.


Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah 26 May 2014

Gottfried W. Leibniz

Biografi Gottfried W. Leibniz
Gottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya.
Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia adalah istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia
dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya. Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia belajar bahasa Latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri dan beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz tampaknya telah termotivasi oleh keinginan untuk membaca buku-buku ayahnya.
Pada tahun 1661, pada usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, menurut standar waktu itu dia cukup muda, tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).Selain seorang filsuf ia pernah menjadi penasehat raja, pustakawan sejarawan, ilmuwan, matematikawan, doctor dalam dunia dan hokum gereja. Ia dianggap sebagai jiwa Unniversalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad masanya.
Bahkan ia juga menemukan logika matematika, kalkulus dan energy Kinetik (Fisika),.Ia merupakan penganut filsafat rasionalisme Descartes, yakni pengetahuan manusia yang sesungguhnya diperoleh dengan akal dan panca indera, bukan dari pengalaman (empirisme).

PEMIKIRAN
Pemikiran Monad tentang Subtansi
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.
Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-monad itu. Monad tidak mmpunyai kualitas. Karenanya hanya Tuhan Yang benar-benar mengetahui setiap monad agar Tuhan membandingkan dan memperlawankan monad-monad itu. Itu disebabkan monad-monad itu memang berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada prinsip metafisika yang dikemukakan Leibniz yang juga disebut prinsip kontroversi yang dinamakannya “prinnsip identitas yang tidak dapat dibedakan”. Tidak akan setiap monad memiliki sifat yang sama, bahkan Tuhan pun harus mempunyai alasan untuk memperbanyak monad. Bila ada monad yang sama, untuk apa Tuhan menciptakan yang sama, oleh karena itu tidak akan ada monad yang sama.Suatu argumen yang rumit,asing, kata Solomon terhadap alasan Liebniz.
Monad itu adalah sebutan substansi terkecil dalam metafisika yang cukup diri dan terisoloasi-berpisah diri; yang tak saling berinteraksi dengan substansi-substansi kecil lainnya. Dalam matemtika substansi itu disebut titik, sedang dalam fisika dinamakan atom. Substansi itu bukan benda jasmaniah, ia murni spiritual-mental. Karena itu, monad tak berkeluasan. Ia semacam daya purba (force primitives).
Sebagai subtansi nonmaterial, monade bersifat;
• Abadi, tidak bisa dihasilakan, ataupun dimusnahkan;
• Tidak bisa dibagi;
• Individual atau berdiri sendiri, sehingga tidak ada monade yang identik dengan monade lain;
• Mewujudkan kesatuan yang tertutup atau tidak berjendela, seolah-olah sesuatu bisa masuk atau keluar;
• Mampu bekerja berkat daya aktif dari dalam dirinya sendiri. Kerja dari dan oleh dirinya sendiri ini terdiri dari kegiatan mengamati (perceptio) dan meninginkan (appetitions);
• Tidak beruang dan berwaktu.
Karena sifat-sifat inilah, Leibniz mendefinisikan monade sebagai atom-atom sejati dari alam dan hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan menjaadi “prinsip kehidupan”. Argumen Lebniz Tentang Bukti Adanya Tuhan. Dalam permikirannya, Leibniz bermaksud untuk membuktikan eksistensi wujud (Tuhan). Bagaimana keberadaan Tuhan itu benar-benar “ada” didalam kehidupan manusia. Ia membuktikan eksistensi Tuhan dengan konsepnya tentang monade-monade. Lribniz berusaha membuktikan keberadaan Tuhan dengan empat Argumen. Pertama, ia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya Tuhan terbukti. Bukti ini disebut dengan ontologism. Kedua, ia berpendapat adanya alam semesta dan tidak lengkapnya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia berpendapatbahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan antara monade-monade membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu adalah Tuhan.
Ajaran Leibniz yakni tentang monade-monade ini, menjadi jalan keluar atas keparcayaan Dualisme, dengan monade ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh. Jiwa merupakan suatu monade dan tubuh terdiri dari banyak monade. Suatu monade tidak dapat mempengaruhi monade lain, sebab masing-masing monade harus dianggap tertutup.
Leibniz juga mempunyai gagasan bahwa Tuhan mungkin tidak bebas untuk menyajikan contoh kongkret dunia-dunia yang kontradiktoris secara logis, dan tidak ada dunia yang konsisten secara logis, tempat mahluk-mahluk yang berkehendak bebas sekaligus tidak ada kejahatan. Menurut Leibniz kehendak bebas adalah sebab dari kejahatan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas, dipahami dengan berfikir secara hati-hati sebab ia adalah alam rasional, sifat-sifatnya berkembang dalam pemikiran, jadi idenya tidak dimuali dari pemikiran tapi dengan langsung pada esensi itu sendiri. Tuhan memiliki kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan Leibniz bahwa modab bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada saat penciptaan. Leibniz menyakini, bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah menciptakan bumi sebagai dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan akal dengan wahyu menurut Leibniz adalah wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan akal merupakan karunia Tuhan maka keduanya harus diserasikan.
Penciptaan dan campur Tangan Tuhan didunia Sesudah menciptakan dunia, Tuhan tidak perlu memperhatikan lagi, Ia sudah menyusun sebelumnya semua gerak sehingga alam semesta untuk selamanya akan berjalan secara selaras. Maka tidak ada campur Tuhan dalam jalannya dunia, baik secara biasa maupun secara luar biasa. Leibniz mengumpamakan dengan jam dinding, bahwa penciptaan alam seperti jam dinding, sehingga ia membuat pertanyaan, mana yang lebih sempurna, jam dinding yang terus-menerus perlu dicampuri dan dibetulkan, atau jam dinding yang sudah dibangun sedemikian sempurna hingga berjalan dengan amat persis tanpa perlu terus dipasang kembali? Pandangan ini juga disebut dengan Deisme.
Keburukan atau Kejahatan dalam Pandangan Leibniz Mengapa didunia yang paling baik ini terdapat keburukan? Kalau Allah ada dari manakah asalnya kejahatan? Kalau Allah tidak ada, dari manakah asalnya kebaikan? Leibniz membuat suatu perbedaan tentang arti keburukan, pertama, keburukan metafisik (misalnya bencana alam) keburukan ini sudah dengan sendirinya termuat dalam pengertian “alam ciptaan”. Jika alam ciptaaan ini sempurna, lalu apakah perbedaan antara ciptaan dan penciptanya? Kedua, keburukan fisik (misalnya penyakit, penderitaan). Apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, keburukan seperti ada manfaatnya, misalnya agar kita lebih berhati-hati dalam dalam menjaga kesehatan. Namun, mungkin juga keburukan ini merupakan hukuman bagi kita agar memperbaiki diri. Ketiga, keburukan moral; ini adalah dosa atau kejahatan dalam arti sesungguhnya.
Bahwa adanya kejahatan merupakan akibat langsung dari kebebasan manusia yang disalah gunakan. Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, agar manusia tetap bebas. Tuhan Tuhan tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, agar manusia tetap bebas. Tuhan mencintai manusia dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, manusia yang dicintai Tuhan adalah manusia bebas yang justru karena itu bias melakukan apa sebenarnya dilarang Tuhan. mencintai manusia dan melarang tindakan kejahatan dalam bentuk apapun. Namun, manusia yang dicintai Tuhan adalah manusia bebas yang justru karena itu bias melakukan apa sebenarnya dilarang Tuhan. Jiwa bagi Leibniz adalah abadi, sehingga ia berpegang teguh pada keadilan Tuhan yang mutlak sesudah mati.
Substansi adalah monade. Kenyataan terdiri dari monade-monade, yaitu bagian-bagian yang terkecil, yang semuanya itu merupakan substansi-substansi. Monade-monade tidak memiliki ukuran. Monade-monade dapat dianggap sebagai titik-titik yang mempunyai kuantitas energy tertentu dan arah-arah tertentu. Monade-monade itu seperti jiwa karena semua monade memiliki kesadaran. Monade-monade pada taraf anorganis (benda tak hidup), mempinyai kesadaran yang hanya dalam “mimpi”. Kesadaran monade pada taraf tumbuhan dan hewan sudah lebih tinggi.
Pembeanaran Tuhan atau Teodise. Kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kejahatan. Kebebasan manusuia tidak bertentangan dengan kemahakuasaan Tuhan. Dari semua dunia yang mungkin, Tuhan telah menciptakan yang paling baik. Dunia merupakan suatu hasil maksimal, semua kemungkinan lain itu lebih jelek.
Perbedaan cara pandang atau pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz dengan filusuf yang juga beraliran rasionalis.
Walaupun sesama aliran rasionalis tetapipara filusuf yang beraliran rasionalis masih ada perbedaan yang sangat signifikan dalam pemikiran rasional mereka seperti: Masalah René Descartes Spinoza G.W Leibniz
• Subtansi
• Tentang Tuhan Ada 3 subtansi (Tuhan, akal, ddan materi)
• Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada) Hanya ada 1 subtansi
• Deus Sive Natur ( Allah atau Alam ) Subtansi itu banyak Tuhan itu benar-benar''ada''.

KESIMPULAN
Ada banyak substansi didunia menurut Leibniz, substansi tersebut disebut juga dengan monade, berbeda dengan Spinoza yang mengatakan bahwa substasi hanya ada satu yaitu Tuhan atau alam, dan begitu pula dengan Descartes yang membagi subtansi menjadi tiga, yaitu; Tuhan, Pemikiran, dan keluasan. Tuhan telah menciptakan dunia sebelumnnya, sehingga dunia yang sedang berjalan sekarang adalah dunia yang telah ditentukan oleh Tuhan sebelumnya, ia mengibaratkan sebagai sebuah jam dinding. Adanya kejahatan merupakan akibat langsung dari kebebasan manusia yang disalah gunakan. Allah tidak menghendaki kejahatan, namun ia membiarkan dosa atau kejahatan, agar manusia tetap bebas.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -