.


Posted by : Unknown 17 Jan 2016

BAB I
PERKEMBANGAN SYI’AH DI DESA DADAP
filsafat-pemula.blogspot.com

A.    Latar Belakang
Desa Dadap dengan jumlah penduduk 16 ribu lebih yang berjarak 15 KM dari kota kabupaten ini memiliki daya tertarik sendiri,masyarakat juga masih menjunjung tinggi kegiatan gotong royong yang ada di desa Dadap lama dan dengan khas para kepala rumah tangganya berprofesi sebagai nelayan ini bisa menghidupkan para keluarganya masing-masing.Namun ada yang unik di desa Dadap ini yaitu tentang adanya isu bahwa ada komunitas Syi’ah di Masjid, Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra ‘Alaihassalam berlokasi tepat di pinggir pantai Jalan Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.

Masjid Fatimah Az Zahra ini pernah meramaikan dunia internet pada tahun 2013 yang di tulis oleh Abu Husain At Tuwailibi atau nama aslinya Sony, dia adalah seorang Wahabi yang pernah datang ke Masjid Fatimah Az Zahra dan mengaku sebagai saudara Busana Ibrahim. Pada waktu itu Abu Husain at Tuwailibi bertemu dan berbincang-bincang dengan Mas Kinclung “nama samaran” dan Mas Gotrok “nama samaran” lalu Abu Husain At Tuwailibi photo-photo bangunan yang ada di masjid Fatimah Az Zahra bersama Mas Kinclung dan mas Udin, akhirnya mas kinclung menelepon pak Busana Ibrahim bahwasanya ada saudara yang datang dari jauhnamun pada waktu itu pak Busana Ibrahim sedang ada di luar kota tetapi mas kinclung mulai curiga dengan pakaian Abu Husain At Tuwailibi ini yang cingkrang dan mempunyai jenggot yang panjang, maklum saja karena mas Kinclung adalah orang awam jadi dia tidak tahu. Besoknya Abu Husain At Tuwailibi tampil di arrahma.com yang isinya seperti ini
“Hampir luput dari pengamatan kaum Muslimin dan media, hingga ditemukan oleh mujahid dakwah sunnah Abu Husein At-Thuwailibi. Ternyata orang Syi’ah Rafidhah telah lama men-syi’ahkan segelintir kaum Muslimin di Indramayu dengan membangun masjid Syi’ah dan membuka majelis taklim untuk masyarakat sekitar.
Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra’ ‘Alaihassalam berlokasi tepat di bibir pantai Jalan Dadap Lama,Desa Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
“Mereka mendakwahkan ajaran Syi’ah sambil membangun masjid dan mengelabui kaum awam dengan bertaqiyyah (menyembunyikan kesyi’ahannya),” katanya dalam laporan tertulis kepada arrahmah.com, Senin (9/12/2013).
Berdasarkan penelusuran Abu Husein,  dalam rangka taqiyyah dan agar masyarakat awam sekitar tidak curiga, orang-orang Syi’ah tidak pernah bersedia bertindak sebagai imam shalat berjama’ah. Imam sholat lima waktu senantiasa dipimpin oleh Ustadz kampung setempat, yang mana dia sendiri juga awam terhadap nilai-nilai Islam dan tidak faham tentang hakikat  Syi’ah.
Beberapa orang Syi’ah  didapati sebagian melaksanakan shalat terang-terangan dengan cara shalat ala Syi’ah yakni dengan tidak bersedekap, dan ada juga sebagian di antara mereka yang sholat dengan ala Sunni (dalam rangka taqiyyah), namun mereka mengulang shalat di rumah.
Demikan juga majelis pengajian yang rutin di adakan di masjid itu, tidak semua Ustadz atau pemateri kajian di isi oleh da’i-da’i  Syi’ah, akan tetapi sesekali juga di isi oleh seorang Ustadz Sunni yang pada hakikatnya juga tidak faham tentang masjid itu. Seperti Ustadz Amirudin,yang sering di sapa dengan panggilan Haji Udin.
Sementara Ketua DKM Sayyidah Fathimah Az-Zahra ‘Alaihassalam adalah Ustadz Busana Ibrahim. Dia seorang da’i yang tercatat sebagai “Ustadz Pembimbing”. Dengan komando dan pantauan dari Jalaluddin Rachmat serta beberapa tokoh Syi’ah Jakarta,Ustadz Ibrahim ini telah banyak berhasil mempengaruhi beberapa orang Sunni yang awam hingga menjadi penganut Syi’ah.
Paling tidak beberapa orang Sunni dibuat mulai ragu terhadap aqidahnya dan berbalik simpatik terhadap Syi’ah dengan doktrin cinta Ahlul Bait. Sambil mencari nafkah dengan berdagang ikan di pasar, pria muda alumni Pondok pesantren YAPI Bangil ini sungguh aktif dalam mendakwahkan ajaran Syi’ah di Indramayu.
Informasi yang dihimpun di lapangan, masjid Sayyidah Fathimah Az-Zahra Alaihassalam sepenuhnya dalam kendali dari Islamic Cultural Centre (ICC) Jl.Buncit Raya Pejaten Barat Jakarta Selatan.
Syi’ah Rafidhah merupakan aliran sesat dan menyesatkan yang telah di sepakati oleh seluruh para ‘Ulama Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dan seluruh kaum Muslimin. Majelis Ulama Indonesia (MUI)  pun telah mengeluakan Fatwa tentang kesesatan Syi’ah Rafidhah ini di Republik Indonesia”
Masjid itu bernama Sayyidah Fathimah Az-Zahra’ ‘Alaihassalam berlokasi tepat di bibir pantai Jalan Dadap Lama,Desa Dadap Lama Blok Prapatan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
Situs ini membuat saya jadi penasaran dengan keberadaan Syi’ah yang ada di desa dadap, apakah syi’ah akan berkembang di desa dadap yang penduduknya lebih dari 16 ribu?Benarkah kehadiran Syi’ah merupakan ancaman terhadap masyarakat desa Dadap yang mayoritas NU? Masalah lain juga saya melihat kenyataan bahwa karena Syi’ah adalah sebuah gerakan yang menganut paham kerahasiaan (Taqiyyah), maka apa sesungguhnya yang mereka ajarkan menjadi sulit untuk diamati oleh masyarakat awam khususnya di desa Dadap yang mayoritas nelayan? Dan bagaimana wajah syi’ah di dadap dan media?


BAB II
A.    Sejarah Desa
    Pada tahun 1789 Ki Gaden Tangtang Buana mengumpulkan para Ki Geden untuk merumuskan nama desa yang pantas dikenang oleh anak cucunya, maka pada waktu itu ditahun 1789 tercetuslah nama Desa Dadap, setelah membentuk nama desa Dadap maka diadakan rapat pertama yang dipimpin oleh mbah buyut Tangtang Buana. Dan dibentuk/diangkat oleh Kuwu/Kepala desa pertama yang dipercayakan kepada Ki Jaya Praja. Sejak berdiri Desa Dadap telah dipimpin oleh ( 3 ) Kuwu / Kepala Desa, masa pemerintahan desa Dadap diantaranya :
1.    Bapak Ki Jaya Praja
2.    Bapak Ki Layur
3.    Bapak Ki Lowang
4.    Bapak Ki Repi
5.    Bapak H. Karim
6.    Bapak H. Sobana
7.    Bapak Ki Timur
8.    Bapak H. Karpiyan
9.    Bapak H. Saleh
10.    Bapak H. Syukur
11.    Bapak H. Muin
12.    Bapak Kuwu Miska
13.    Bapak Kuwu Karmin
14.    Bapak Kuwu Karmin
15.    Bapak Kuwu Seni
16.    Bapak Kuwu Danan
17.    Bapak Kuwu Ruslan
18.    Bapak Kuwu Sartiman
19.    Bapak Kuwu Sondra
20.    Bapak Kuwu Sana M
21.    Bapak Kuwu Kasmadi
22.    Bapak Kuwu Junaedi

B.    Keadaan Geografis
Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat berada di wilayah administrasi Kabupaten INDRAMAYU dengan luas wilayah 215 hektar yang terdiri atas 11 RW dan 42 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 1,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 15 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa Dadap Berbatasan dengan :
Sebelah Utara    :    Laut Jawa
Sebelah Selatan    :    Ds. Sendang
Sebelah Barat    :    Ds. Juntikebon
Sebelah Timur    :    Ds. Benda
Secara geografis, Desa Dadap adalah merupakan wilayah dataran  dengan ketinggian 0,6 mdpl  yang terdiri dari persawahan serta pemukiman.
Jumlah penduduk Desa Dadap sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar  16222 jiwa dengan kepadatan rata-rata jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk 2%. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di  Desa Dadap 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

JUMLAH PENDUDUK DESA DADAP TAHUN 2008 - 2010
PENDUDUK    2008    2009    2010 *)
Jumlah (Jiwa)    15.901    15.932    16222
Laki-laki (Jiwa)    8.089    8.105    8307
Perempuan (Jiwa)    7.812    7.827    7915

C.    Keadaan Sosial
1.    Pendidikan
Peningkatan Pembangunan bidang pendidikan dilaksanakan dalam upaya pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta terus mendorong dan meningkatkan kesadaran warga masyarakat untuk terus melanjutkan sekolah baik ke SLTA atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi/ perguruan tinggi.
Komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 2433 orang atau 52 persen, SLTP sebanyak 707 orang atau 15 persen, SLTA sebanyak 468 orang atau 10 persen, D1/D3 sebesar 2 orang atau persen, dan Universitas atau perguruan tinggi sebanyak 47 orang atau 1 persen.
2.    Budaya
Uuntuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan leluluhur yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat di Desa Dadap yaitu diantaranya Mapag Sri (peringatan sebelum/menjelang panen raya), budaya sedekah bumi (menjelang musim tanem), budaya tolak bala (dengan membuat kue cimplo sebagai simbol), Nadran dan budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan membangun rumah.
3.    Agama
Penduduk desa Dadap, mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam, hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang agamis. Kehidupan agamis masyarakat bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah sholat lima waktu, pelaksanaan puasa dan ibadah zakat saja, akan tetapi tercermin dari sikap saling tolong menolong diantara warga masyarakat dan terciptanya kerukunan dalam kehidupan sebagai bentuk kesalehan sosial. Sarana ibadah, terdapat 2 masjid, 23 Musolah/langgar, mengaji anak-anak dan terdapat 11 kelompok pengajian.









BAB III
PEMBAHASAN
A.    Siapa Syi’ah itu?
Ada dua kelompok utama dalam kalangan islam di desa Dadap yaitu kelompok Sunni yang merupakan mayoritas, kira-kira 99% dari keseluruhan dan kelompok Syi’ah yang merupakan minoritas.
Kelompok Sunni dengan nama lengkapnya Ahlu Sunnah Wa Al-jama’ah ini berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah menentukan siapa yang akan menggantikan kedudukannya dalam memerintah kaum muslim setelah Nabi Muhammad wafat. Dengan demikian, menurut mereka, umat Islam telah diberi kekuasaan untuk menunjuk salah satu dari kalangan umat Muslimin yang akan menjadi pemimpin atau penguasa dari kaum Muslimin.
Disamping kelompok mayoritas umat Islam itu, terdapat pula dalam kalangan islam sebuah kelompok minoritas yang memiliki pendapat sangat berlawanan dengan pendapat mayoritas itu yaitu kelompok Syi’ah. Kelompok ini percaya bahwa NabiMuhammad SAW sebelum meninggal dunia telah menentukan siapa yang akan menggantikannya. Pengganti yang telah ditentukan itu adalah Ali Bin Abi Tholib yang merupakan menantu Nabi Muhammad yang menikah dengan Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad.
Mereka ini berpendapat bahwa penunjukan Ali sebagai pengganti Nabi itu telah terjadi ketika Nabi Muhammad selesai melakukan ibadah haji, yang merupakan haji terakhir “haji selamat tinggal” tepatnya pada tanggal 18 bulan Dzulhijah tahun 11 H atau bertepatan tahun 632 M. Di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum dikisahkan bahwa Nabi Muhammad telah membuat sebuah proklamasi yang amat menentukan yang berbunyi “Barangsiapa yang menganggap saya sebagai pemimpinnya, maka harus pula menganggap Ali adalah pemimpinnya.
B.    Perkembangan Gerakan Syi’ah
Bangunan Masjid Fatimah Az zahra merupakan bukti nyata bahwa Masjid itu ada dan berbeda sekali dalam arsitektur bangunannya yang meniru dari masjid-masjid yang ada di iran. Gerakan syi’ah di Desa dadap merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, jama’ah Syi’ah yang ada di dadap adalah cabang dari Cirebontepatnya di Pamitran “Belakang PGC” sebagai pusat perkumpulan Syi’ah dari berbagai daerah seperti Kuningan, Kadipaten, Majalengka. Namun pada awalnya komunitas Syi’ah yang ada di Pamitran adalah pindahan dari Vila Intan Klayan yang dipimpin oleh Habib Saleh, karena pada waktu itu Habib Ahmad (pemimpin di Pamitran) tahun 2006 masih ada di Iran. Setelah habib Ahmad pulang, maka semuanya pindah ke Pamitran lalu Habib Ahmad yang memimpin di Cirebon.
Keberadaan komunitas Syi’ah di desa Dadap yang jumlahnya sekitar ada 17 orang dari berbagai daerah, mulai dari Bencirong, Jaya laksana, Segeran, Juntinyuat dan Dadap sebenarnya sudah ada sejak tahun 2008 tetapi pada waktu itu komunitas Syi’ah hanya membuat majlis yang selalu bergilir setiap hari ke setiap rumah jama’ah karena belum ada tempat yang sudah ditetapkan, seiring berjalananya waktu setelah 2 bulan akhirnya para jama’ah memutuskan untuk membuat Masjid/Mushola untuk berkumpul menjadi satu. Nama Ibrahim sebagai pembimbing yang kerap sekali di sapa Busana Ibrahim adalah seorang Ustad yang lulusan dari Pesantren Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Bangil, Pasuruan. YAPI dikenal sebagai pesantren yang cenderung pada mahdzab Syi’ah Ja’fariyah. Busana Ibrahim sadar bahwa mengajarkan Syi’ah di desa Dadap pada umumnya bukanlah hal yang mudah, hal ini karena mayoritas tokoh masyarakat dan kaum muslim di wilayah Dadap adalah pengikut islam Sunni dan masyarakat yang ingin mengaji hanya orang yang sudah tua jadi Busana percuma saja untuk mengajarkan ajaran Syi’ah karena itu Busana Ibrahim mengajarkan ajaran-ajaran Syi’ah dilakukannya hanya kepada para jama’ahnya saja.Tetapi pada awal berdirinya Masjid Fatimah az Zahra, Busana Ibrahim ada keniatan untuk mengajak masyarakat Dadap untuk menjadi pengikutnya tetapi masyarakat untuk sampai saat ini belum bisa menerima dengan adanya aliran baru. Setelah berdirinya masjid fatimah Az Zahra semua kegiatan di jalankan seperti pengajian setiap malam Sabtu dan minggu yang di isi oleh Ustad Tajudin dan Busana Ibrahim, Dibaan setiap malam jum’at, belajar iqra’ setiap hari setelah ashar dan acara-acara besar seperti 10 syura’ yang pernah di isi oleh Buya Syakur dari Kertasmaya, bahkan Muhammad bin Ali yang sudah terkenal internasional.
Setelah berdirinya Masjid Fatimah Az Zahra pada tahun 2008, kegiatan pengajian dan hari besar selalu berjalanan dengan lancar tetapi semenjak Abu Husain At Tuwailibi menyerang komunitas Syi’ah pada tahun 2013 para jama’ah tidak aktif lagi mengadakan kegiatan hari besar dan pengajian setiap malam sabtu dan minggu, akhirnya Masjid Fatimah Az Zahra sekarang hanya di isi oleh orang Sunni saja padahal waktu dulu sering berkumpulnya para jama’ah Syi’ah dalam pengajian malam minggu yang di isi oleh Busana Ibrahim dan acara-acara besar.
Dalam waktu yang tidak lama dengan adanya komunitas Syi’ah, sekitar 5 tahun warga desa Dadap tetap memilih NU sebagai tradisi yang sudah lama berkembang di desa Dadap namun adanya Syi’ah di Dadap akhirnya mendapat respon dari tokoh masyarakat setempat. Salah satunya ustad Robak sebagai tokoh masyarakat, ketua kepalaMadrasah Tsanawiyah desa Dadap dan sebagai guru madrasah Busana Ibrahim. Menurut ustad Robak Syi’ah itu menyeleweng dan tidak menyetujui dengan aktivitasnya seperti yang dilakukan oleh Busana Ibrahim, sebenarnya Busana itu tidak melakukan taqiyah seperti terang-terangan tidak sholat jum’at, tidak pernah puasa ketika musafir dalam jarak dekat, maka dari itu syi’ah sudah keluar dari islam itu karena sudah berbeda dalam segala hal.
Konsep Syi’ah tentang kepemimpinan dan pemerintah yang absah tidak lepas dari pertalian darah Nabi Muhammad yang diwariskan kepada Ali. Dalam hal ini posisi Ali merupakan mata rantai emas artinya Ali adalah figur awal imamah yang ada di Syi’ah.
Dalam prinsip imamah (kepemimpinan), Syi’ah meyakini perlunya kehadiran seorang imam sesudah meninggalnya seorang Nabi agar dapat membimbing umat manusia dan memelihara kemurnian ajaran para nabi dan agama Ilahi dari penyimpangan dan perubahan. Syi’ah meyakini bahwa sesudah Nabi Muhammad Saw wafat ada seorang imam untuk setiap masa yang melanjutkan misi Rasulullah Saw. Mereka adalah orang-orang yang terbaik pada masanya. Dalam hal ini, Syiah meyakini bahwa Allah telah menetapkan garis imamah sesudah Nabi Muhammad Saw. pada orang-orang suci dari keturunannya, yang berjumlah 12 orang yaitu:
1. Ali ibn Abu Thalib 
2. Hasan ibn Ali
3. Husain ibn Ali
4. Ali ibn Husain
5. Muhammad ibn Ali Al-Baqi
6. Ja’far ibn Muhammad Ash-Shadiq
7. Musa ibn Ja’far
8. Ali ibn Musa
9. Muhammad ibn Ali Al-Taqi
10. Ali ibn Muhammad
11. Hasan ibn Muhammad  dan terakhir,
12. Muhammad ibn Hasan Al-Mahdi (Al-Qa’im)
Syi’ah meyakini bahwa Imam Muhammad ibn Hasan Al-Mahdi masih hidup hingga sekarang ini, tapi dalam keadaan gaib, namun akan muncul kembali pada akhir zaman.
Berbeda dengan kalangan Sunni yang memandang khalifah atau imam sebagai pemimpin yang sifatnya hanya sementara saja. Pemahaman keagamaan kaum Syi’ah, khususnya tentang masalah otoritas kepemimpinan, melahirkan konflik ideologi dengan Suni. Ini terbukti ketika saya wawancara dengan Pak Busana Ibrahim mengenai penolakan ketiga khalifah sebelum Ali yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Usman bin Afan.
Oleh karena itulah kaum Syi’ah senantiasa mencaci maki sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiallahu‘anhum dan setiap orang yang menjadi penguasa dalam sejarah Islam selain sahabat Ali bin Abi Tholib radhiallahu‘anhu. Padahal waktu wawancara itu, teman saya mencoba menyanggah bahwasanya mencela itu adalah perbuatan yang tidak baik, apakah mencela itu di bolehkan dalam Syi’ah? Pak Busana dengan tegas menjawab boleh lalu beliau menjelaskan dengan analoginya tentang Syaitan yang sudah jelas di caci maki oleh semua orang, baik itu dari Syi’ah maupun Sunni.
C.    Faktor-faktor vakumnya Syi’ah di desa Dadap
a.    Fitnah di dunia maya
Fitnah yang dilakukan Abu Husain At Tuwailibi pada tahun 2013 di Arrahmah.com terhadap Syiah di Dadap semakin membuktikan bahwa pengelola situs tersebut memang gemar menebarkan fitnah, gemar membuat opini publik yang mengadu domba sesama umat Islam, baik itu Syi’ah atau pun Sunni. Oleh Karena itu Kominfo memblokir situs “Arrahmah” karena mempunyai faham radikal dan wahabi serta pergerakan Khilafah di Indonesia. Dan tidak salah kalau pemerintah menutup situs itu, karena mendukung Al-Qaeda dan Terorisme.
b.    Masyarakat
Masyarakat desa Dadap yang jumlahnya 16 ribu jiwa lebih masih belum bisa menerima dengan ajaran-ajaran baru yang masuk di Dadap, mereka lebih nyaman dengan tradisi dahulu yang di bawa oleh sesepuh seperti tahlil, hadiyuan, marhabanan bahkan ketika masyarakat selesai membuat perahu, biasanya mereka slametan “tradisi dadap” dengan cara mengadakan acara Dibaan di rumahnya, bahkan masyarakat tidak ingin dibaan diganti dengan tahlil, ini artinya tradisi masyarakat Dadap masih menggunakan tradisi-tradisi lama yaitu NU jadi intinya ajaran Syi’ah yang ada di Dadap sebenarnya tidak berkembang.

Kesimpulan
Keberadaan komunitas Syi’ah yang ada di desa Dadap sebenarnya tidak bisa berkembang karena masyarakat desa dadap tidak menerima dengan adanya ajaran-ajaran baru yang masuk pada desa Dadap. selain itu juga, para tokoh masyarakat yang mayoritas Ahlu Sunah wa Al Jama’ah dengan gigihnya selalu memberikan ceramah-ceramah atau pengajian di setiap mushola sehingga masyarakat desa Dadap dibentengi dengan ajaran Sunni. Selain itu juga banyak serangan dari luar seperti penyesatan syi’ah desa Dadap oleh Abu Husain Attuwailibi di internet juga menyebabkan bubarnya komunitas Syi’ah yang ada di Masjid Fatimah Az Zahra.

Comments
1 Comments

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Maaf sebelumnya, mohon diperbaiki namanya bukan kuwu sartiman tp Sartimah dan masa kepemimpinannya 1965 an, terimakasih..

    ReplyDelete

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -