.


Archive for May 2014

Thomas Aquinas

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Thomas Aquinas
http://filsafat-pemula.blogspot.co.id/

Biografi Thomas Aquinas
St. Thomas Aquinas, salah satu tokoh filsafat barat pada abad pertengahan, dilahirkan di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia pada tahun 1225 M (ada sumber yang menyebutkan pada tahun 1224 M). Dia berasal dari keluarga keturunan bangsawan, Kaisar Frederick I dan Henry VI. Thomas Aquinas terlahir dari pasangan Pangeran Landulf, keturunan Aquino dan Theodora, seorang Countest of Teano.

Plotinus

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
PLOTINUS

Biografi Plotinus
A. Kehidupan Plotinus
Plotinus lahir di Mesir pada tahun 204 M, di daerah Lycopolis yang pada masa itu dikuasai oleh Roma. Pada usia 28 tahun (232 M), ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada usia 39 tahun (243 M) ia ikut Raja

Aurelius Agustinus

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
AURELIUS AGUSTINUS

Biografi Aurelius Agustinus
Aurelius Agustinus, Agustinus Hippo ("Yang tahu banyak") (lahir 13 November 354 – meninggal 28 Agustus 430 pada umur 75 tahun) adalah seorang santo dan Doktor Gereja yang terkenal menurut Katolik Roma. Ia diakui sebagai salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan Kekristenan Barat. Dalam Gereja Ortodoks Timur, yang tidak menerima semua ajarannya, dia biasanya dipanggil

Anselmus

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Anselmus 

Biografi Anselmus
Anselmus lahir dari pasangan bangsawan Comberdia di Aosta Piemont, Italia sekitar tahun 1033. Ayahnya bernama Gundulph dan ibunya bernama Ermenberga. Ayahnya adalah seorang politikus dan bangsawan Lombardia, sedangkan ibunya adalah seorang Bugundia

Ludwig Josef Johann Wittgenstein

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Ludwig Josef Johann Wittgenstein

Biografi Ludwig Josef Johann Wittgenstein
Ludwig Josef Johann Wittgenstein dilahirkan di Wina pada tanggal 26 April 1889. Ayah Ludwig: Karl Wittgenstein adalah seorang insinyur konstruksi baja, konglomerat keturunan Yahudi, pendiri dan pemimpin industri besi-baja di Austria. Ibunya: Leopoldine Kalmus adalah anak seorang bankir kota Wina. Leopoldine adalah penganut setia agama Katolik Roma dan Ludwig pun pernah dibabtis dalam gereja katolik Roma. Keluarga Wittgenstein sangat kaya dan terpandang di kota Wina.

Friedrich Nietzsche

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Friedrich Nietzsche

Biografi Friedrich Nietzsche
Friedrich Nietzsche lahir di Rocken, sebuah kota kecil di provinsi Prusia Saxony, pada tanggal 15 Oktober 1844, dalam keadaan yang menawarkan kontras yang mencolok untuk kemudian berpikir nya. Ironisnya, filsuf yang menolak agama dan menciptakan istilah "Tuhan sudah mati" adalah keturunan dari garis pendeta dihormati.

Michel Foucault

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Michel Foucault

Biografi Michel Foucault
Michel Foucault lahir Paul-Michel Foucault (15 Oktober 1926 - 25 Juni 1984), adalah seorang Perancisfilsuf , sosiolog , dan sejarawan . Ia memegang kursi di bergengsi College de France dengan judul "Sejarah Sistem Pemikiran," dan juga mengajar di Universitas di Buffalo dan University of California, Berkeley .

Jacques Derrida

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Jacques Derrida

Biografi Jacques Derrida
Jacques Derrida merupakan seorang filsuf asal perancis yang lahir pada tanggal 15 Juli 1930 di aljazair. Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang berkeyakinan yahudi. Orang tuanya bernama Aime Derrida dan Georgette Sultana Esther Safar. Orang tuanya menikah pada tahun 1923 dan mereka pindah ke aljazair pada tahun 1925. Pada tahun yang sama, mereka melahirkan ank pertama yaitu Rene Derrida dan empat tahun kemudian lahir adik Rene ( anak kedua ) yaitu Paul Derrida.

Frank Capra

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Frank Capra

Biografi Frank Capra
Frank Capra lahir di Bisacquino, Italia pada 18 Mei 1897. Dilahirkan dengan nama Francesco Rosario Capra. Kemudian Capra pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1903 beserta istrinya yang pertama bernama Helen Powell (1923-1927) dan istrinya yang kedua yaitu Lou Capra (1932-1984). Capra sempat meraih penghargaan Oscars 8thAcademyAwards. Kemudian Capra meninggal di La Quinta, California, Amerika Serikat pada 3 September 1991 pada usia 94 tahun

Mohammed Arkoun

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Mohammed Arkoun

Biografi Mohammed Arkoun
Mohammed Arkoun lahir pada tanggal 2 Januari 1928 dalam keluarga biasa di perkampungan Berber yang berada di sebuah desa di kaki-gunung Taorirt-Mimoun,

Benedictus de Spinoza

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Benedictus de Spinoza

BIOGRAFI SPINOZA (1632-1677)
Benedictus de Spinoza adalah filosof besar yang paling dihargai dan dihormati. Secara intelektual, beberapa filosof lain mengunggulinya, tetapi secara etis, dialah yang tertinggi. Konsekwensinya, selama hidupnya dan satu abad setelah kematiannya, Spinoza dianggap sebagai orang yang sangat jijik pada kejahatan.

Friedrich Schelling

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Friedrich Schelling

Biografi Friedrich Schelling
Friedrich Wilhem Joseph von Schelling atau biasa disebut dengan Friedrich Schelling merupakan filsuf Jerman yang lahir pada tanggal 27 Januari 1775 di Leonbergh, Wurttemberg. Ayahnya seorang pendeta dan pengajar Orientalis yang taat. Pada tahun 1783-1784, Scheling menjalani pendidikan di Nurtingen dan di sinilah dia mengenal Friedrich Holderlin (penyair), seniornya, yang kemudian

Jean Paul Satre

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Jean Paul Satre

Biografi Jean Paul Satre
Lahir pada 21 Juni 1905 di Paris, Sartre kecil yang biasa dipanggil Paulou, memiliki fisik lemah dan sangat sensitif. Seperti anak berfisik lemah dia suka menyendiri dan melamun. Masa kecilnya terkesan pahit bagi dia karena sering menjadi korban anak yang lebih kuat. Walaupun begitu, ia

Rene Descrates

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Rene Descrates


Biografi Rene Descartes
Descrates dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Disamping seorang tokoh rasionalisme, ia pun sebagai filosofot yang ajaran filsafatnya sangat popular, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal ( reason) adalah alat

Blaise Pascal

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Blaise Pascal


Biografi Blaise Pascal (1623-1662)
Blaise Pascal lahir pada tanggal 19 juni 1623 di Clermont-Ferrand, Perancis. Blaise sejak kecil dikenal sebagai seorang anak yang cerdas walaupun ia tidak menempuh pendidikan di sekolah secara resmi. Di usia 12 tahun ia sudah bisa menciptakan sebuah mesin penghitung untuk membantu pekerjaan ayahnya. Nama ayahnya adalah Etienne Pascal. Ayahnya adalah seorang petugas penarik pajak yang bekerja di wilayah Auvergne, Perancis. Sejak usia empat

Gottfried W. Leibniz

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Gottfried W. Leibniz

Biografi Gottfried W. Leibniz
Gottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya.
Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia adalah istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia

Soren Kierkegaard

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Soren Kierkegaard
Biografi Soren Kierkegaard
Søren Kierkegaard yang lahir pada 5 Mei 1813 dan tutup usia pada 11 November 1855, adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umur melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah pada masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini. Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa pada masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne

Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehidupan ayahnya dan merasa terbeban untuk memenuhi kehendaknya. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen, namun sementara di sana ia semakin tertarik akan filsafat dan literatur. Di universitas, Kierkegaard menulis disertasinya, Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus- Menerus kepada Socrates, yang oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang penting dan dipikirkan dengan baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi sebuah tesis filsafat. Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya, Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa Regine Olsen, cintanya dalam hidupnya, dan bahan-bahan tulisannya. Sebuah aspek penting dari kehidupan Kierkegaard (biasanya dianggap mempunyai pengaruh besar dalam karyanya) adalah pertunangannya yang putus dengan Regine Olsen (1822 - 1904). Kierkegaard berjumpa dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik kepadanya. Begitu pula dengan Regine. Pada 8 September 1840, Kierkegaard resmi meminang Regine. Namun, Kierkegaard segera merasa kecewa dan melankolis tentang pernikahan. Kurang dari setahun setelah pinangannya, ia memutuskannya pada 11 Agustus 1841. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menyebutkan keyakinannya bahwa sifat “melankolis”nya membuatnya tidak cocok untuk menikah; tetapi motif sebenarnya untuk memutuskan pertunangannya itu tetap tidak jelas. Biasanya diyakini bahwa keduanya memang sangat saling mencintai, barangkali bahkan juga setelah Regine menikah dengan Johan Frederik Schlegel (1817–1896), seorang pegawai negeri terkemuka.
KEMUNCULAN EKSISTENSIALISME :Sebagai Reaksi terhadap Materialisme dan Idealisme Seperti yang sudah penulis sampaikan pada pendahuluan, bahwa sitz in leben Eropa Barat ketika itu, menjadi faktor pendorong lahirnya Eksistensialisme. Jika kita kaji lebih mendalam, sifat materialisme
dan idealisme yang berkembang pesat ternyata merupakan pendorong lahirnya eksistensialisme. Tema sentral yang menjadi pertentangan di sini adalah ikhwal pandangan aliran tersebut terhadap manusia.
Prof. Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum menjelaskan bagaimana bagian dari ajaran
materialisme tentang manusia itu dihantam oleh eksistensialisme. Secara sederhana, pendapat aliran
materislisme yang dibantah eksistensialisme dapat dilihat dalam tabel berikut :
 
Bertolak dari dasar pemikiran tersebut, kita dapat melihat kesalahan materialisme yang kemudian ditentang oleh eksistensialisme, dalam rumusan berikut: Kesalahan itu ialah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya, memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan manusia itu belum mencakup manusia secara keseluruhan. Pandangan tentang manusia seperti materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting.
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme, yang “bibitnya” sudah ada sejak Plato dan disempurnakan oleh Descartes. Dalam hal ini, manusia disamakan sja dengan kesadarannya. Aspek berpikir dan berkesadaran manusia dilebih-lebihkan oleh Idealisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi, sehingga pikiranlah yang menjadi keutamaan. Letak kesalahan Idealisme ialah karena memandang manusia hanya sebagai subjek. Selain itu, dalam buku Filsafat dan Iman Kristen, Colin Brown mengungkapkan kesulitan besar mengenai Idealisme, yakni minimnya bukti-bukti. Para filsuf Idealis berbicara terus-menerus terlalu panjang lebar. Namun apa yang mereka katakan nampaknya bukan saja bertentangan dengan akal sehat tetapi juga tidak dapat
dinyatakan. Membangun suatu sistem pemikiran adalah satu hal; memperlihatkan bahwa pemikiran-pemikiran itu benar adalah hal yang sama sekali lain. Di dalam sebuah artikel mengenai “Konsep Realita” Moore mempersalahkan orang-orang Idealis yang jatuh ke dalam kesalahan dasar karena tidak membedakan atau memisahkan antara ide-ide (pemikiran) dengan realita.
Dari penjelasan tersebut, kesimpulan yang mengemuka adalah baik meterialisme maupun idealisme, keduanya merupakan dua pandangan filsafat tentang “hakikat yang ekstrem”.Keduanya memang berisikan benih-benih kebenaran, akan tetapi menurut eksistensialime, pandangan keduanya dianggap salah. Untuk itulah eksistensialisme hadir sebagai jalan keluar dari kedua ekstremitas tersebut.

PEMIKIRAN SØREN KIERKEGAARD: Sebuah Kritik Atas Formalitas Agama di Denmark
dan Hegelianisme
Jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan, mengapa karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial ? Maka jawabannya adalah karena karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Masalah yang diangkat tersebut, tentu saja tidak lepas dari konteks zaman saat itu, sehingga Kierkegaard harus melancarkan kritiknya terhadap dua hal yang berkecamuk saat itu, yakni formalitas agama di Denmark dan pemikiran Hegelianisme. Mengenai hal tersebut, F. Budi Hardiman menjelaskan: Kritik Kierkegaard atas Hegelianisme bukan sekedar sebuah minat teoritis, melainkan didasari oleh sebuah keprihatinan praktis terhadap perilaku keagamaan di Denmark . Zaman itu, Lutheranisme menjadi agama resmi negara Denmark. Agama itu secara otomatis dianut oleh orang Denmark, dan menjadi semacam cap saja untuk kehiduoan sosial. Menurut Kierkegaard agama Kristen sungguh-sungguh menjadi sekular dan duniawi, dan orang yang menyebut dirinya Kristen tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan Allah. Dalam situasi seperti ini, agama hanya menjadi persoalan “objektif” dan “lahiriah”, hanya menyangkut perilaku yang dapat
dilihat dan tidak menyangkut komitmen subjektif manusia. Pada titik inilah, Kierkegaard lalu menunjukkan bahwa “biang keladi” kemerosotan penghayatan iman ini tak lain adalah filsafat Hegel. Menurut Kierkegaard, realita Hegel tidaklah memiliki relasi dengan realita keberadan manusia. Kierkegaard adalah seorang yang pada zamannya melancarkan reaksi terhadap hidup kemasyarakatan. Keadaan masyarakat pada waktu itu tidak menunjukkan sebuah usaha untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis sehari-hari, serta mengabaikan perkara-perkara batiniah. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang menjadi prinsip Kierkegaard, bahwasanya persoalan-persoalan praktis sehari-hari itulah yang justru menjadi persoalan hidup yang sebenarnya. Memang pada kenyataannya, sejak Kant hingga Hegel orang hanya membicarakan persoalan-persoalan besar yang bersifat umum, sedangkan untuk persoalan khusus dan praktis, pada umumnya orang berpendapat bahwa pemecahannya dapat diturunkan dari dasar-dasar yang umum itu. Kierkegaard kemudian menganggap Hegel mengaburkan hidup yang kongret, maka tak heran jika Kierkegaard meremehkan argumentasi abstrak mengenai metafisika yang spekulatif ala Hegel.
Mengapa demikian? Karena Hegel berpendapat bahwa hidup yang kongret itu hanya mewujudkan suatu unsur saja di dalam proses pengembangan idea. Pandangan demikianlah yang yang ditolak Kierkegaard. Menurutnya, pertanyaan mengenai, “Apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang kongret itu?” Justru diperhadapkan oleh manusia setiap harinya Patokan umum yang berlaku bagi umat manusia di segala zaman dan tempat tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup yang kongrit timbul sehari-hari. Sebab setiap orang dihadapkan dengan persoalannya sendiri, yang khusus hanya berlaku baginya. Persoalan-persoalan yang kongret yang timbul setiap hari itu oleh Kierkegaard disebut “persoalan-persoalan eksistensial”.
Demikianlah menurut Kierkegaard, pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapi, harus ditekankan, bahwa eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi”, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan berubah atau bergerak menjadi suatu kenyataan. Perpindahan atau perubahan ini adalah suatu perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan yaitu karena pemilihan manusia. Jadi eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan, yang harus dilakukan seyiap orang bagi dirinya sendiri.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka jelas bahwa bereksietensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan hidup. Maka barangsiapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Itulah pemikiran Kierkegaard, bahwa ada eksistensi yang sebenarnya dan ada eksistensi yang tidak sebenarnya. Tiap eksistensi memiliki cirinya khas. Kierkegaard membedakan adanya tiga bentuk eksistensi, yaitu: bentuk estetis, bentuk etis dan bentuk religius Dialektika Eksistensial

Tahap Estetis
Pada tahap ini, manusia menaruh perhatian besar terhadap segala sesuatu yang di luar dirinya. Ia hidup di dalam dunia dan di dalam masyarakat, dengan segala sesuatu yang dimiliki dunia dan masyarakat itu. Ia menikmati segala yang jasmani dan rohani. Sekalipun demikian batinnya kosong. Senantiasa ia menghindari tiap keputusan yang menentukan. Sifat hakiki bentuk eksistensi estatis ialah tidak adanya ukuran-ukuran moral yang umum yang telah ditetapkan, dan tidak adanya kepercayaan keagamaan yang menentukan. Yang ada hanya keinginan untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu.

Tahap Etis
Pada tahap ini, manusia memperhatikan benar-benar kepada batinnya. Ia tidak hidup dari hal-hal yang kongrit ada. Sikapnya di dalam dunia, senantiasa diusahakan agar dapat ditentukan dari sudut hidup batiniahnya, menurut patokan-patokan yang umum.

Tahap Religius
Tahap religius ditandai oleh pengakuan individu akan Allah, dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan Allah. Pada tahap ini individu membuat komitmen personal dan melakukan apa yang disebutnya “lompatan iman”. Lompatan ini bersifat non-rasional dan biasa kita sebut pertobatan. Tokoh yang memodelkan tahap ini adalah tokoh Kitab Suci, Abraham, yang mengorbankan putranya yang tunggal karena beriman kepada Allah. Di sini Abraham betul-betul meninggalkan tahap etis dan melompat ke tahap religius.

KESIMPULAN
Harus diakui, bahwa seluruh hidup dan karya Kierkegaar dijiwai oleh suatu pergumulan yang telah dialami, hal mana ia sampai kepada suatu keragu-raguan yang serius terhadap praktek agama Kristen pada waktu itu. Hal ini pertama-tama disebabkan karena sifat pribadinya yang berjiwa murung serta pengalaman-pengalaman hidupnya yang pahit. Ciri khas Kierkegaard adalah bahwa ia yakin akan keterbatasan akal. Sekalipun demikian akal tidak boleh diabaikan, bahkan harus dimanfaatkan sejauh mungkin. Dari situlah akan muncul sifat keterbatasannya. Demikianlah Kierkegaard menampakkan suatu reaksi yang berlainan terhadap Hegel dibanding Karl Marx yang sudah kita bahas pada pertemuan kelas sebelumnya. Adapun kesamaannya dengan Marx terletak di sini, bahwa ia memandang perbuatan sebagai hal yang terpenting di dalam kehidupan manusia.

John Locke

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
John Locke

Biografi John Locke
Locke dilahirkan tahun 1632 di Wrington, Inggris. Dia memperoleh pendidikan di Universitas Oxford, peroleh gelar sarjana muda tahun 1656 dan gelar sarjana penuh tahun 1658. Selaku remaja dia tertarik sangat pada ilmu pengetahuan dan di umur tiga puluh enam tahun dia terpilih jadi anggota "Royal Society." Dia menjadi sahabat kental ahli kimia terkenal Robert Boyle dan kemudian hampir

Immanuel Kant

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Immanuel Kant

Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant dilahirkan di Koenisberg, suatu kota di Prussia timur pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda. Semula nama Kant ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat ragu orang yang mengenalnya, nama itu ditulis seperti

Johann Gotlieb Fichte

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Johann Gotlieb Fichte

Biografi Johann Gotlieb Fichte
Johann Gottlieb Fichte lahir pada tanggal 19 Mei 1762 di Rammenau. Ayahnya adalah seorang penyamak kulit di sebuah desa kecil dan ibunya adalah seorang penenun pita. Fichte mewarisi sifat ibunya, yaitu mempunyai sifat yang tidak sabar yang ditampilkan sepanjang hidupnya. Fichte muda menerima dasar-dasar pendidikan dari ayahnya dan

David Hume

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
David Hume

Biografi David Hume
David hume lahir pada tanggal 26 April 1711 di Edinburgh, Skotlandia. Awalnya nama aslinya David Home namun pada tahun 1734, ia mengubah namanya Hume karena di Inggris kesulitan

Zeno

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Zeno

Biografi Zeno
Zeno lahir tahun 490 SM di Elea. Zeno adalah murid dari Parmenides. Dia mempunyai empat argumen untuk kesimpulan bahwa tidak ada gerakan – hal ini adalah sebagai dukungan untuk apa yang dinyatakan gurunya. Zeno dikenal banyak orang karena namanya tercantum pada halaman pertama buku Parmenides karangan Plato. Diperkirakan bahwa saat itu Zeno berumur 40 tahun, sedang Socrates masih remaja, kisaran usia 20 tahun. Dengan mengetahui bahwa Socrates lahir pada 469 SM, maka diperkirakan Zeno lahir pada tahun 490 SM. Disinyalir bahwa Zeno mempunyai hubungan “khusus” dengan Parmenides.

Thales

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Thales
Thales
Biografi Thales
Thales dinyatakan sebagai seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM sekitar 620-450 SM. Dalam suatu sumber juga disebutkan bahwa dia merupakan anak dari pasangan Examyes dan Cleobuline. Thales lahir di kota Miletos yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari

Socrates

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Socrates

Socrates dilahirkan di Athena 470 SM.Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi.Melainkan anak seorang pemahat bernama Sophorniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates menggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya dia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.

Protagoras

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Protagoras
protagoras
Protagoras merupakan seorang filsuf yunani yang lahir sekitar tahun 490 SM dan meninggal pada tahun 420 SM. Ia berasal dari Abdera, di daerah Thrace yang terletak di pantai utara Laut Aegea. Ia seorang filsuf yang termasuk golongan sofis. Selama abad ke-5 SM, kata “Sophis” berarti orang-orang yang terkenal baik karena pengetahuan mereka, atau mereka yang profesional dalam mengajar muridnya. 

Heraklitus

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
HERAKLITUS
heraclitus
BIOGRAFI HERAKLITUS
Heraklitus lahir di Ephesus di Asia kecil yang sekarang disebut negara Turki sekitar tahun 535-475 s/M. Dalam riwayat hidupnya, ia adalah teman seangkatan Pytagoras dan Xenophanes. Heraklitus dianggap lebih muda usianya dari teman-temannya itu, namun dibandingkan dengan Parmenides usianya lebih tua, sehingga ia sering dikritik oleh filsuf dari Elea itu.

Gorgias

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Filsafat Gorgias

gorgias

Biografi Gorgias
Gorgias lahir di Leontinoi, sisilia sekitar tahun 483 SM. Dia adalah murid Empedokles. Kemudian dia dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 SM ia datang ke atena sebagai duta kota asalnya untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa. Gorgias merupakan seorang legendaris

Aristoteles

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Aristoteles
 Aristoteles

BIOGRAFI
Aristotelas lahir di kota Stageria,Chalcidine pada tahun 384 SM. Ayahnya bernama Nicomachus, seorang dokter Raja Amynta dari Makedonia. Aristoteles kecil dididik sebagai aristokrat hingga umur 13 tahun untuk kemudian pergi ke Athena dan melanjutkan sekolahnya diperguruan tinggi milik Plato,akademi.Ia tinggal diakademi selama 20 tahun hingga Plato meninggal pada tahun 345 SM. Sepeninggalan Plato ia mengembara ke Asia bersama temannya yang bernama Xenocrates. Kemudian ia berjalan menuju kepulauan Lesbos bersama teman lainnya, Theophratus dan secara bersama mengadakan riset dan zoologi.Kemudian dia menerima panggilan dari raja Philip dari Makadenoa untuk menjadi guru anaknya,Alexander.
Pada tahun 335 SM ,ia mendirikan perguruan tinggi barnama Lyceum di Athena yang dikelolanya selama 12 tahun. Selama di Athena, Aristoteles sangat prodoktif menghasilkan tulisan ilmiah yang sebagian berbentuk diklat kuliah yang sebenarnya tidak dipublikasikan keluar kampus. Diklat kuliah yang terkenal adalah Physics,Metaphysics,Nicomachean Ethics,Politics dan Deanima.
Karya-karya Aristoteles dibukukan dengan penyuntingan oleh para muridnya yang menjadi guru-guru sepeninggal dirinya. Karya-karya tersebut dikompilasikan kedalam enam buku yaitu, Categories,On Intrepretation,Prior Analystics,Posterior Analystics,Topics dan On Sophistical Refutation.

PEMIKIRAN
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam
kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan. Pemikiran Aristoteles merupakan hartakarun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini,itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.Ada beberapa hasil beberapa hasil pemikiran Aristoteles antara lain :
1. Phylo-Easy (Phylosophy is Easy ,Fisafat itu mudah )
• Aristoteles merupakan filsuf barat terakhir yang mengetahui segala bidang ilmu. Dibidang ilmu pengetahuan ia memberikan sumbangan dibidang antonomi,geologi,meteorologi,fisika,biologi dan zoologi. Dibidang filsafat ia menulis ilmu etestika ,etika ilmu pemerintahan,metafisika, ilmu politik, physikology,retorika dan teologi. Sedangkan dibidang pendidikan yaitu ilmu budaya asing,sastra dan puisi.
• Ia selalu menampilkan data yang sangat kaya dan terklasifikasi dengan baik. Karena ilmiah dia dianggap Bapak ilmu Empiris dan Metode Ilmiah.
• Dia berpendapat bahwa alam semesta ini bersifat teologis dan bertujuan. Jadi,keberadaan dan proses yang terjadi dialam semesta ini bergerak menurut sebuah tujuan tertentu.
• Etika Aristoteles adalah manusia yang bertindak dengan pikiran yang rasional dan bijaksana untuk tujuan kebajikan.
Berbeda dengan fisuf lainnya,misalnya Plato,Sokrates,dan Filsuf pra Sokrates, Aristoteles menolak ide bahwa berbagai ilmu tentang keingintahuan manusia dapat disatukan dalam satu filsafat universal. Ia berpendapat bahwa tiap cabang ilmu memiliki perbedaan aksioma dan memiliki derajat presisi masing-masing. Jadi, ia menolak hukum kepastian terhadap manusia dan alam, tetapi tetap percaya pada landasan kategori yang dapat diterapkan pada semua fenomena, seperti kualitas,kuantitas,subtansi dan hubungannya. Karya Aristoteles yang sangat mempengaruh arah perkembangan peradaban di zaman yaitu dibidang fisika sebelum diganti oleh fisika modern.
2. Metode Ilmiah
Jika filsafat Plato pada semesta yang bersifat ide, kemudian pada kondisi empiris sehari-hari sebagai derivasinya, mka Aristoteles menjelaskan semesta dengan penelitian terhadap fenomena khusus kemudian dicari esensi pengetahuannya atau metode Plato yang diajukan adalah deduktif sedangkan Aristoteles adlah deduktif dan induktif.
Bagi Aristoteles,filsafat alam adalah cabang dari filsafat yang membahas masalah fenomena alam yang mencakup fisika,biologi dan ilmu pengetahuan alam yang lain. Pada zaman modern justru filsafatlah yang dibatasi pada hal-hal abstrak,seperti etika dan metafisika denagn logika yang memegang peranan yang penting. Pada zaman Aristoteles,penjelajahan intelektual filsafat mencakup segala hal yang membutuhkan sumbangan intelektual. Bagi Aristoteles,ilmu pengetahuan yang dijelajahi boleh bersifat praktis empiris,teoritis dan seni puitis.
3. Phylobis( Filsafat dan Bisnis,Penerapan Filsafat dalam praktek bisnis)
• Aristoteles dianggap sebagai Bapak ilmu empiris dengan memelopori pengumpulan data yang komprehensif dan sistematis. Dalam praktek bisnis,peran pengumpulan data
pasar,data riwayat perkembangan produktif, data pesaing sangat penting untuk pengambilan keputusan.
• Filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta ini bersisfat teleogis(memilki tujuan penciptaan) menghasilkan konsekuensi yang berupa filsafat etika. Filsafat etika yang diajukannya adalah manusia yang bertindak dengan berfikir secara rasional dan bijaksana dengan tujuan kebajikan. Penerapan dalam etika,bisnis adalah adalah berbisnislah dengan cara yang rasional dan arahkan bisnis dengan tujuan kebajikan

PENUTUP
Aristoteles merupakan filsafat Barat terakhir yang mengetahui segala bidang ilmu. Ia selalu menampilkan data yang ssngat kaya dan terklarifikasi dengan baik. Tidak sekedar filsuf,Aristoteles juga seoarang ilmuwan dan ahli diberbagai bidang astronomi,ilmu politik,seni dan lain-lain. Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai alat untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika.
Aristoteles juga menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berarti sesuatu dan berfikir. Logika dibentuk dari kata yang diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Pendapat Aristoteles berbeda dengan pendapat Plato,sokrates, dan filsuf pra-Sokrates yang menyatakan bahwa berbagai ilmu tentang keingintahuan manuasia dapat disatukan f dalam satu prinsip filsafat universal. Ia berpendapat bahwa tiap cabang ilmu memiliki pebedaan aksioma dan memiliki derajat presisi masing-masing. Jadi ia menolak hukum kepastian terhadap ilmu tentang manusia dan alam,tetapi tetap percaya pada landasan kategori yang dapat diterapkan pada semua fenomena. Aristoteles menyatakan bahwa alam semesta ini bersifat teleologis menghasilkan konsekuensi yang berupa filsafat etika. Aristoteles juga dianggap sebagai Bapak ilmu Empiris dengan memelopori pengumpulan data yang komprehensif dan sistematis. Jadi benar bahwa Aristoteles merupakan fisuf yang menguasai banyak cabang ilmu dan karya-karya dalam perkembangan peradaban zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Yuana, Kumara.2010.The Greatest Philosophers. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Georg Wilhelm Friedrich Hegel

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Georg Wilhelm Friedrich Hegel
 BIOGRAFI
           Tokoh   Filsafat   Dialektika   Georg   Wilhelm   Friedrich   Hegel          adalah   seorang   filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis   dari   berbagai   posisi,   termasuk   para   pengagumnya   antara   lain   F.   H.   Bradley,   Sartre, Hans   Kung,   Bruno   Bauer,   Max   Stirner,   Karl   Marx,   dan   yang   menentangnya   antara   lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang   pertama   kali   memperkenalkan   gagasan   dalam   filsafat,   bahwa   Sejarah   dan   hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah      abadi   dalam    filsafat.  Ia  juga   menekankan        pentingnya     yang    lain  dalam    proses pencapaian   kesadaran   diri.   Hegel   dilahirkan   di   Stuttgart   pada   27   Agustus   1770.   Di   masa kecilnya,   ia   suka   membaca   literatur,   surat   kabar,   esai   filsafat,   dan   tulisan-tulisan   tentang berbagai   topik   lainnya.   Masa   kanak-kanaknya   yang   rajin   membaca,disebabkan   oleh   ibunya yang   luar   biasa   progresif    dan     aktif   mengasuh   perkembangan   intelektual   anak-anaknya. Keluarga   Hegel   adalah sebuah keluarga kelas menengah   yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang     pegawai     negeri   dalam    administrasi     pemerintahan      di  Wurttemberg.      Hegel    adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia   enam   tahun.   Hubungannya   dengan   kakak   perempuannya,   Christiane,   sangat   erat,   dan tetap akrab sepanjang hidupnya. Hegel dikenal sebagai   filsuf   yang menggunakan dialektika sebagai   metode   berfilsafat.   Dialektika   menurut   Hegel   adalah   dua   hal   yang   dipertentangkan lalu   didamaikan,   atau   biasa   dikenal   dengan   tesis   (pengiyaan),   antitesis   (pengingkaran)   dan sintesis    (kesatuan    kontradiksi).    Pengiyaan     harus    berupa   konsep     pengertian    yang    empiris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual. Pengertian tersebut diterangkan      secara    radikal   agar    dalam    proses    pemikirannya      kehilangan      ketegasan    dan mencair.     Pengingkaran       adalah    konsep    pengertian     pertama     (pengiyaan)     dilawan     artikan, sehingga muncul konsep pengertian kedua   yang kosong, formal, tak tentu, dan tak terbatas.
Menurut   Hegel,   dalam   konsep   kedua   sesungguhnya   tersimpan   pengertian   dari   konsep   yang pertama.     Konsep     pemikiran      kedua    ini  juga   diterangkan     secara   radikal    agar   kehilangan ketegasan   dan   mencair.   Kontradiksi   merupakan   motor  dialektika   (jalan   menuju   kebenaran) maka   kontradiksi   harus   mampu   membuat   konsep   yang   bertahan   dan   saling   mengevaluasi. Kesatuan      kontradiksi    menjadi    alat  untuk    melengkapi     dua    konsep    pengertian    yang    saling berlawanan   agar   tercipta   konsep   baru   yang   lebih   ideal.   Karya   utama   :   Phenomenology   of Spirit    pada   tahun    1807.   Dan    contoh    masalah     yang    dihadapi    Hegel    adalah   ketika    para penerjemah Inggris dari buku Phanomenologie des Geistes tidak pasti apakah mereka harus menerjemahkan "Geist" dengan "Roh" atau "Pikiran", meskipun istilah "Roh" dan "Pikiran" sangat berbeda dalam bahasa Inggris.Dan karya lainnya adalah Science of Logic pada tahun 1812–1816,       Encyclopedia of the Philosophical Sciences pada tahun 1817–1830, Elements of the Philosophy of Right pada tahun 1821.
PEMIKIRAN
           Karya-karya       pemikirannya       menunjukkan        ketajaman      serta   keseimbangan        daya berpikir    yang    luar  biasa.   Bagi   Hegel    tugas   utama     filsafat  adalah   memahami        kenyataan sebagaimana   adanya.   Dia   berkeyakinan   bahwa   kebenaran   secara   menyeluruh   atau   bagian- bagian dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti.
           Pemikiran   Hegel   tidak   bisa   dilepaskan   dalam   dialektika   antara   tesis,   antitesis   dan sintesis. Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalamkerangka   dialektika   itu   yaitu   keluarga   sebagai   tesis,   masyarakat   sipil   sebagai   antitesis   dan negara sebagai sintesis.
           Dialektika     itu  bertolak    dari  pemikiran     Hegel    bahwa    keluarga     merupakan      tahap pertama akan adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta    berhasil   mempersatukan        kehendak.     Konsekuensinya,       barang    atau  harta   benda    yang semula   milik   dari   masing-masing   individu   menjadi   milik   bersama.   Akan   tetapi,   keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam masyarakat   sipil   ini   mencari   penghidupannya   sendiri-sendiri   dan   mengejar   tujuan   hidupnya sendiri-sendiri.     Negara     sebagai    institusi  tertinggi   mempersatukan        keluarga    yang    bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif.
           Meskipun       logika   pemikiran     Hegel     nampak     bersifat   linear,   namun     Hegel    tidak bermaksud   demikian.   Hegel   memaksudkan   bahwa   dalam   kerangka   dialektika   antara   tesis, antitesis    dan    sintesis.   Dalam      kerangka     teori   dialektikanya      ini,  Hegel     menempatkan masyarakat   sipil   di   antara   keluarga   dan   negara.   Dengan   kata   lain,   masyarakat   sipil   terpisah dari keluarga dan dari negara.
           Masyarakat       sipil  bagi   Hegel     digambarkan      sebagai     masyarakat     pasca    Revolusi Perancis   yaitu   masyarakat   yang   telah   diwarnai   dengan   kebebasan,   terbebas   dari   belenggu feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, Civil Society adalah sebuah bentuk masyarakat dimana      orang-orang     di   dalamnya     bisa   memilih     hidup   apa   saja   yang   mereka     suka   dan memenuhi        keinginan     mereka     sejauh    mereka     mampu.     Negara     tidak   memaksakan        jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society seperti yang terjadi dalam masyarakat feodal karena negara dan Civil Society terpisahkan. Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka      pemenuhan       kebutuhan      mereka.     Hukum       merupakan      pengarah      kebebasan      dan rasionalitas   manusia   dalam   hubungan   dengan   sesama   anggota   masyarakat   sipil.   Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.
Dibawah ini merupakan peta pemikiran Hegel, diantaranya:
METAFISIKA DAN RUH ABSOLUT
       Filsafat    Hegel    sering   disebut   sebagai    puncak    idealisme   Jerman.     Filsafatnya    banyak diinspirasikan      oleh    Imanuel     Kant    dengan     filsafat  ilmunya     (  filsafat   dualisme),     Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme   dan Rasionalisme, keduanya      bagi    Kant   terlalu   ekstrem    dalam     mengklaim     sumber      pengetahuan.      “Revolusi Kantian” kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya.
       Hegel     yang   pada    awalnya    sangat    terpengaruh     oleh  filsafat  Kant    tersebut   kemudian menemukan   jalan   keluarnya   melalui   kontemplasi   yang  terus   menerus.   Ketertarikan   Hegel sejak   awal   pada   metafisika,   meyakinkannya   bahwa   ada  ketidak   jelasan   bagian   dunia,   bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika
       Pada   dasarnya   filsafat   Hegel   mematahkan   anggapan   kaum   empiris   seperti John   Lock, Barkeley dan David Hame. Mereka ( kaum empiris ) mengambil sikap tegas pada metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamental filsafat atau Epistimologi ( bagaimana realitas itu dapat diketahui ) dan tidak dapat mencapai realitas total, pendapat ini diteruskan kembali oleh David Hume bahwa metafisika tidaklah berharga sebagai ilmu dan bahkan   tidak   mempunyai   arti.,   baginya   metafisika   hanya   merupakan   ilusi   yang   ada   diluar batas pengertian manusia.
Dengan metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang mencakup   segalanya   baik   Ilmu   Pengetahuan,   Budaya,   Agama,   Konsep   Kenegaraan,   Etika, Sastra, dll. Hegel meletakkan ide atau ruh atau jiwa sebagai realitas utama, dengan ini ia akan menyibak       kebenaran     absolut    dengan    menembus       batasan-batasan      individual    atau   parsial. Kemandirian benda-benda yang terbatas bagi Hegel dipandang sebagai ilusi, tidak ada yang benar nyata kecuali keseluruhan (The Whole).
       Hegel   memandang   Realitas   bukanlah   suatu   yang   sederhana,   melainkan   suatu   sistem yang   rumit.   Ia   membangun   filsafat   melalui   metafora  pertumbuhan   biologis   dan   perubahan perkembangan   atau   bisa   disebut   dengan   organisme.   Pengaruh   konsep   organisme   pada   diri Hegel,     membuatnya       memandang        bahwa     organisme     merupakan      model     untuk   memahami kepribadian   manusia,   masyarakat,   institusi,   filsafat   dan   sejarah.   Dalam   hal   ini   organisme dipandang   sebagai       suatu   hirarki,  kesatuan    yang   saling   membutuhkan        dan   masing-masing bagian memiliki peran dalam mempertahankan suatu keseluruhan.
       Segala sesuatu yang nyata adalah rasional dan segala sesuatu yang rasional adalah nyata (all   that  is  real  is  rational  and   all  that  is  rational  is  real)  adalah   merupakan      dalil  yang menegaskan   bahwa   luasnya   ide   sama   dengannya   luasnya   realitas.   Dalil   ini   berbeda   dengan yang dinyatakan oleh keum empiris tentang realitas, “yang nyata” bagi kaum empiris secara tegas   ditolak   oleh   Hegel,   sebab   baginya   itu   tidaklah   rasional,   hal   tersebut   terlihat   rasional karena merupakan bagian dari aspek keseluruhan.
       Hegel meneruskan bahwa keseluruhan itu bersifat mutlak dan yang mutlak itu bersifat spiritual     yang    lambat    laun    menjadi     sadar    akan    dirinya    sendiri.    Jadi   realitas   pada kesendiriannya bukanlah hal   yang benar-benar nyata, tetapi   yang nyata pada dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan.
       Dalam bukunya Phenomenologi of Mind (1807), Hegel menggambarkan tentang “yang mutlak” sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide yang selanjutnya menjadi ide absolut. Ide   absolut   menurut   Bertrand   Russell   adalah   pemikiran   murni,   artinya   adalah   bahwa   ide absolut   merupakan   kesempurnaan   fikiran   atau   jiwa   yang   hanya   dapat   memikirkan   dirinya sendiri. Pikirannya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui kesadaran diri.
DIALEKTIKA
       Dialektika   merupakan   metode   yang   dipakai   Hegel   dalam   memahami   realitas   sebagai perjalanan   ide   menuju   pada   kesempurnaan.   Menelusuri   meteri   baginya   adalah   kesia-siaan sebab materi hanyalan manifestasi dari perjalanan ide tersebut. Dengan dialektika, memahami ide sebagai realitas menjadi dimungkinkan. Dialektika dapat dipahami sebagai “The Theory of the Union of opposites” (teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan). Terdapat tiga unsur atau konsep dalam memahami dialektika yaitu pertama, tesis, kedua sebagai lawan dari yang   pertama   disebut   dengan  antitesis.   Dari   pertarungan   dua   unsur   ini   lalu   muncul   unsur ketiga   yang   memperdamaikan   keduanya   yang   disebut   dengan  sinthesis.   Dengan   demikian, dialektika dapat juga disebutsebagai proses berfikir secara totalitas yaitu setiap unsur saling bernegasi   (mengingkari   dan   diingkari),   saling   berkontradiksi   (melawan   dan   dilawan),   serta saling bermediasi (memperantarai dan diperantarai).
       Untuk memahami proses triadic itu (thesis, Antitesis, dan sithesis), Hegel menggunakan kata    dalam     bahsa    Jerman     yaitu    aufheben     Kata    ini   memiliki     makna      “menyangkal”, “menyimpan”         dan    “mengangkat”.        Jadi   dialektika    bagi   Hegel      bukanlah     penyelesaian kontradiksi     dengan    meniadakan       salah  satunya   tetapi  lebihdari     itu.  Proposi   atau   tesis  dan lawannya      antitesis   memiliki     kebenaran     masing-masing       yang   kemudian      diangkat    menjadi kebenaran yang lebih tinggi. Tj. Lavine menerangkan proses ini sebagai berikut:
        1. Menunda klonflik antara tesis dan antitesis.
       2. Menyimpan elemen kebenaran dari tesis dan antitesis.
       3. Memgungguli perlawanan dan meninggikan konflik hingga mencapai kebenaran yang lebih tinggi.
       Hagel   memberikan   contoh   sebagai   berikut   “yang   mutlak   adalah            yang   berada   murni (pure being)” yang tidak memiliki kualitas apapun. Namun yang berada murni tanpa kualitas apapun adalah “yang tiada (nothing)” ini merupakan regasi dari proposi atau tesis, oleh sebab itu   kita   terarah   pada   antitesis   “yang   mutlak   adalah   yang   tiada”.   Penyatuan   antara   tesis   dan antitsis   tersebut   menjadi   sinthesis   yaitu   apa   yang  disebut   menjadi   (becoming)   maka   “yang mutlak adalah yang menjadi”, sinthesis inilah kebenaran yang lebih tinggi.
       Dialektika Hegel merupakan alternatif tradisional yang mengasumsikan bahwa proposi haruslah   terdiri   dari   subjek   dan   predikat.   Logika   seperti   ini   bagi   Hegel   tidaklah   memadai. Berikut contoh yang bisa sedikit menerangkan tentang hal tersebut, dalam logika tradisional terdapat proposi sebagai berikut Heru adalah seorang paman”, kata paman disini merupakan predikat     yang   dinyatakan     begitu   saja  benar    (benar   dengan    sendirinya),    Heru    tidak   perlu mengetahui        keberadaannya        sebagai    paman,      maka     dalam    hal    ini   logika    tradisional mengandung   cacat.   Hegel   menggantinya   dengan   dialektika   untuk   menuju   pada   kebenaran mutlak,   paman   bagi   Hegel   tidaklah   benar   dengan   sendirinya,   sebab   eksistensinya   sebagai paman juga membutuhkan eksistensi orang lain sebagai keponakan. Dari perseteruan antara paman sebagai tesis dan keponakan sebagai antitsis maka tidaklah memungkinkan kebenaran parsial atau individual,   kesimpulannya   adalah kebenaran terdiri dari paman dan keponakan. Jika dialektika ini diteruskan akan mencap[ai kebenaran absolut yang mencakup keseluruhan.
       Tidak   ada   kebenaran   absolut   tanpa   melalui   keseluruhan   dialektika.   Setiap   tahap   yang belakangan   mengandung   semua   tahap   terdahulu.   Sebagaimana   larutan,   tak   satupun   darinya yang secara keseluruhan digantikan, tetapi diberi tempat sebagai suatu unsur pokok di dalam keseluruhan.
FILSAFAT SEJARAH
       Setelah      Hegel     menyatakan       bahwa     yang     sejati   adalah    rasional    dan    kemudian menerangkan tentang dialektika yang membawa ruh kepada titik absolut, maka kita kemudian akan di bawa pada pemahaman hakekat sejarah. Sejarah bagi Hegel dapat dipahami sebagai proses   dialektika   ruh.   Filsafat   sejarah   Hegel   merupakan   perwujudan   atau   pengejewantahan dari ide universal menuju pada absolutisme dengan menjelaskan semua yang terjadi sebagai proses.
       Bagi   Hegel,   sejarah   berlaku   pada   kelompok   bukan   dalam   individu.   Searah   berkaitan dengan jiwa manusia dan seluruh budayanya bukan dengan Ilmu dan tekhnologi seperti yang di jelaskan oleh para pemikir pencerahan. Hegel mengangap sejarah tidakah bergerak secara lurus terhadap kemajuan, namun ia bergerak secara dialektis melalui jalan melingkar.
       Dalam     The   Philosophy   of   History   Hegel   mengatakan   bahwa   Esensi   dari   ruh   adalah kebebasan,   maka   kebebasan   adalah   tujuan   dari   sejarah.   Sejarah   baginya   merupakan   gerak kearah     rasionalitas    dan   kebebasan      yang    semakin     besar.   Hegel    kemudian      merumuskan perkembangan historis ruh,   yang terbagi dalam tiga  tahap: Pertama, Timur. Kedua, Yunani dan   Romawi   dan  Ketiga,   Jerman.   Pada   fase   pertama   kita   akan   temui   bahwa   yang   bebas hanyalah   satu   orang,   seperti   yang   kita   lihat   dalam  monarki   Cina   dan   Timur   Tengah   ,   lalu sejarah bergerak pada masa Yunani Kuno dan Romawi dimana yang bebas menjadi beberapa orang sebab masih ada pembedaan antara tuan dan budak maka bentuk yang sempurna adalah Jerman      dimana    yang    bebas    adalah   semuanya      Pemikiran     Hegel     mengarahkan       kita  pada pemahaman   bahwa   sejarah   merupakan   pergerakan   penuh  tujuan   atas   cita-cita   Tuhan   untuk kemanusiaan.   Hegel   pun   memahami   bahwa   sejarah   memang   merupakan   meja   pembantaian dimana kesengsaraan, kematian , ketidakadilan dan kejahatan menjadi bagian dari panggung dunia. Namun Filsafat sejarah merupakan teodisi atau usaha untuk membenarkan tuhan dan mensucikan tuhan data tuduhan bahwa tuhan membiarkan kejahatan berkuasa di dunia. Dia menunjukkan anggapan yang salah tentang sejarah di sebabkan karena merekan hanya melihat permukaanya saja, tetapi mereka tidak melihat aspek Laten serta potensial dalam sejarah yaitu jiwa absolut dan esensi jiwa yaitu kebebasan.
NEGARA
       Negara      merupakan      tema    sentral    dalam    pembahasan       tentang    kehidupan      dalam masyarakat   politik.   Sebagai   seorang   filosof,   Hegel  kemudian   merumuskan   bentuk   negara ideal   baginya,   pandangannya   tentang  negara   tersebut  dapat   dilihat   pada   dua   karyanya   yaitu The Philosopy of History dan The Philosopy of Law. Tentu saja pandangannya tentang negara tidak lepas dari sistem filsafat yang dibangunnya.
       Hegel     menunjukkan       bahwa    hakekat    manusia     dimasukkan     dan    diwujudkan      dalam kehidupan negara-bangsa. Menurutnya, negara-bangsa merupakan totalitas organik (kesatuan organik)   yang   mencakup   pemerintahan   dan   institusi   lain   yang   ada   dalam   negara   termasuk keseluruhan      budayanya.     Hegel   juga   menyatakan     bahwa  totalitas    dari  budaya    bangsa   dan pemerintahannya merupakan individu sejati. “Individu sejarah dunia adalah negara-bangsa”, maksudnya negara merupakan individu dalam sejarah dunia.
       Negara merupakan manifestasi dari ide universal. Sedangkan individu (orang per orang) merupakan       penjelmaan      dari   ide   partikular   yang    tidak   utuh,   dan    merupakan      bentuk kepentingan       yang    sempit.    Negara     memperjuangkan         kepentingan      yang    lebih    besar, memperjuangkan/merealisasikan            ide   besar.  keinginan  negara   merupakan       keinginan    umum untuk kebaikan semua orang, karenanya negara harus dipatuhi dan negara dapat memaksakan keinginannya   pada   warganya.   Negara   adalah   “penjelmaan   dari   kemerdekaan   rasional,   yang menyatakan dirinya dalam bentuk objektif”.
       Karena   itulah   negara   yang  dibentuk   Hegel   adalah   absolut.   Negara   baginya   bukan   apa yang     di  gambarkan     John   Lock    atau  teoritisi-teoritisi kontrak     sosial  yang   dibentuk    dari kesepakatan       bersama     dari   rakyatnya,    Hegel    berpendapat      sebaliknya, negaralah    yang membentuk   rakyatnya.   Hegel   memang   mensakralkan   negara   sampai   ia   menganggap   bahwa sepak terjang negara di dunia ini sebagai “derap langkah Tuhan di bumi.
       Dalam   perspektif   ini   individu   tidaklah   dimungkinkan   untuk   menjadi   oposisi   negara sebab     ia   membawa       kepentingan      parsial.   Negara    adalah    sumber     budaya,     kehidupan institusional dan moralitas. Hegel menyatakan dalam Reason of History: segala yang ada pada manusia, dia menyewa pada negara, hanya dalam negara dia mendapatkan jati dirinya. Maka tidak seorang pun bisa melangkah di belakang negara, dia mungkin bisa memisahkan diri dari individu lain namun tidak dari jiwa manusia.
       Lalu    dimanakah      existensi   individu    ketika   ia  tidak   lagi  memiliki     kekuasaan     dan kebebasan?      Hegel    menjawabnya       dengan    membedakan      kebebasan      formal    dan kebebasan substansial. Berikut ini penjelasanya:
1.   Kebebasan   formal   merupakan   kebebasan   yang   diasumsikan   oleh   kaum   atomis   di   masa pencerahan,   dimana   individu   terisolasi,   kebebasan   ini   diraih   dari   sifat   alamiah   seperti: kehidupan, kebebasan dan properti (hak milik), kebebasan ini bersifat abstrak dan negatif.  Bagi Hegel, inilah kebebasan dari penguasa yang menindas.
2.   Kebebasan   substansial   adalah   merupakan   kebebasan   ideal   bagi   Hegel,   hal   ini   cita-cita moral masyarakat yang berasal dari kehidupan spiritual masyarakat tertentu. Kebebasan ini hanya dapat diraih dari negara, di sinilah cita-cita etika dan jiwa fundamental orang-orang dalam hukum-hukum dan institusi-institusinya dapat dicapai.
      Dalam pandangan Hegel, jika kita membenci budaya kita dan tidak sependapat dengan cita   cita   dan   institusi   masyarakat   kita   maka   kita   berada   dalam   keterasingan.   Keterasingan merupakan   terdiri   dari   banyak   komponen   yaitu:   perasaan   menjadi   asing   diri,   terputus   dari perasaan sendiri ataupun identitasnya sendiri; perasaan tidak memiliki norma; tidak memiliki arti; lemah dan lain lain.Keterasingan yang dipahami Hegel merupakan kegagalan kehendak individu untuk beradaptasi dengan yang lebih besar yaitu kemauan masyarakat. Keterasingan merupakan   kondisi   dimana   seseorang   tidak   bisa   mengidentifikasikan   diri   dengan   moralitas publik dan institusi masyarakat
PENUTUP
       Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. filsafat membahas       segala   sesuatu   yang   ada   di  alam   ini  yang   sering   dikatakan    filsafat  umum. sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.
       Dalam filsafat hegel, kebenaran hakiki pelan-pelan akan terkuak seiring rentang evolusi sejarah perjalanan pemikiran filsafat.
       Demikian pembahasan tokoh filsafat Hegel dalam makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Yuana, Kumara. 2010. The Greatest Philosophers. Jogyakarta:Andi Offset.
D.Aiken, Henry. 2009. Abad Ideologi . Jogjakarta:Relief.
Hadiwiyono, Sari Harun.2005.Sejarah Filsafat Barat 2.Yogyakarta: Kanisius.





















































Anaximander

By : Fitrah Ali Yusuf Abdillah
Anaximander

Biografi Anaximander
“ANAXIMANDROS” TOKOH FILSAFAT YUNANI KUNO Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno, Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena itu, diperkirakan Anaximandros lahir sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros meninggal tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM.  Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang

- Copyright © Ensiklopedia Tasawuf Filsafat dan Informatika FFSS - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Fitrah Ali Yusuf -