- Back to Home »
- Filsafat Abad Modern »
- Johann Gotlieb Fichte
Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
26 May 2014
Johann Gotlieb Fichte
Biografi Johann Gotlieb Fichte
Johann Gottlieb Fichte lahir pada tanggal 19 Mei 1762 di Rammenau. Ayahnya adalah seorang penyamak kulit di sebuah desa kecil dan ibunya adalah seorang penenun pita. Fichte mewarisi sifat ibunya, yaitu mempunyai sifat yang tidak sabar yang ditampilkan sepanjang hidupnya. Fichte muda menerima dasar-dasar pendidikan dari ayahnya dan
mampu menunjukkan kemampuan luar biasa. Hal itu membuat Fichte mendapatkan kesempatan untuk bersekolah dan mengenyam pendidikan yang lebih baik dari anak di sekitarnya.
Pada tahun 1780, Fichte belajar teologi di Universitas Jena dan Leipzig. Freiherr von Militz (seorang pemilik tanah negara) terus mendukungnya, tetapi ketika beliau meninggal pada tahun 1784, Fichte harus mengakhiri studinya tanpa menyelesaikan gelar itu. Karena tidak memiliki uang, Fichte berhenti dari studinya dan berusaha bekerja sebagai guru pada beberapa keluarga kaya. Selama tahun 1784-1788, ia bekerja sebagai seorang tutor di berbagai keluarga Saxon. Selanjutnya Fichte bekerja sebagai tutor pribadi di Zürich selama dua tahun, yang merupakan waktu kepuasan terbesar bagi baginya. Di sini dia bertemu Johanna Rahn. Pada 1790,beliau bertunangan dengan Johanna Rahn, yang kebetulan menjadi keponakan dari FG penyair terkenal Klopstock.
Ketika menjadi seorang guru, Fichte bertemu dan berkenalan dengan filsafat Kant yang amat mempengaruhinya. Karena beliau menakjubi Kant pindahlah beliau ke Koningsbergen. Dalam waktu empat minggu beliau telah berhasil menulis bukunya: Versuch einer Kritik aller Offenbarung, atau “usaha suatu kritik atas segala wahyu”(1792). Buku ini bernafaskan Kant, sehingga orang mengira bahwa Kantlah penulisnya. Ketika diketahui bahwa Kant, melainkan Fichtelah penulisnya, mendadak namanya menjadi terkenal. Pada tahun 1794, Fichte diangkat sebagai filsuf di Universitas Jena, dan di sanalah ia mulai mengungkapkan ide-ide transendentalnya.
Pada tahun 1798, Fichte menerbitkan artikel berjudul “The Basis of Our Belief in a Divine Government of the World”, yang kemudian membuatnya dituduh sebagai atheis karena telah mengkarakterisasikan Tuhan sebagai aturan moral di dunia. Pada tahun 1799, karena terlibat dalam “ perang ateisme” beliau mengundurkan diri dari Universitas Jena dan pindah ke Berlin. Pada tahun 1810, Fichte diangkat sebagai profesor di University of Berlin yang waktu itu baru didirikan, dan empat tahun kemudian, yaitu pada tanggal 27 Januari 1814 beliau meninggal dunia karena serangan penyakit tipus yang di deritanya. Beliau meninggal pada usia 51 tahun.
Keahlian Fichte dalam bidang filsafat dapat dilihat dari tiga jenis hasil karyanya, yaitu;
1. Ucber die Bestimmung des Menschen (Tentang Tujuan Hidup), terbit tahun 1780
2. Grunlage der Gaseniten Winssenchafslehre (Dasar Seluruh Epistemologi), terbit
tahun 1796, dan
3. Das System der Sitterile, hre nach den Prinzipien der Wissenschaftslehre (Sistem Etika menurut Prinsip-prinsip Epistemologi), yang terbit pada tahun 1798.
Aliran/tradisi yang dianut oleh Fichte adalah Idealisme Jerman, Neo-Kantianism, dan Post-Kantianism. Minat utama beliau adalah self-conciousness, self-awareness, filosofi moral dan filosofi politik. Fichte juga berpengaruh besar terhadap tokoh filsafat sesudahnya seperti: Hegel, Schelling, Novalis, Dieter Henrich, Rudolf Steiner, dan Thomas Carlyle.
Pemikiran
Pemikiran dari Johann Gotlieb Fichte Johann Gottlieb Fichte (1762 –1814) merupakan filosof yang mengembangkan beberapa pemikiran dari Immanuel Kant. Menurut Fichte, fakta dasar dari alam semesta adalah ego yang bebas atau roh yang bebas. Dengan demikian dunia merupakan ciptaan roh yang bebas. Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre atau “ajaran Ilmu Pengetahuan”. Dengan melalui
metode deduktif Fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya bendabenda (non-Ego). Karena Ego berpikir, mengiakan diri maka terlahirlah non-Ego (bendabenda). Dengan secara dialektif (berpikir dengan metode : tese, anti tese, sintese) Fichte mencoba menjelaskan adanya benda-benda.
Secara sederhana dialektika Fichte itu dapat diterangkan sebagai berikut: manusia memandang obyek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindera obyek tersebut, manusia berusaha mengetahui apa yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan obyek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirannya. Fichte menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas maka tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi hukum moral ialah berbuatlah menurut kata hatimu. Bagi seorang idealis, hukum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah menuju kesempurnaan spiritual.
Filsafat sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan dibedakan menjadi 2, yaitu:
a). Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis,
Ajaran ini membicarakan tentang hal metafisika dan ajaran tentang pengenalan.
Disini, Fichte menentang pendapat Kant yang mengatakan bahwa hanya berpikir secara ilmu pasti alamlah yang memberi kepastian di bidang pengenalan. Fichte tidak mau memisahkan rasio teoritis dengan rasio praktis. Menurut Fichte, sumber yang satu itu terdapat pada aktivitas Ego atau “Aku”. Apa sebab Ego menciptakan dunia, dijelaskan demikian: Menurut Fichte, keadaan Ego tidaklah terbatas. Agaknya yang dimaksud dengan Ego ini adalah Ego mutlak (Ego Absolut) yang dibedakan dengan “Aku” perorangan. Ada orang yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Ego adalah Tuhan, akan tetapi ada juga yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan Ego bukan Tuhan, melainkan “tertib moral dari alam semesta”, suatu kuasa yang bekerja di dalam dan melalui pribadi perorangan yang kita kenal.
b). Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis.
Ajaran ini membicarakan tentang hal etika. Di dalam ajarannya tentang ilmu pengetahuan yang praktis Fichte menentang Kant, yang mengajarkan bahwa setiap orang harus mentaati kewajiban. Menurut Fichte, yang penting bukan Ego atau “Aku” manusia dalam arti yang seideal mungkin. Sebab “Aku” itulah yang mengajarkan tata tertib serta keselarasan di tengah-tengah benda yang banyak sekali itu. Makin mendalam orang yang menyelami alam semesta, makin luas cakrawala tata tertib itu. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bersifat moral. Hidup yang memegang moral mengandung suatu usaha di dalamnya. Tugas manusia bukan hanya untuk mengetahui, tetapi juga untuk berbuat sesuai dengan pengetahuannya. Moralitas terdiri dari aktivitas diri yang mutlak, yang bebas sama sekali, yang tidak dibatasi oleh sesuatu apapun diluarnya. Inilah asas otonomi. Di dalam hal ini ada kesamaan antara Kant dan Fichte. Isi tugas moral manusia diturunkan dari dua dasar pikiran, yaitu: bahwa manusia berkewajiban menghargai dirinya sendiri sebagai makhluk yang bebas, dan bahwa ia senantiasa berkewajiban berbuat dengan tidak mengambil kebebasan orang lain.