- Back to Home »
- Filsafat Yunani Kuno »
- Socrates
Posted by : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
26 May 2014
Socrates
Socrates dilahirkan di Athena 470 SM.Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi.Melainkan anak seorang pemahat bernama Sophorniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates menggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya dia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal dibidang sains, musik dan gimnastik. Semua ini merupakan subjek pelajaran yang berlaku umum dalam priode Yunani kuno. Dia dikenal juga sebagai pematung dan beberapa karyanya pernah ditampilkan disalahsatu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe menikah dan memiliki tiga orang anak: Lamprocles, Sophroniscos dan Menexene. Selama hidupnya dia mengambil bagian pada tiga kampanye militer: pada awal perang Peloponesis, antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion dan di 422 dalam ekspedisi Amphipolis.
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis. Tetapi ada perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu. Dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Dia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani.
Karena populernya, Socrates yang tidak pernah bergambar, tergambar wajahnya dengan sejelas-jelasnya di muka tua dan muda berbagai keturunan. Dari gambarnya yang tergambar dalam jiwa setiap orang itu kemudian orang membuat patungnya yang serupa sekali dengan wajahnya yang sebenarnya.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut hukuman mati dengan tuduhan dia telah meracuni pikiran-pikiran kaum muda dengan ajaranajarannya serta ketidak percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa), oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon. Socrates menolak Lysias, pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari dan selama waktu ini menerima kunjungan dari temantemannya.
Mereka mengusulkan dia rencana melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya.Tidak sedikitpun Socrates takut dengan hukuman yang diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya maupun tentara yunani saat itu, meminta Socrates untuk menarik katakata dan pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada mengkhianati kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam keyakninan lebih bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates berdedikasi jam terakhir hidupnya untuk percakapan dengan teman-temannya pada tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum matahari terbenam ia minum cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: "Criton, aku berutang Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk
memberikannya". Socrates meninggal pada tanggal 7 Mei 399 SM.
PEMIKIRAN SOCRATES
Bagi Socrates, filosifi bukanlah isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang berdasarkan dogma yang tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran, dia tidak mengajarkan, melainkan membantu mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Oleh karena itu, metodenya disebut maieutik; menguraikan.
Dalam mencari kebenaran, Socrates menggunakan hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini, kemudian dipahaminya dengan baik apa yang telah dia pertanyakan.Maka jalan yang ditempuhnya dengan metode induksi dan definisi. Induksi menjadi dasardefinisi. Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan secara kritis. Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dia kumpulkan.
Menurut Socrates, orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka jahatnya dari orang yang tidak mengetahui karena tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Namun jika kita melihat pada era sekarang, ternyata tidak hanya yang tidak tahu saja yang jahat, yang tahu pun bisa lebih jahat dari yang tidak tahu karena mereka bisa memanipulasi dan mencaricari celah dari apa yang telah dia ketahui. Justru kejahatan dari orang-orang yang berpengetahuan inilah yang lebih berbahaya.
Socrates juga berbicara tentang keadilan, menurutnya keadilan adalah melaksanakan apa yang menjadi fungsi/pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi/pekerjaan orang lain (the practice of minding one’s own business). Keadilan akan terwujud jika melakukannya secara baik, apapun sesuai dengan kempampuan dengan cara teamwork dan serasi dibawah pengarahan yang paling bijaksana (Filsuf). Fungsi tiap pihak dalam masyarakat adalah dapat melakukan sendiri, sesuatu yang dapat dilaksanakan secara lebih baik daripada mengerjakan hal lain. Dan tiap hal yang dikerjakan mengandung kebajikan (virtue).
Terkait dengan pembahasan sebelumnya, Bartens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu dutujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Dia ingin menegakkan sains dan agama. Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeda dengan orang-orang sofis. Sama dengan orang sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara orang sofis dan Socrates. Socrates tidak menyetujui kaum sofis. Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan - percakapan. Dia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, misalnya dia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dsb. Menurut Xenophon, dia bertanya tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut dll. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban - jawaban lebih lanjut dan menarik kensekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya.Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia ( kebingungan ). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa
digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang berarti bercakap- cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan “diaelektika” karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya. Bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang akan dihantamkannya kepada relatifisme kaum sofis. Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang sofis bahwa pengatahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenaranya relatif. Socrates mengungkapkan bahwa memang ada pengetahuan yang umum, itulah definisi.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum sofis. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka. Konsepnya tentang roh, terkenal tidak tentu ( indeterminate ) dan berpandangan terbuka ( openminded ), jelas- jelas tidak agamis dan terlihat tidak mengandalkan doktrindoktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau
fisik apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “ nafas “ yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa telah mengetahui dirinya sendiri. Oleh sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat - sifat diri itu. Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan, atau dengan lain perkataan, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi pekerti.
Socrates diakhir – akhir hidupnya banyak memperkatakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak dibelakang hari. Dia mempercayai adanya akhirat, dan hidup yang abadi dibelakang hari itu, begitu juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun roh itu telah bertali dengan tubuh manusia, tetapi diwaktu manusia itu mati, roh itu kembali kepada asalnya semula. Sedangkan tentang mengenal diri Socrates menjadikan pedoman seperti pada pepatah yang berbunyi : “ kenalilah dirimu dengan dirimu sendiri ” ( Gnothisauton ). Pepatah ini dijadikan oleh Socrates jadi pokok filsafatnya. Socrates berkata : manusia hendaknya mengenaldiri dengan dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan diluar diri. Kadang – kadang dicarinya pengetahuan itu didalam bumi, kadang – kadang diatas langit, kadang – kadang didalam air, kadang – kadang diudara. Alangkah baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang lain. Dan dia tidak akan selesai selama – lamanya dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu akan didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu tersimpul alam yang luas ini.
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya “ akal yang mengatur ” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama, jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan. Tujuan filosofis Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selamalamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan bahwa semuanya relative dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran itu, ia tidak mencari sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan Tanya jawab. Orang ke dua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan berdialog itu sendiri. Dia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang itu. Oleh sebab itu metodenya disebut Maieutik, menguraikan.
PENUTUP
Socrates hidup kira-kira pada tahun 470-399 SM. Dia orang yang taat beragama, meyakini dasar – dasar pengetahua. Socrates adalah orang pertama pada masa Yunani kuno yang berusaha membangun fondasi falsafahnya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang pada masa itu melemah karena pengaruh negatif kaum Sofis. Menurut sejarah, dia berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada, itu dapat di pegang. Kebenaran yang relative juga ada. Dia berusaha mengajak pemuda-pemuda Athena untuk mempercayai adanya kebenaran obyektif, yang dapat dipegang. Dia mengajak pemuda-pemuda itu kembali mempercayai agama mereka dengan menggunakan metode dialetika, dengan bercakap-cakap ke sana ke mari dan berhasil membuktikan adanya kebenaran yang obyektif. Definisi atau pengertian umum merupakan penemuan Socrates
yang terpenting. Ringkasnya, dia berhasil menyadarkan pemuda Athena bahwa ada kebenaran yang umum dan dapat dipegang, dan agama harus dianut kembali. Akan tetapi, hasil ini harus ditebus dengan hukuman mati dengan meminum racun, berdasarkan keputusan pengadilan Athena atas tuduhan telah merusak moral dan tidak mengakui adanya Dewa-dewa oleh Meletos, Anytos, dan Lycon.Sedangkan hikmah yang dapat kita ambil dari pemikiran Socrates adalah diterapkanya Etika dalam dunia pendidikan maupun dalam budaya Indonesia. Karena Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum