- Back to Home »
- Rasionalisme Rene Descartes
Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
22 Jun 2014
RASIONALISME RENE DESCARTES
KESIMPULAN
Rene
Descartes dalam filsafatnya mengemukakan metode kesangsian untuk
merenungkan terus sesuatu hal sampai tidak ada keragu-raguan lagi.Dia dijuluki sebagai “bapak filsafat modern” karena ia menempatkan akal
(rasio) pada kedudukan yang tertinggi, satu hal yang memang didambakan
oleh manusia di zaman modern. Filsafat Descartes – terutama konsep
tentang manusia – bersiat dualisme. Ia menganggap jiwa (res cogitans) dan badan (res extensa)
sebagai 2 hal yang terpisah. Konsep Descartes tentang manusia ini kelak
akan dikritik habis-habisan oleh salah seorang tokoh aliran Filsafat
Bahasa Biasa, Gilbert Ryle.
Menurut
Descartes, untuk memperoleh pengetahuan yang terang dan jelas, maka
terlebih dahulu kita harus meragukan segala sesuatu. Bagi Descartes,
pengertian yang benar haruslah dapat menjamin dirinya sendiri. Untuk
mendapatkan sesuatu pengetahuan yang tidak diragukan lagi kebenarannya,
Descartes menggariskan 4 langkah aturan sebagai berikut:
- Kita harus menghindari sikap tergesa-gesa dan prasangka dalam mengambil sesuatu keputusan dan hanya menerima yang dihadirkan pada akal secara jelas dan tegas sehingga mustahil disangsikan.
- Setiap persoalan yang diteliti dibagikan dalam sebanyak mungkin bagi sejauh yang diperlukan bagi pemecahan yang memadai.
- Mengatur pikir sedemikian rupa dengan bertitik tolak dari objek yang sederhana sampai pada objek yang lebih kompleks. Atau dari pengertian yang sederhana dan mutlak sampai pada pengertian yang komplek dan nisbi.
- Setiap permasalahan ditinjau secara universal atau menyeluruh, sehingga tidak ada yang dilalaikan.
Juga dalam karyanya yang termasyhur, Discourse on Method, risalah tentang metode, Descartes mengajukan 6 bagian penting sebagai berikut :
- Membicarakan masalah ilmu-ilmu dengan menyebutkan akal sehat yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan itu merupakan upaya untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal.
- Menjelaskan
kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam
aktivias ilmiah. Bagi Descartes, sesuatu yang dikerjakan oleh satu orag
lebih sempurna daripada yang dikerjakan oleh sekelompok orang secara
patungan. Descartes mengajukan 4 langakha yang dapat mendukung metode
yang dimaksud, yaitu sebagai berikut :
- Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya.
- Pecahkanlah tiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yag dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
- Arahkan pemikiran anda secara tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit ke pengetahuan yang paling kompleks.
- Buatlah penomoran untuk seluruh permalasalahan selengkap mungkin, dan tinjau ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak sesuatupun yang ketinggalan.
- Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:
- Mematuhi undang-undang dan adat-istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
- Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun pendapat yang paling meragukan.
- Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia.
- Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh oleh indera.
- Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia, yang terdiri atas 2 substansi, yaitu jiwa bernalar dan jasmani yang meluas.
- Dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan praktis.
Pada
mulanya Descartes tidak puas dengan pengetahuan umumnya dengan alasan
bahwa misalnya panca indera itu banyak sekali membohong, oleh sebab itu
tidak boleh dijadikan dasar pengetahuan.
Yang
dapat dipercaya kebenarannya adalah pikiran manusia, misalnya dalam
ilmu pasti. Dalam waktu kecewa pada kebenaran pengetahuan yang
berlangsung selama 9 tahun, timbul suatu pertanyaan pada dirinya sendiri
yang tidak bisa dimungkiri lagi. Pertanyaan itu adalah: saya berakal,
jadi saya ada, sebagai makhluk yang kecewa. Itulah permulaan aliran
pikiran rasionalisme modern.
Descartes
menganggap ilmu pasti, ilmu yang paling utama dari segala ilmu
pengetahuan, karena segala pokok ilmu pengetahuan bisa ditemukan dalam
ilmu tersebut.
Ahli-ahli
filsafat rasionalisme ini ada 4, yaitu Descartes, Spinoza, Leibnitz,
dan Wolf. Mereka dalam usaha mencari kebenaran dengan menggunakan
perantaraan akal, dengan tandas mengakui bahwa pada hakekatnya mereka
bertemu dengan adanya Tuhan, sebab buat Tuhan hanya ada satu kebenaran
saja.
Descartes
juga tidak mengadakan pendapat baru, hanya merubah haluan filsafat
serta mendatangan pembaharuan. Kalau filsafat itu di atas dasar pikiran
Aristoteles, maka Descartes mendudukkannya di atas fundamen ilmu
pengetahuan, terlepas dari pelbagai prasangkaan dan kepercayaan yang
tidak berdasar pada kebenaran.
Cara yang ditempuhnya ialah menjadikan dasar filsafat itu kesangsian. Untuk
itu dia menggunakan senjata ragu, tidak percaya kepada sesuatu sehingga
langit yang menanunginya itu pada mulanya tidak dipercayainya, demikian
juga bumi tempat dia berpijak tidak dipercayainya.
Metode
keraguan ini dipergunakan sebagai sistem mencari kebenaran, dan
bukannya ia ragu benar-benar. Sifat ragu-ragu pada manusia itu
diteruskannya dengan sangat, sampai akhirnya ia ragu pada undang-undang
mathematik seperti logika, aljabar dan ilmu ukur yang sudah ditetapkan
kebenarannya oleh pengetahuan manusia.
Dua
pertanyaan yang dikemukakan Descartes dalam ijtihadnya menetapkan
adanya Tuhan yang menjadikan alam semesta ini. Pertama: benarkah ada
Tuhan? kedua, apakah Tuhan yang ada itu?
Untuk
mengenal adanya Tuhan, Descartes perlu menempuh jalan yang belum pernah
dilalui orang lain menurut jalan berfikirnya. Seorang harus terlebih
dahulu melepaskan dirinya dari tubuhnya kemudian mencari kebenaran di
dalam lautan diri yang telah terlepas dari jasmani. Hal itu bukan saja
untuk mengetahui di luar diri sendiri, tetapi juga demikian untuk
mengetahui dirinya yang sebenarnya.
Kepastian
bahwa ia adalah “sesuatu yang berpikir” yang memberi Descartes landasan
yang ia perlukan untuk membangun bangunan pengetahuan. Ia telah
mendirikannya dengan metode ragu dan dengan memakai apa yang disebutnya
dengan “cahaya nalar”. Ia terus menawarkan dua argumen untuk eksistensi
Tuhan. Argumen pertama dimulai dari kesadarannya akan dirinya sendiri
sebagai yang ada yang karena keraguannya, tidak sempurna namun mampu
membuat gagasan tentang Tuhan sebagai wujud yang sempurna.
KESIMPULAN
Rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes yang disebut sebagai bapak filsafat
modern. Ia berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya
adalah akal. Dalam filsafatnya ia mengemukakan metode kesangsian untuk
merenungkan terus sesuatu hal sampai tidak ada keragu-raguan lagi.
Menurut Descartes, untuk memperoleh pengetahuan yang terang dan jelas,
maka terlebih dahulu kita harus meragukan segala sesuatu. Cara yang
ditempuhnya ialah menjadikan dasar filsafat itu kesangsian. Metode keraguan ini dipergunakan sebagai sistem mencari kebenaran, dan bukannya ia ragu benar-benar.
Untuk
mengenal adanya Tuhan, menurutnya seseorang harus terlebih dahulu
melepaskan dirinya dari tubuhnya kemudian mencari kebenaran di dalam
lautan diri yang telah terlepas dari jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro, Drs, 1994, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Collinson, Diane, 2001, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muntasyir, Rizal, Drs, M.Hum dan Drs. Misnal Munir, M.Hum, 2003, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mustansyir, Rizal, Drs, M.Hum, 2001, Filsafat Analitik, Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
The Liang Gie, 1991, Pengantar Filsafat ilmu, Yogyakarta: Liberty bekerjasama dengan Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Yaqub, H. Hamzah, dr, 1992, Filsafat Agama, Titik Temu Akal dengan Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Zubaedi, Dr, M.ag, dkk, 2007, Filsafat Barat dari Logika Baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.