai simbol), dan budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan membangun rumah.
5.    Agama
    Penduduk desa Dadap, mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam Ahlussunnah wal jama’ah ala Nahdlatul ‘Ulama. Hal itu tercermin dari kegiatan-kegiatan keislaman yang dilakukan masyarakat Dadap seperti yasinan, tahlilan, istighotsah, marhabanan, manakiban, dan ziarah kubur. Adapun Sarana ibadah terdapat 2 masjid, 23 Musolah/langgar, tempat mengaji anak-anak dan terdapat 11 kelompok pengajian.
6.    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
    Kesejahteraan sosial masyarakat dapat diidentikan dengan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).  Sampai dengan tahun 2009 jumlah PMKS di Desa Dadap diantaranya meliputi Keluarga fakir miskin sebanyak 1277 KK, penyandang cacat sebanyak 45 orang, keluarga berumah tidak layak huni sebanyak 122 KK, dan pekerja migran sebanyak 1800 orang.
7.    Ketenagakerjaan
    Jumlah tenaga kerja sebanyak 6427 orang dan tenaga kerja produktif sebanyak 6027 yang tersebar dalam berbagai sektor, dinataranya sektor kelautan merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja 4821 orang, sektor perdagangan 603 orang, dan industri pertanian 603 orang. Secara kuantitatif apabila dibanding dengan tahun 2008, jumlah pengangguran menurun sebanyak 20 persen.
    Untuk menurunkan jumlah pengangguran dinataranya beberapa kegiatan yang telah dilakukan melalui pembinaan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan dibidang pertanian, dan bahasa Korea.
8.    Perumahan dan Permukiman
    Rumah dan fasilitasnya merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus terpenuhi. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan sangat menentukan dalam pemilikan rumah tinggal terkait dengan kesejahteraan penghuninya. Secara umum, perumahan dan lingkungan cukup baik hal itu dapat dilihat dari keberadaan rumah dimana terdapat 1200 rumah dengan kondisi permanen, 156 Rumah semi permanen.
    Sementara untuk fasilitas kehidupannya telah dibangun fasilitas diantaranya gang-gang telah terbangun dalam kondisi relatif ada yang baik dan ada yang sudah rusak, menggunakan Air Bersih Desa 1800 Rumah dan MCK di masing-masing rumah penduduk.
9.    Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat
    Secara umum ketentraman dan ketertiban di Desa Dadap cukup kondusip dan dapat terkendali dengan baik, hal  itu adalah merupakan buah dari kerjasama antara aparat keamanan dan aparat desa serta kesadaran masyarakat. Untuk menjaga keamanan, telah dibentuk 42 kelompok jaga ronda yang tersebar di 42 blok dengan fasilitas 42 pos ronda yang di koordinasi oleh 4 anggota Hansip.
    Kehidupan masyarakat sampai saat ini dapat berjalan dengan harmonis, saling menghormati, saling menghargai dengan penuh kebersamaan dan gotong royong dan diharapkan kondisi ini dapat terus terpelihara dengan baik terutama dalam mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Meskipun diakui pula bahwa setiap malam masih banyak anak muda yang nongkrong bahkan sambil meminum minuman keras, tapi sejauh ini tidak mengganggu kondusifitas warga dan kampung.

c.    Keadaan Ekonomi
    Kondisi perekonomian masyarakat secara umum mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya dari aspek pertanian, hasil panen padi dari luas lahan 71 ha dta tahun 2010 dengan hasil 299 ton/tahun pada tahun 2010.
    Peningkatan perekonomian masyarakat dapat pula dilihat dari pola hidup dan sarana penunjang kehidupan sehari-hari, dimana untuk menunjang aktifitas kehidupan sehari hari di Desa Dadap terdapat peningkatan yang cukup signifikan pemilik kendaraan baik kendaran roda dua maupun kendaraan roda empat. Kendaraan roda dua sampai saat ini tercatat 360 motor, dan mobil 9 buah.
    Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan, baik melalui pemenuhan sarana infrastrukturnya seperti, irigasi maupun dalam pengembangan usaha lain seperti budidaya ternak sapi, ternak kambing, ternak ayam.
    Dalam bidang peternakan, pada saat ini di desa Dadap terdapat 10 ekor sapi, 700 ayam Pedaging dan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui bidang peternakan yang disesuaikan pada kebutuhan pasar, pada saat ini sedang dikembangkan budidaya entog dan kamibing, dimana untuk budidaya entog sampai dengan saat ini terdapat 30 kelompok/orang yang beternak entog dengan jumlah 27 ekor entog. Sementara dalam bidang ternak domba,  pada saat ini sedang dikembangkan oleh 2 kelompok dengan jumlah 250 ekor.
    Untuk pemasaran hasil perekonomian masyarakat, pada saat ini hasil produksi padi dijual di desa melalui para tengkulak, dan peternakan melalui bandar yang datang langsung kepada para peternak.
    Sebagai penunjang perekonomian dan sosial budaya masyarakat tersedia jalan desa 3 km dengan kondisi kurang baik, serta jalan penghubung antar blok/dusun sepanjang 5 km dengan kondisi kurang baik. Secara umum luas lahan dan capaian hasil pertanian di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat adalah sebagaimana terlampir.
    Selain itu, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat juga disebabkan banyaknya masyarakat desa Dadap yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

d.    Kondisi Pemerintahan Desa
1.    Pembagian Wilayah Desa
    Desa Dadap adalah merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Batas wilayah administrasi  sebelah barat Desa Juntikebon, sebelah Utara Laut Jawa sebelah Selatan Desa Sendang dan sebelah Timur Desa Benda. Sedangkan Jarak dari Desa ke Ibu Kota Kecamatan ± 1,5 km, ke Ibu Kota Kabupaten ± 15 km, dan ke Ibu Kota Provinsi ± 104 km.
    Secara geografis, Desa Dadap adalah merupakan wilayah dataran  dengan ketinggian  0,6 meter di atas permukaan laut  yang terdiri dari persawahan serta pemukiman.
2.    Struktur Organisasi Pemerintah Desa
a)    Aparatur
    Keadaan aparatur Desa Dadap  terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur Ekonomi Pembangunan, kaur Kesra, dan Kaur Umum dengan sususan selengkapnya sebagaimana terlampir.
    Dalam pelaksanaan kerjanya, Pemerintah Desa di bantu oleh RT dan RW, dengan susunan sebagaimana terlampir.
3.    Lembaga Kemasyarakatan
    Sebagai partner Aparatur Pemerintah Desa, dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD Desa Dadap dengan proporsi jumlah penduduk, terdapat sebanyak 11 anggota BPD.
    Dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan desa Dadap dibantu oleh lembaga kemasyarakatan, diantaranya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Majelis Ulama, dan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).

BAB III
FOKUS KAJIAN

A.    Fokus Masalah
    Memahami Islam dan dinamika sosial budaya pada suatu masyarakat tertentu dalam kajian wilayah, diperlukan suatu analisis mendalam tentang wilayah tersebut dan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat serta ritus-ritus dan ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Namun, dalam era-Globalisa seperti saat sekarang ini tantangan hidup semakin berat, serta maraknya budaya moderenisasi yang masuk dari luar belum tentu mempunyai nilai positif dalam kehidupan masyarakat.  Sebagaimana dituturkan oleh Ustadz Mushlih bahwa di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah, meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak hanya menyangkut budaya material, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol-smbolnya. Sekalipun masyarakat nelayan desa Dadap mengkonstruksi pandangan Islam dan tradisi lokalnya, ritual-ritual tradisi lokal tersebut ternyata tidak berakar dari tradisi yang kaku. Ritual-ritual tersebut sejatinya dari masa ke masa terus mengalami perubahan.
    Karena zaman yang semakin berkembang tentunya terdapat perubahan sosial-budaya dalam kehidupan keberagamaan masyarakat nelayan. Karena akses informasi yang sudah semakin mudah di desa-desa maka tak jarang terjadi konflik sosial-budaya yang menyebabkan nilai-nilai Islam luntur. seperti kebiasaan sebagian para nelayan yang mabuk setelah melaut sulit dihilangkan. “Tentu saja ini menjadi tugas aktor keagamaan dalam memberikan transmisi nilai pada masyarakat nelayan”.
    Berbicara tentang perubahan sosial di Desa Dadap, menurut Kyai Jawahr, bahwa kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan; yakni perbedaan, pada waktu yang berbeda, dan diantara keadaan sistem sosial yang sama.

B.    Keterkaitan Fokus Masalah dengan Demografi Desa Dadap dan Masalah Lain
    Desa Dadap merupakan masyhur sebagai bangsa maritim sebab aktivitas kehidupan masyarakatnya tidak lepas dari laut. Sejak zaman nenek moyang, laut menyediakan sumber penghidupan yang melimpah. Selain itu juga membentangkan banyak risiko. Gelombang dan badai, misalnya, kerap mengancam keselamatan para pelaut ketika mencari nafkah.
    Dilihat dari segi ideologi keagamaan, mayoritas penduduk Dadap adalah Islam, dan dari segi etiket kebahasaan, masyarakat Dadap relatif kasar. Menurut Ustadz Mushlih, salah satu tokoh masyarakat, mengungkapkan bahwa masyarakat Dadap   dalam berkomunikasi cenderung langsung pada sasaran, dan dari segi orientasi kerja lebih menonjol pada pilihan menjadi wirausaha. Dalam kaitannya dengan kebudayaan Desa Dadap sebagai masyarakat pesisir tidak dikategorikan sebagai beragama Islam. Sebaliknya, mereka cenderung mencampuradukkan agama dengan tradisi lokal atau yang biasa disebut dengan sinkretisme. Sementara itu, keberagamaan diartikan sebagai sikap, tindakan, dan perilaku seseorang atau masyarakat yang mencerminkan unsur-unsur dan nilai-nilai agama.
    Dari segi keberagamaan masyarakat Dadap masing-masing memiliki permasalahannya tersendiri. Namun, karakteristik masyarakat yang ada tidak jauh berbeda. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ust. Mushlih, kehidupan para nelayan di desa Dadap masih berpegang teguh pada tradisi lokal.
    Salah satu tradisi atau adat nelayan adalah nadran yang digelar setahun sekali. Biasanya dilakukan di perahu dengan menggunakan sejumlah makanan tradisional dan bernuansa simbolistis. Dari pada itu banyak ritual-ritual yang dilakukan pada saat nadran. Penuturan Ustadz Robah tentang upacara sedekah laut atau yang biasa disebut Nadran menunjukkan bahwa para nelayan meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang tidak bisa divisualisasikan, tetapi hanya bisa dirasa. Artinya, kalau mereka tidak menjalankan pesta laut maka mereka yakin akan banyak perahu yang terbalik serta kecelakaan di laut lainnya.
    Bapak Wadih, seorang nelayan yang ditemui di Perahu _ketika beliau memperbaiki perahunya di dasaran laut_ juga mengakui adanya kekuatan supranatural atau hal mistis di laut. Ia mengatakan: “Yah, Mas, kalau gak nadran, perahunya banyak yang malik, nabrak batu, gelombangnya besar”. Dari pada itu ia juga menjelaskan; ketika berada di atas perahu, perilaku nelayan diikat oleh norma-norma mistik yang berbentuk pemali atau larangan. Pemali itu sebenarnya bersifat etis, yang disangkutkan dengan penghormatan kepada makhluk-makhluk gaib di laut agar tidak mengganggu keselamatan. Ketika melaut nelayan dilarang, misalnya, bicara kotor atau bertengkar, membuang sisa makanan ke laut seenaknya, menyebut kata-kata yang bermakna pesimistik, dan sebagainya.
    Kondisi nelayan yang berhari-hari berada di laut, terkadang diterpa gelombang, hujan badai, dan bertaruh nyawa membuat para nelayan sadar bahwa laut menyimpan suatu kekuatan besar. Bapak Wadih mengakui bahwa para nelayan memiliki serangkaian ritual tradisi lokal sebelum melaut. Mereka biasa bertanya kepada orang pintar kapan waktu yang pas untuk melaut. Para nelayan akan tersugesti setelah bertanya pada orang pintar, begitupun setelah melakukan sedekah laut.
    Sama halnya dengan Bapak Wadih, Bapak Wartiman juga mengutarakan bahwa semua nelayan memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan ritual sebelum berangkat ke laut. Menurutnya, perkecimpungan manusia dengan laut yang penuh risiko itu lantas melahirkan berbagai ekspresi spiritualitas yang khas di komunitas nelayan muslim. Wujudnya adalah ritual-ritual yang pada dasarnya merupakan hasil perjumpaan antara ajaran Islam dengan tradisi lokal masyarakat.
    Sementara itu, dalam soal ketaatan menjalankan ibadah Islam, Kyai Robah Asy’ari mengungkapkan bahwa sebagian besar nelayan shalat hanya sesempatnya saja karena mereka melaut. Menurutnya bahwa dimensi ideologis masyarakat Dadap khususnya para nelayan berada di antara persinggungan Islam dan keyakinan mereka terhadap kekuatan alam yang besar.
    Terkait dengan persoalan aktivitas keberagamaan, menurut Ust. Mushlih, dari pengamatannya selama ini, yakni di mesjid, masyarakat Dadap dalam menjalankan aktivitas keberagamaan dinilai kurang. Pasalnya, para nelayan lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di laut. Selama satu atau dua bulan mereka melaut secara berkelompok bersama sebagian anggota keluarga atau kawan-kawannya. Berdasarkan pengalaman berinteraksinya dengan nelayan dapat dikatakan bahwa komitmen agama Islam pada masyarakat nelayan belum begitu kuat. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi shalatnya, seberapa sering ia shalat di mesjid, mengaji, dan membantu aktivitas-aktivitas keberagamaan lainnya.
    Namun, beberapa sudah ada yang rajin melakukan ritual Islam dan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah madrasah. Menurut Ustadz Murod Rohman bahwa  para nelayan tidak berkeberatan jika anak-anak mereka disekolahkan di sekolah madrasah. Mereka tanpa dipaksa, menyekolahkan anak-anak mereka ke madrasah dan bahkan sebagian ada yang memasukkannya di pesantren-pesantren luar, seperti di Pesantren Babakan Ciwaringin, Kempek, Sarang , dan pesantren-pesanren lainnya sehingga ketika pulang kembali, mereka memberikan pemahaman Islam yang lebih terhadap masyarakat Dadap.
    Dari pada itu, Ia juga mengatakan bahwa sebagian para nelayan sudah cukup sadar untuk mengerti pentingnya pendidikan agama di madrasah-madrasah. Hal ini merupakan langkah awal yang baik untuk mengembalikan komitmen keislaman mereka lewat anak-anak mereka. Jika pola pikir masyarakat nelayan sulit diubah dan lebih memilih komitmen terhadap sinkretisme maka para aktor Islam di sana lebih menekankan pendidikan agama Islam kepada generasi penerusnya.
    Adapun mengenai Kehidupan sosial kemasyarakatan di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, dari ungkapan Kyai Ridho, ia menjelaskan bahwa masyarakat Dadap dalam menghadapi kehidupan selalu bersifat optimis, terbukti dengan usaha mereka bekerja keras dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tidak ada masyarakat yang secara total menganggur.
    Selain itu, masyarakat Dadap sebagai masyarakat pinggiran yang masih diliputi oleh rasa kekeluargaan yang cukup tinggi, terbukti dengan gotong-royong dan kebersamaan mereka dalam berbagai kegiatan sosial dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial dan bekerja sama dalam hal pencarian nafkah dalam bidang pelayanan penangkapan ikan.
    Ustadz Rohman menungkapkan bahwa sebagai suatu kesatuan sosial-budaya, masyarakat nelayan di desa Dadap memiliki berbagai ciri perilaku sosial yang dipengaruhi oleh karakteristik kondisi geografis dan matapencaharian penduduknya. Sebagian dari ciri-ciri perilaku sosial tersebut adalah; Etos kerja tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran, kompetitif dan mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan, apresiasi terhadap prestasi seseorang dan menghargai keahlian, terbuka dan ekspresif, sehingga cenderung kasar, solidaritas sosial yang kuat dalam menghadapi ancaman bersama atau membantu sesama ketika menghadapi musibah, kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang tinggi, temperamental, khususnya jika terkait dengan harga diri.

C.    Analisis Masalah
Komitmen nelayan di daerah Dadap dalam menjalankan ajaran agama Islam atau tradisi lokal, dan respon mereka terhadap perubahan sosial berdasarkan pengamatan penulis dan hasil wawancara penulis terhadap beberapa sumber informasi dari jaman ke jaman semakin berkembang.
Di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah, meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak hanya menyangkut budaya material, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol-smbolnya. Sekalipun masyarakat nelayan Dadap mengkonstruksi pandangan Islam dan tradisi lokalnya, ritual-ritual tradisi lokal tersebut ternyata tidak berakar dari tradisi yang kaku.
Menurut Ustadz Mushlih, bahwa pada perkembangan jaman seperti saat sekarang ini tantangan hidup semakin berat, serta maraknya budaya moderenisasi yang masuk dari luar belum tentu mempunyai nilai positif dalam kehidupan masyarakat khususnya di Desa Dadap. Oleh karena itu untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi dari akibat masuknya budaya-budaya baru, maka diperlukan sebuah filter untuk menyaring budaya tersebut. Dalam hal ini pendidikan agama Islam mempunyai peranan penting untuk membentengi diri setiap manusia, khusunya bagi masyarakat nelayan agar tidak keluar dari koridor norma yang bisa merusak moral, serta citra bangsa.
Dengan kata lain, pada waktu agama yang coraknya universal menjadi lokal maka terjadilah perubahan-perubahan dalam isi ajarannya, yaitu menjadi berisikan ajaran-ajaran mengenai keyakinan yang bukan hanya universal tetapi juga lokal. Yaitu, mencakup juga keyakinan bersama yang dipunyai oleh masyarakat suku bangsa tersebut mengenai kebenaran yang mengacu pada kebudayaannya, sebelum diterimanya agama besar sebagai agama mereka.
Terkait dengan kehidupan sosial budaya,  Dadap merupakan masyarakat yang kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi kelompok-kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir. Dengan memperhatikan struktur sumber daya ekonomi lingkungan yang menjadi basis kelangsungan hidup dan sebagai satuan sosial, masyarakat nelayan di desa Dadap memiliki identitas kebudayaan yang berbeda dengan satuan-satuan sosial lainnya, seperti petani di dataran rendah, peladang di lahan kering dan dataran tinggi, kelompok masyarakat di sekitar hutan, dan satuan sosial lainnya yang hidup di daerah perkotaan.
Bagi masyarakat Dadap kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Menurut Kyai Robah Asy’ari bahwa setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap  lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial.
Dengan demikian, bahwa perspektif antropologis untuk memahami eksistensi suatu masyarakat bertitik tolak dan berorientasi pada hasil hubungan dialektika antara manusia, lingkungan, dan  kebudayaannya. Karena itu, dalam beragam lingkungan yang melingkupi kehidupan manusia, satuan sosial yang terbentuk melalui proses demikian akan menmpilkan karakteristik budaya yang berbeda-beda.
Kyai Robah Asy’ari dan kawan-kawan tentu tidak serta merta secara radikal melarang ritual-ritual sinkretisme atau budaya yang berbeda-beda. Bagi beliau, bercakap-cakap ringan, memberikan sedekah, melaksanakan gotong royong di desa Dadap dapat memperkuat tali silaturahim sehingga bisa memberikan turunan dakwah. Dalam proses perubahan itu, Kyai Robah dan Ustad-ustadz yang lain bertindak sebagai aktor yang memberikan pemahaman tentang Islam. Namun, sebagai orang yang menghargai masyarakat setempat, ia tak ingin memaksakan pemahamannya sehingga terjadi konflik. Hal yang paling penting menurut beliau adalah menyampaikan. Perkara diterima atau tidak, itu sudah menjadi urusan masing-masing.










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Komitmen keberagaaan para nelayan di daerah Dadap Kec. Juntinyuat Kab. Indramayu kiranya merepresentasikan karakteristik masyarakat pesisir secara umum. Komitmen mereka tercermin dari frekuensi mereka dalam menjalankan ajaran agama Islam, adanya simbol-simbol dan organisasi Islam, serta praktik-praktik di luar Islam yang cenderung ke arah sinkretisme.
Melihat dimensi ideologis dan dimensi ritual, dari data-data yang ada, nelayan di desa Dadap lebih berkomitmen untuk menjalankan tradisi Islam lokal ketimbang ritual Islam yang murni. Terbukti dari ritus-ritus yang mereka lakukan, seperti nadran yang menghabiskan puluhan hingga ratusan juta, menyediakan sesajen, dan lain-lain.
Dari pada itu, bahwasanya komitmen keberagamaan masyarakat nelayan lahir dari konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat nelayan sendiri. Sekalipun di desa Dadap terdapat proses dialektis antara Islam dan tradisi lokal, namun tetap Islam belum bisa menyentuh kedalaman budaya lokal yang mendalam, tetap berada di luar sebagai suatu keyakinan tersendiri. Itulah mengapa para tokoh agama lebih fokus ke anak-akan nelayan dalam memberikan asupan ajaran Islam ketimbang para orangtua yang sudah mengkonstruksi dimensi ideologisnya sendiri. Dalam proses konstruksi sosial, desa Dadap dari jaman ke jaman semakin berkembang.
Kehidupan masyarakat Dadap sampai saat ini dapat berjalan dengan harmonis, saling menghormati, saling menghargai dengan penuh kebersamaan dan gotong royong dan diharapkan kondisi ini dapat terus terpelihara dengan baik terutama dalam mengantisipasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Meskipun diakui pula bahwa setiap malam masih banyak anak muda yang nongkrong bahkan sambil meminum minuman keras, tapi sejauh ini tidak mengganggu kondusifitas warga dan kampung.



B.    Informan
1.    Kyai Jawahir (Sesepuh Desa Dadap) dan Kepala Sekolah Madrasah NU
2.    Kyai Ridho (Sesepuh Desa Dadap) dan Imam Musholla Al-Mukhlisin
3.    Kyai Robah Asy’ari (Ulama Desa Dadap) dan Imam Masjid Nurul Huda
4.    Ustadz Mushlih (Tokoh Masyarakat Desa Dadap) dan Imam Musholla Al-Badar
5.    Ustadz Murod Rohman (Tokoh Masyarakat)
6.    Bapak Rosyid (Ketua RT 01 desa Dadap)
7.    Bapak Wartiman (Penduduk Dadap/Nelayan)
8.    Bapak Wadih (Penduduk Dadap/Nelayan)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -